Section 03. Joselyn & Helda

Sementara dua sahabatnya tengah berjuang di tengah zombie yang mulai mewabah di Alstrahera, ada Cathleen yang berdiam di kelasnya sembari mendengarkan musik melalui earphone. Dia tidak mempedulikan kerusuhan yang terjadi di sekolahnya. Atau lebih tepatnya, dia tidak mengetahuinya. Kelasnya berada di ujung sekolah, jarang sekali dilewati oleh siswa-siswi di sekolah. Palingan hanya teman-teman sekelasnya saja yang datang ke daerah sana. Karena itulah gadis itu sangat bersantai sekali saat ini. Tanpa tahu kekacauan yang sedang terjadi saat ini.

Ya, sebelum pengacau pagi harinya tiba-tiba saja mendobrak pintu, membuat kunci geser yang terpasang disana sedikit bengkok. Kaira meringis melihat itu. Aduh, tenaga beruangnya tak sengaja merusak barang kembali. Sayangnya yang namanya hal mendesak, dia tak sempat memikirkan hal tersebut.

Masih dengan nafas yang sedikit terengah setelah berlari dari ujung sekolah menuju ujung sekolah lainnya, akhirnya Cathleen berhasil sampai di kelas milik Cathleen. Diam-diam dia kembali merutuki kenapa sekolahnya kelewat luas begini, lelah sekali rasanya harus berlari jauh begini. Kesal yang membuncah, sampai dia melampiaskannya dengan langsung menarik kasar earphone Cathleen yang terpasang di telinga gadis Joselyn tersebut. Membuat seruan 'hey' terdengar lantang di kelas Cathleen.

Semua pasang mata yang berada di dalam kelas itu menengok secara bersamaan. Melihat pemandangan 'si gadis nyasar' dan sahabatnya yang tengah tarik menarik tersebut. Yeah, Kaira tanpa berbasa basi langsung menarik tangan Cathleen, agar berpindah dari bangkunya menuju kursi roda milik gadis bermarga Joselyn tersebut. Namun, Cathleen yang tak mengerti tingkah laku Cathleen menolak untuk bangkit dan balas menarik kembali tangan miliknya.

"YAK ! Neo michyeosseo !" keluar juga bahasa korea gadis itu. Dia lama-lama kesal karena aksi tarik menarik ini. Entah kenapa jadi teringat adegan di film india. Eh, kenapa jadi teringat adegan di film india ya, pikiran acak tersebut tiba-tiba saja melintasi kepalanya. Cathleen menggelengkan kepalanya, mengusir pemikiran random itu.

Kaira memutar mata jengah, dia tak ada waktu untuk menjelaskan, dia pun terpaksa melakukan hal ini. "Lu nggak akan percaya sama apa yang bakal gw bilang !" serunya.

Cathleen mengernyit tak mengerti bercampur aduk dengan kesal. "Ngomong yang jelas lu. Lagian ngapain tarik-tarik tangan gw hah ?"

Kaira meremat rambutnya frustasi, "ya tuhan Cathleen Joselyn, gw bingung gimana ngasih tau lu. Karena kalo gw bilang pasti lu bakal nggak percaya. Lu kan orangnya terlalu rasional, saking rasionalnya bikin gw frustasi mau jelasin gimana. Karena ujung-ujungnya pasti sia-sia, gegara lu nggak akan percaya. Aduh bingung gw-"

"JANGAN MUTER-MUTER YA SILLY ! LANGSUNG KE INTI !" Cathleen yang jengah mendengar ucapan sahabatnya yang berputar dan tak jelas itu, berakhir meneriaki Kaira. Sukses membuat seisi kelas kembali memandang mereka.

'Kebiasaan...' pikir mereka terlalu maklum dengan 2 sahabat yang sering cekcok itu.

Kaira menarik nafas panjang, "KATE DI LUAR ADA ZOMBIE DAN KITA HARUS LARI SEKARANG ITUPUN KALO LU MASIH MAU HIDUP ! TAPI LU HARUS HIDUP SIH, KITA JANJI BEREMPAT MAU KE KOREA SOALNYA. JADI HARUS MASIH PAKET LENGKAP, NGGAK BOLEH KURANG SATU !"

Cathleen memandang aneh sahabatnya, "Bercanda lu ? Jangan aneh-aneh deh."

Kaira mendengus, inilah alasan kenapa dia tidak mau menjelaskannya kepada Cathleen. Cathleen terlalu berlogika untuk kejadian yang tidak berlogika ini. Bila cara halus tidak bisa digunakan, maka cara kasar akan Kaira lakukan, untuk membawa kabur temannya ini. Aduh, padahal tenaganya cukup habis setelah berlari tadi. Tak bisakah sesekali situasi kondisi bekerja sama dengannya.

Hap ! Bruk ! Dug !

"KAI- Bangsat !" umpat Cathleen setelah tubuhnya tiba-tiba diangkat ala karung beras oleh Kaira kemudian dengan tak berperasaan ditaruh diatas kursi roda miliknya. Tak cukup sampai disana, Kaira tanpa belas kasihan melempar botol senggol bacoknya kearah Cathleen. Total Cathleen meringis pelan merasakan botol itu menghantam tubuhnya. Kurang ajar memang si Helda satu ini.

Kaira yang melihat itu nyengir lebar, "sorry Cathleen kita nggak-"

Belum sempat menyelesaikan omongannya. Sosok yang ia hindari hadir di kelas Cathleen. Si zombie langsung menyerang siswa yang berada dekat dengan pintu kelas yang terbuka lebar. Kelas mendadak riuh dengan teriakan ngeri beradu padu dengan umpatan yang mengalir keluar.

"What The **** ?! Itu ngapain sialan !" Cathleen mengumpat melihat kejadian di hadapannya. Genangan darah langsung mengotori lantai kelas miliknya. Cathleen dibuat bergetar melihat pemandangan mengerikan itu.

Si zombie yang telah selesai menyebarkan virusnya, menatap Cathleen dengan pandangan lapar. Dia langsung berlari ke arah si gadis Joselyn dengan mulutnya yang dipenuhi darah. Sayangnya, hanya tinggal beberapa senti lagi, belum sempat menyentuh Cathleen, sebuah kursi terlempar ke arahnya dengan keras. Terlalu keras sampai memecahkan kepala si zombie dan mendorong tubuh itu sampai jatuh ke belakang, menghantam lantai yang sekarang penuh dengan genangan darah. Darah bermuncratan ke arah Cathleen dan mengotori seragam dan sepatunya.

Cathleen menengok melihat sahabatnya yang terengah di belakangnya sembari memijat pergelangan tangannya yang sedikit sakit. Mengangkat Cathleen tadi ditambah melempar kursi yang cukup berat, total membuat tangannya diberi nyeri yang menjalar. "Sial nyaris saja terlambat. Kamu percaya kan sekarang ?" dan Cathleen hanya bisa memberikan anggukan sebagai jawaban. Masih terlampau shock dengan apa yang dia lihat. Meski dalam hati, mengucap syukur karena Kaira tepat waktu melemparkan kursi tersebut.

Kaira melihat sekeliling kelas, dimana seisi disana pun terkejut bukan main dengan aksi yang ia lakukan. Sayangnya fokus Kaira bukan kesana. Matanya menatap, tongkat sapu yang bisa digunakan untuk senjata saat ini. Kakinya melangkah ke sudut tempat sapu tersebut disandarkan. Mengabaikan bisikan-bisikan di sekitarnya, dia tak punya waktu untuk meladeni hal tersebut. Setidaknya, dia bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan orang-orang di kelas ini. Dia mengambil sapu tersebut, kemudian mematahkan tongkat sapu tersebut dari kepala sapu ijuknya dengan paha miliknya. Menyisakan tongkat dengan ujung yang sedikit runcing karena dipatahkan tadi. Kaira tersenyum bangga melihat itu.

'Hohoho, selain memiliki tenaga beruang aku juga memiliki tulang sekokoh semen yang baru kering' batinnya berseru senang.

Dia berjalan dengan cepat ke arah siswa yang tergigit tadi. Kaira menyadari bahwa dia sudah mulai menunjukkan perubahan, jadi sebelum dia benar-benar berubah total menjadi zombie, Kaira terpaksa membunuhnya. Tangannya mengangkat tinggi tongkat runcing itu. Dengan sekuat tenaga ia menusuk tongkat tersebut ke kepala si calon zombie sembari menutup mata. Kaira tak kuat melihat pembunuhan zombie yang ia lakukan, tapi dia tak punya pilihan lain. Kembali darah bermuncratan, kali ini langsung mengotori tubuh Kaira. Sekuat tenaga Kaira mengontrol dirinya yang terguncang saat ini.

'Oh tuhan, maafkan hambamu ini. Hamba sadar diri bila dosa hamba sudah tertumpuk terlalu banyak dan bertambah karena melakukan ini, tapi hamba berjanji setelah ini akan bertobat ㅠㅠ' dia membatin pelan.

"BRENGSEK ! APA-APAN KAMU !" salah satu siswa disana berteriak tak terima melihat Kaira membunuh teman sekelasnya. Ada banyak teriakan dari teman-teman sekelas Cathleen. Kaira abaikan itu, gadis Helda mencabut tongkat tajam tersebut kemudian mengibaskan tetesan-tetesan darah yang tersisa disana. Dia memejamkan matanya erat mendengar kata "pembunuh" yang disematkan padanya. Tangannya menggenggam kelewat erat tongkat yang baru saja dipakai untuk membunuh tersebut.

"Bangsat ! Kalian nggak lihat sendiri, Kaira berusaha nyelametin kalian ! Dasar bego kal-" belum sempat Cathleen menyelesaikan umpatannya, Kaira menghampirinya dan menarik pergelangan tangan itu pelan.

"Jangan marah-marah, kamu udah paling tua di grup kita, jangan tambah tua lagi gara-gara keseringan marah-marah" ujarnya dengan senyum kecil. Tahan Cathleen agar tidak menjitak kepala Kaira. Bisa-bisanya dia berkata seperti itu, dengan ekspresi bodoh menyebalkannya.

"Lagian mereka nggak salah sepenuhnya kok. By the way, pegang tongkat ini erat-erat. Anggap saja senjata sementara. Aku tahu kamu nggak akan bisa memakai ini untuk membunuh zombie-zombie itu. Tapi setidaknya, gunakan ini untuk memukul kepala mereka okay ? Pukul dengan kencang, anggap saja mereka itu tugas yang diberikan oleh gurumu. Tidak nyambung sih, tapi putar saja kalimat-kalimat itu di kepalamu, supaya kamu kesal dan bisa memukul mereka dengan kuat !" Kaira menyerahkan tongkat itu ke genggaman Cathleen. Dia kemudian berlalu menuju ke pegangan kursi roda di belakang punggung Cathleen. Mulai mendorong dengan cepat kursi roda itu.

Namun, saat di depan pintu kelas Cathleen, dia menghentikan langkahnya. Matanya membelalak melihat para zombie yang sudah menunggu tak jauh dari sana. Kala mereka menyadari bahwa ada Cathleen dan Kaira, mereka langsung berlari ke arah mereka. Kaira yang melihat itu langsung membawa kursi roda Cathleen berbelok ke lorong sempit yang ada di samping kelas Cathleen.

'God bless you buat temen-temen Cathleen yang masih di kelas. Semoga masih hidup setelah ini...'

"What The Hell ! Mereka semua ngejar kita Kai !" Cathleen mengomel demi mendengar suara derap langkah yang banyak di belakang mereka. Dia panik sekali. Baru pertama kali menghadapi situasi seperti ini. Tangannya menggenggam erat tongkat yang menjadi senjata mereka.

"Aku tahu Kate ! Telingaku masih berfungsi dengan baik okay ?!" Kaira pun ikut tenggelam dalam kepanikkan. Mana dia tahu ternyata virus itu cepat sekali menginfeksi para penghuni sekolah ini. Sialan sekali.

Di ujung lorong sudah buntu, tak ada lagi jalan bila mereka berjalan lurus. Tapi, ada celah kecil yang cukup untuk mereka lewati di samping jalan yang buntu itu. Layaknya mobil yang berbelok tajam di film-film action, Kaira membelokkan tajam arah kursi roda Cathleen, membuat tubuh Cathleen seperti terlempar ke samping. Sial, temannya brutal sekali. Mereka berhasil melewati lorong kecil itu dan sampai di lorong yang sedikit lebih besar.

Keadaan disana kacau sekali. Banyak yang sudah mulai terinfeksi dan mereka semua mulai berlari mengejar ke arah Kaira dan Cathleen. Cathleen tersentak kala merasakan kursi rodanya yang dipacu ke arah para zombie itu. "KATE ! INGET YANG KUBILANG KAN, PUKUL MEREKA DENGAN KERAS ! SEKUAT TENAGAMU ! ANGGAP SAJA MEREKA TUGAS SIALAN YANG SERING KAMU KERJAKAN TENGAH MALAM !" kata Kaira sembari mendorong dengan cepat kursi roda Cathleen ke arah para zombie itu.

"KAU SINTING KAI ! BENAR-BENAR SINTING ! INI SAMA SAJA SEPERTI KITA BUNUH DIRI !" Cathleen berteriak menyumpahi temannya yang memang gila tersebut. Tangannya memegang erat tongkat tersebut kemudian mengayunkan dengan keras kepada para zombie itu, sampai mereka terlempar ke samping dan berakhir terjerembab ke semak-semak yang berjajar di samping. Dia lakukan hal tersebut berkali-kali sampai jalanan yang dilewatinya bersih dari para zombie. Cathleen total dibuat terengah-engah.

"ZOMBIE BRENGSEK !" Cathleen memaki sembari mengibaskan tongkat yang penuh dengan tetesan darah, selepas memukul dengan keras para zombie tersebut.

"BAGUS KATE ! JALANNYA JADI BERSIH !" ujar Kaira dengan nada bangga.

"BAJINGAN KAU KAI !" dia berseru marah. Sial, dia bahkan masih berdebar dengan keras setelah melakukan hal itu. Maniknya menatap tak percaya pada tangannya. Tak percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan. Ini terlalu fiksi untuknya yang berpikir secara kapitalis.

Tapi, tak ada yang bisa bernafas lega di saat keadaan genting begini. Derap langkah yang cepat masih mengikuti mereka dari belakang. Apa yang dilakukan Cathleen hanya bisa menghentikan para zombie itu untuk sementara. Mereka masih bisa bangkit kembali untuk mengejar duo sejoli tersebut.

"Kai ! Lu ada rencana kan kita mau kemana ?" Cathleen bertanya dengan nada khawatir. Serius dia sekarang panik bukan main, kala menyadari temannya yang seperti tak memiliki tujuan tertentu. Sedari tadi mereka hanya bergerak acak. Belok kanan dan kiri secara tajam membuat Cathleen memegang erat pinggiran kursi rodanya. Dia mengeratkan pegangan kala ada lonjakan di kursi rodanya, setelah Kaira mendorong benda tersebut melewati jalan tanjakan menuju lantai dua.

Buagh !

Secara refleks Cathleen memukul kencang zombie yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Sial, dia jadi teringat zombie yang tadi hampir menyerangnya. Sementara dibalik punggung, Kaira mulai kesusahan mendorong kursi roda tersebut. Beberapa kali dia terpeleset karena mulai kehabisan tenaga.

"****, akan kubakar para bajingan yang membuatku bekerja keras hari ini ! Sialan, lemakku akan hilang setelah ini ! Padahal aku ingin membuat tubuhku berisi kembali !" bukannya memberikan jawaban Kaira malah mengomel hal tak penting.

"Aduh, masalah menggemukan dirimu itu urusan belakang. Kalau kau masih mau hidup dan menikmati makanan enak, beritahu mau kemana kita sekarang !" selepas mengatakan itu Cathleen kembali memukul kuat kepala zombie yang mendadak menyerang mereka dari arah depan. Cathleen baru menyadari, pendengaran zombie itu sangat tajam. Tentu, mereka mendengar kehadirannya juga Kaira. Kalau begini, dia harus bersedia diri jika harus melakukan perlawanan lagi.

"Argh ! Tidak tahu aku ! Kita jalani saja sekarang !" Kaira mengerahkan tenaganya, sebentar lagi mereka sampai di lantai 2. Dan gadis itu baru bisa bernafas lega, setelah berhasil sampai di sana. Dia berpindah sebentar ke samping Cathleen, berdiri disana meregangkan kaki-kakinya yang mulai terasa nyeri. Namanya juga Kaira, takkan lepas pula sifatnya yang pelupa. Dia lupa mengunci roda daripada kursi roda Cathleen. Membuat kursi roda itu bergerak pelan ke belakang karena posisinya yang di pinggir sekali.

Cathleen membelalak merasakan dirinya yang seperti tertarik mundur. Secara reflek dia menampar Kaira, yang membuat gadis itu hampir berteriak, namun urung kala menyadari kursi roda Cathleen yang terperosok ke belakang. Spontan dia membuka kaki lebar-lebar dan memegang pinggiran kursi roda tersebut, menahan sekuat tenaga agar benda tersebut tak terjun dari tanjakan khusus.

"Kai bego ! Lain kali inget kunci dong !" Cathleen mengomeli sahabatnya setelah Kaira berhasil menariknya kembali.

"Ya maaf-maaf aja nih, orang ini udah capek banget mana habis teeeenaagaaa argh !" Kaira mengatakan beberapa kata dengan panjang karena beberapa zombie secara tiba-tiba menghampirinya.

Dengan tendangan asal-asalan, dia menendang zombie tersebut agar mundur dari tempatnya, diikuti Cathleen yang memukul para zombie di sisi lain. Selepas menendang hingga zombie itu terjatuh, Kaira kembali ke posisinya dan memacu kakinya yang terasa kram bukan main.

"Kate kalo kita mati bareng disini gimana ?" Cathleen menatap marah pada sahabatnya yang mengatakan hal aneh tersebut.

"Kalo mau mati, jangan ngajak-ngajak kau ! Aku masih mau hidup dengan tenang !" Cathleen mengomel marah.

"Tapi demi tuhan Kate, kakiku udah nggak kuat. Capek banget seharian ini lari-larian ! Ini nih orang yang jalan kayak siput mendadak disuruh lari-larian, fix abis ini jalan ngangkang aku !" keluh Kaira.

"Aduh, tahan lagi sebentar Kai !" panik mendadak menyelimuti diri Cathleen. Dia menatap sekitar mencari tempat yang sekiranya bisa menjadi tempat persembunyian mereka. Setidaknya untuk sementaraini, agar Kaira bisa beristirahat. Cathleen tahu sahabatnya itu sudah mencapai batas maksimalnya. Sampai maniknya menangkap ruang seni yang memiliki pintu kokoh, dia yakin mereka berdua akan aman disana. Tapi, untuk sampai disana dia kembali harus menghadapi para zombie yang menghalangi jalan disana. Sesuai dengan perkiraannya di tangga tadi.

Maka dengan menguatkan dirinya, dia mengacungkan tongkat yang selama ini menjadi senjata mereka dengan posisi miring ke atas. Di situasi ini tidak boleh ada rasa takut. Dia harus melakukan apa yang dilakukan Kaira di kelasnya. Toh mereka juga bukan manusia lagi. Tak perlu menaruh rasa kemanusiaan disaat begini bukan.

"Kai ! Ntar kita berhenti dan masuk aja ke ruang seni !" titah Cathleen.

"Tapi, Kate di depan sana-"

"Bodoamat Kai ! Kalo mereka menghalangi berarti mereka harus disingkirkan !" dan setelah itu Cathleen menusuk tubuh zombie di hadapannya, membuat wajah dan bajunya terkotori oleh darah. "Argh, pergi sana makhluk busuk !" dan dengan sekuat tenaga melempar zombie tersebut sampai jatuh dari lantai 2. Dan ia lakukan hal tersebut sampai pintu bersih dari kawanan penyerang.

Yang Cathleen tak ingat, akibat suara keras yang dihasilkan dari tubuh zombie yang jatuh, membuat zombie-zombie lain langsung mendatangi tempat mereka. Tak habis-habisnya mereka menjadi incaran para zombie. Ini seakan mereka adalah magnet paling atraktif yang menarik kumpulan zombie tersebut. Tempat yang dicari telah tercapai oleh keduanya. Buru-buru Kaira membuka pintu ruang seni, kemudian menarik Cathleen agar masuk juga.

Brak !

Dia langsung menutup pintu dengan kasar bertepatan dengan zombie yang tiba di depan pintu. Ada suara tabrakan-tabrakan serta geraman keras pada daun pintu. Kaira berusaha menahan daun pintu yang terdorong paksa tersebut dengan sisa tenaga yang dimiliki. Tangannya meraih kunci geser di ujung pintu, kemudian menggunakannya agar pintu itu tertahan. Selepas itu, dia menarik meja yang ada di dekat sana untuk menahan pintu juga, jaga-jaga jika pintu itu jebol. Semoga saja tidak.

Sebagai keamanan tambahan, gadis Helda menyusun beberapa meja untuk menahan pintu ruang seni, setelah itu menjatuhkan diri ke atas lantai. Membaringkan tubuhnya dengan lengan dan kaki yang terbuka. Kaira benar-benar kehabisan tenaga sekarang. Di dalam ruangan itu hening dan sunyi. Hanya ada suara nafas terengah dari Kaira dan Cathleen. Keduanya sama-sama berusaha mengumpulkan kewarasan yang tercecer.

Kriet !

Kaira dan Cathleen sama-sama menoleh ke arah tumpukan kursi yang ada di belakang mereka, selepas mendengar suara decitan pelan. Mereka sama-sama memandang was-was satu sama lain. Jangan bilang ada si makhluk busuk di ruangan ini juga. Kaira bangkit dari posisinya mengambil satu bangku di dekatnya kemudian mengangkat ke atas. Dia akan melemparkan benda ini jika memang benar itu si makhluk busuk.

Melalui maniknya, dia memberi isyarat agar Cathleen juga bersiap dengan tongkatnya. Cathleen meneguk ludahnya pelan. Dia mengacungkan kembali tongkatnya ke arah tumpukan kursi tersebut. Kaira berjalan pelan ke arah tumpukan bangku tersebut, dia mengangkat kursi yang dipegangnya lebih tinggi kala melihat ada 2 tubuh yang bangkit dari balik tumpukan kursi tersebut dengan posisi membelakangi dirinya dan Cathleen. Tangannya hampir melempar kursi itu, namun terhenti kala melihat 2 sosok yang baru saja membalikkan badannya. Cathleen pun ikut terkejut melihat 2 sosok yang dia kenali tersebut.

Sementara 2 sosok yang baru saja bangkit itu, tak kalah terkejut karena nyaris saja dilempari sebuah kursi dan tengah diacungi sebuah tongkat berlumuran darah dengan ujung tajam. Sialan mereka berempat sama-sama terkejut, sampai-sampai mengatakan hal yang sama di awal pertemuan mereka hari ini, "kalian ?!"

Kaira langsung menurunkan kursi yang dia angkat, setelah mengetahui bahwa 2 sosok itu adalah Sena dan juga Alena. Cathleen pun menghembuskan nafas lega dan menaruh tongkatnya kembali di pangkuan. Joselyn dan Helda sama-sama menghembuskan nafas lega, karena bukan zombie yang muncul di hadapan, seperti perkiraan mereka tadi. "Ya ampun kalian membuat kami terkejut !" keluh Cathleen.

"Kami pun terkejut tahu, tiba-tiba diacungi tongkat dan nyaris dilempar kursi" Alena membalas keluhan Cathleen. Dua sejoli yang baru keluar dari persembunyiannya itu berjalan mendekati Cathleen dan Kaira.

"Kalian kenapa berdarah-darah gini ?" tanya Sena kemudian memberikan beberapa tisu basah yang ia bawa.

Cathleen dan Kaira sama-sama menerimanya, kemudian membasuh wajah dan tangan mereka dari darah yang mengotori. "Terpaksa begini, karena para makhluk busuk itu terus mengejar kami, kami melawan mereka dan berakhir mandi darah, ewh ! Aku lebih baik terkena siraman rohani daripada mandi darah begini" oceh Kaira yang membuat ketiga temannya memutar mata jengah.

"Setidaknya kami selamat begitupun dengan kalian. Dan kabar baiknya, kita berempat berkumpul di tempat yang sama" Cathleen berujar membuat keempatnya tersenyum kecil beberapa waktu. Karena nyatanya ini semua baru saja permulaan. Masih ada cobaan besar diluar sana yang menanti mereka.

Kisah survival mereka baru saja dimulai.

-Kkeut

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!