Section 01. Deja Vu

Cathleen tersentak bangun dari mimpi buruknya. Jantung milik gadis bermarga Joselyn itu berdebar dengan kencang. Kepalanya memutar balik bayangan mimpi yang berakhir dengan ending tragis hidupnya dan para sahabatnya tersebut. Tangannya mengusap kasar wajah cantik berpeluh tersebut. 'Hanya mimpi buruk, bukan masalah besar' batinnya berkata.

Dia menyandarkan punggungnya di dinding tepat di belakangnya. Kepalanya masih memutar kisah dia dan teman-temannya yang bertahan hidup di tengah wabah zombie. Dalam ingatan yang masih tersisa di kepala, semua bermula ketika festival sekolah dimulai. Tak ada yang mencurigakan. Hingga tiba-tiba beberapa murid tak terkendali dan mulai menyerang satu sama lain dengan ganas. Dia tidak begitu jelas mengingat, karena mimpi itu memang berada dalam memori jangka pendek yang cepat sekali lenyap. Hanya beberapa adegan epic yang dilakukannya bersama teman-temannya, lorong berdarah, dan sisanya kabur menyelamatkan diri. Ah, satu lagi ending mimpi itu.

Cathleen menggelengkan kepalanya, "bisa-bisanya Kai yang mengemudikan mobil. Dia kan ceroboh sekali ! Astaga, gara-gara dia kami semua tiada, sialan sekali !" umpatnya pelan.

Tak lama setelah 1 umpatan dilontarkan gadis Joselyn tersebut, ponselnya berdering dengan keras. Cathleen mengernyitkan dahi, bertanya-tanya dalam benak, siapa orang gila yang menelpon dirinya di subuh hari ini ? Tangannya meraih ponsel yang telah selesai mengisi daya tersebut. Dirinya mendengus membaca nama kontak yang menelpon dirinya subuh hari tersebut.

*'Panjang umur'* batinnya bersuara. "Silly Helda" begitulah yang tertulis di layar ponsel. Cathleen langsung menggeser tanda menjawab telepon, hanya perlu sedetik keheningan sebelum teriakan keras memenuhi telinganya.

"CATHLEEN JOSELYN BANGUN WOY ! JANGAN NGEBO KAU !" teriak di seberang telepon.

"Sialan, tidak perlu berteriak kau ! Aku sudah bangun, bodoh ! Kalau tidak siapa yang akan menjawab telepon subuhmu ini hah ?! Setan begitu ?!" Cathleen mengomel.

Ada tawa kecil yang ditangkap. "Hehehe, hanya memastikan kau kan orangnya sangat kebo, alias susah dibangunkan" si Helda terkekeh pelan. "Lagian lu yang minta gue buat bangunin ye, katanya biar nggak telat berangkat. Udah gue turutin nih. Ngomong-ngomong nih, bukan subuh loh ini...." Cathleen mengernyit pelan demi mendengar hal tersebut.

"Maksudmu ?" tanyanya. Ini memang subuh kan, lihat saja di luar saja masih gelap. Atau memang begitu anggapannya.

"Cathleen Joselyn, sahabatku yang seperti saudara kandung beda ayah dan ibu, yang kucintai ini" Cathleen berusaha menahan diri agar tidak berakting seperti orang yang ingin muntah. "BERAPA KALI HARUS KUKATAKAN UNTUK MENGGANTI TIRAI HITAM BUTEK ITU ?! SEKARANG SUDAH JAM 6.30 SIALAN !"

Ada satu umpatan yang lolos dari ranum si gadis bermarga Joselyn. Dia buru-buru mengecheck jam di layar ponselnya dan gadis itu terkejut bukan main, kala mengetahui bahwa apa yang dikatakan Kaira memang benar adanya. "BRENGSEK LU KAI ! GUE BILANGNYA BANGUNIN JAM 5.30 BUKAN JAM 6.30 !"

"YA MAAF, YANG PENTING GUE UDAH BANGUNIN KAN !!!!" Kaira tak mau kalah ikut berteriak, membuat beberapa orang yang berdiri di sekitarnya tersentak kaget demi mendengar suara lantang tersebut. Mereka pun hanya bisa menggeleng maklum. Terlanjur terbiasa dengan kelakuan unik bin aneh Kaira Helda.

"SIALAN KAU !" satu umpatan sebagai salam penutup telepon mereka berdua. Cathleen langsung bergegas menuju kamar mandinya. Ada cemas dan juga kesal yang menyelimuti. Dalam hati dia berharap semoga dia tidak terlambat masuk ke sekolah. Dia sedang tidak mood diceramahi para guru. Oh tentunya setelah sampai, dia akan langsung memberikan "hadiah spesial" untuk Kaira Helda.

Sementara sang pelaku yang diumpati, tengah merenggut kesal di bangku tempat duduknya. "Salahku apa ? Masih mending aku mengingatkannya sekarang. Ini salahnya juga, sudah kubilang untuk menghidupkan alarm saja, tapi dia tidak mau menuruti ish..." ya sepertinya gadis itu tidak mau mengakui bahwa dirinya memang salah. Mari doakan saja Kaira selamat dari amukan Cathleen.

Semoga saja.

Kaira menaruh ponselnya ke dalam ransel kecil yang ia bawa, kemudian mengalungkan tali ransel tersebut ke tubuhnya. Dia mengambil botol minum yang kata teman-temannya botol senggol bacok, karena ukurannya yang besar bukan main itu. Kaira meninggalkan kelasnya untuk berkeliling sekolahnya yang sedang mengadakan festival.

Alstrahera international High School, sebuah sekolah menengah atas berskala global yang merupakan sekolah keempat sekawan D-CAISA. Jangan tanya bagaimana keempatnya bisa masuk kemari, anggap saja mereka sedang hoki besar sampai bisa masuk kesana bersamaan. Meski mereka berada di kelas yang berbeda, tapi tak menghambat tali persahabatan mereka. Oh tentu saja, karena mereka sefrekuensi. Iya sefrekuensi bobrok dan suka ngejulid bersama.

Kembali lagi ke sekolah mereka yang sedang mengadakan festival tersebut. Festival ini diadakan sebagai salah satu bagian dari perayaan anniversary sekolah mereka. Ada banyak hiasan yang dipajang. Kaira yang sedang berkeliling sekolahnya tersebut, mengukir senyum bahagia kala maniknya dimanjakan dengan lampion-lampion yang digantung diatas seutas tali di atas kepalanya. Tak lupa rangkaian bunga yang memenuhi setiap sudut sekolah. Tapi, dari semua itu yang paling menarik perhatian Kaira adalah stan-stan makanan yang berjajar.

Maniknya berbinar kala mendapati ada berbagai macam kuliner yang disajikan. Okay, ini adalah satu hal yang disukai oleh Kaira dari sekolahnya. Yeah, meski gadis itu menyukai menjulid serata memaki-maki sekolahnya sendiri, diam-diam dia juga bersyukur bisa masuk kesini. Iya. bersyukur karena sekolah ini mengadakan festival tiap tahunnya. dengan jajaran stan makanan yang beragam. Favorit Kaira Helda.

*'Fufufufu, lupakan apa itu diet Kai. Ini waktunya kamu bersenang-senang !'* batinnya berbisik. Dan detik berikutnya gadis itu sudah berdiri di sebuah stan makanan, memesan beberapa jenis makanan sekaligus membuat beberapa siswa yang juga memesan terheran dibuatnya. 'Bagaimana caranya dia menghabiskan itu semua ?!' pikir mereka. Andai kata mereka tahu bahwa kapasitas perut Kaira memang 2 kali lipat lebih besar daripada manusia umumnya. Yeah, gadis super Kaira itu, kalo boleh dikata.

Kala dia sedang menunggu pesannya dimasak, dia menatap sekitaran dan kemudian tersentak pelan. Ada perasaan familiar yang tidak dia ketahui. Seperti pernah melihat situasi ini tapi dia tidak mengingatnya.

'Do you get deja vu...' benaknya berkata. Kadang dia merutuki sifat mudah lupanya tersebut. Aduh, jadi penasaran kan dia pernah melihat situasi ini dimana.

Tak jauh dari sana, ada duo sejoli yang selalu bersama-sama kemanapun mereka pergi. Siapa lagi kalau bukan Sena dan Alena. Sena yang tengah mengantri di stan minuman dan Alena yang berdiri di sampingnya, sibuk dengan ponselnya sejak mereka mulai menjelajahi stan-stan yang ada disana.

Sena mencoba mengintip sedikit apa yang membuat sahabatnya itu sibuk sekali. Ada tampilan chat yang dia lihat dengan jari jemari Alena yang menari diatas keyboard, menulis beberapa kata untuk membalas chat yang diterima. Sena mengedikkan bahu acuh, 'mungkin itu gebetannya' begitulah isi pikiran gadis Khalila. Selepas dia membayar minuman yang dipesan, bersamaan juga dengan Alena yang menghembuskan nafas lelah, kemudian menyimpan ponsenya di kantong jas sekolah yang dipakainya.

Sena mengangkat alisnya heran, "kenapa ?" tanyanya sembari hendak menyedot minuman miliknya.

Alena melirik sahabatnya tersebut, kemudian tanpa aba-aba merebut minuman tersebut membuat Sena berseru pelan tak terima. Meski demikian, dia membiarkan tanpa melayangkan protes. Pada tegukan terakhirnya, Alena mulai buka suara menjawab pertanyaan yang sempat terabaikan, "temanku sedang mengikuti lomba sains yang diadakan pemerintah. Sejak tadi pagi, dia terus menspam chatku dan berkata dia takut hasil karya gagal. Katanya sih, masih dalam proses percobaan kepada sampel yang diuji. Menyebalkan sekali, karena dia terus mengirim pesan yang sama. Aku lelah membaca berulang kali kalimat itu" katanya sembari mengembalikan minuman milik Sena.

Sena berdecak pelan, "hal wajar bila temanmu ketakutan begitu. Lomba dari pusat apalagi membawa nama sekolah. By the way, memang lomba tentang apa itu ?" tanyanya. Kedua orang tersebut berjalan bersama meninggalkan area stan, menuju area utama festival, tempat pertunjukan hiburan diadakan.

Alena mengedikkan bahunya acuh. "Entahlah, dia hanya mengatakan tentang percobaan menguji kekebalan imun tubuh manusia. Aku pun tak mengerti maksudnya. Anak sayur* memang beda otaknya dengan kita." Dan selepas mereka membicarakan berbagai hal random dalam perjalanan menuju pusat festival diadakan.

(*Anak sayur adalah julukan beken di Alstrahera. Julukan ini disematkan kepada anak-anak jurusan Sains yang memiliki keambisan tingkat tinggi serta kecerdasan diatas rata-rata.)

Kembali lagi ke tokoh yang tak jelas asal usulnya, Kaira Helda. Gadis itu tengah berjalan menuju kelas tempat Cathleen berada. Di tangannya penuh dengan makanan yang baru saja dibelinya. Mulutnya asyik mengunyah beberapa dengan dengung pelan, kala merasakan enaknya rasa makanan tersebut di lidah perasa miliknya. Kala dia hendak menggigit makanannya kembali, dari arah berlawanan ada beberapa siswa yang berlari. Salah satunya menabrak pundaknya, membuat makanan yang hendak ia makan jatuh ke lantai.

Dia merenggut sebal. Makin sebal lagi karena siswa yang menabraknya, langsung berlari dengan kencang tanpa minta maaf kepadanya. Namun, maniknya menatap heran karena ada beberapa siswa lain yang juga ikut berlari dengan raut wajah yang err ketakutan mungkin ? Kaira tak yakin dengan hal itu, hanya sekelebat yang dia lihat.

Dan tak berselang lama seorang siswa lain juga berlari melewati dirinya, tapi siswa yang ini berlari dengan suara geraman keras. Ada cairan merah yang menodai lehernya. Kaira menengok ke arah belakangnya dengan raut kebingungan, gadis itu melihat siswa yang berlari dengan geraman tersebut berusaha menangkap siswa yang berlari dengan wajah ketakutan. Rasa familiar itu kembali menghampiri. Lama-lama Kaira bisa frustasi karena terus-terusan merasakan deja vu. Tapi, masa bodo lah, gadis itu mengangkat bahunya acuh kemudian melanjutkan perjalanan dan berusaha mengikhlaskan makanannya yang jatuh. 'Mungkin mereka sedang bermain kejar-kejaran' dia menarik kesimpulan demikian. Meski feelingnya tidak menyetujui itu.

Namun, tiba-tiba sesuatu melintas di kepalanya, kala memikirkan apa yang baru saja melewatinya. Dia baru mengingatnya sekarang. Kejadian tadi persis sama dengan series zombie yang kemarin ditontonnya bersama kawan-kawannya tersebut.

Tunggu dulu, zombie ?

Spontan dia menengok kembali ke belakang. Maniknya membulat terkejut kala menangkap sosok dengan cairan merah di lehernya tersebut, tengah menggigit bahu salah satu siswa yang berlarian menabrak dirinya. Mulutnya menganga terkejut melihat ceceran darah yang mengotori lantai. Batinnya bergejolak dengan segala pikiran buruk yang menyerang. Rasa mual mendadak menyerangnya, makanan yang ditelan seakan memaksa ingin dikeluarkan. Sial, dia paling tidak bisa melihat darah dalam skala banyak seperti itu. Nasib buruk karena dia harus melihat semua itu secara langsung.

Bodohnya si Helda masih berusaha berpikir positif thinking di tengah kejadian nyata yang disaksikan mata telanjangnya. Namun semua spekulasi tersebut tentunya hancur, kala siswa yang digigit itu perlahan menunjukkan perubahannya menjadi sosok mayat hidup. Sedetik kemudian, dia mulai menggigit siswa lain yang kebetulan lewat di lorong tersebut. Ada banyak teriakan yang memenuhi lorong tersebut, membuat suasana makin mencekam.

Tanpa aba-aba, gadis Helda langsung memacu kakinya dengan cepat. Dia harus cepat-cepat bertemu dengan Cathleen. Menyelamatkan sahabatnya tersebut dan tak lupa menghubungi Sena serta Alena. Batinnya mengumpat pelan, kenapa bisa yang mereka imajinasikan kemarin sore benar-benar terjadi saat ini ?! Dia ingin mengatakan pada dirinya, bahwa itu tidak mungkin terjadi, tapi matanya melihat semua kejadian tersebut secara nyata. Mau tak mau, suka tak suka, dirinya harus mempercayai ini semua. Dia harus cepat bergerak sekarang, sebelum makin banyak yang terinfeksi dan menyusahkan dirinya dalam menyelamatkan diri.

"Brengsek ! Zombie sialan kau menambah beban hidupku saja !" satu umpatan dia lontarkan.

Misi bertahan hidup serta menyelamatkan diri dari wabah zombie dimulai !

-Kkeut

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!