Section 15. Jeda

Carlos menurunkan Cathleen kembali pada kursi rodanya. Kemudian merenggangkan tubuhnya yang habis dipakai menggendong Cathleen dan berlarian menaiki tangga sedari tadi. "Nah kan encok kamu ! Udah tau faktor u masih aja sok mau gendong aku !" ejek Cathleen.

"Kamu tuh ya Cathleen ! Nggak ada terima kasihnya buat kakakmu ini apa ?" Carlos hrndak menyentil dahi Cathleen pelan. Sayangnya, gadis itu dengan sigap menampik tangan sang kakak dari sentilan mautnya.

"Kan sudah kubilang, mending jangan gendong aku. Kepala batu kamu kak" omel Cathleen.

"Mana bisa kubiarkan kamu dengan resiko bahaya gitu Cathleen. Pokoknya kita berdua harus bisa pulang dengan selamat okay ?" kata Carlos kemudian mengeluarkan jari kelingkingnya ke arah Cathleen.

Cathleen memutar matanya malas. Kakaknya ini masih saja kekanakkan dengan melakukan pinky promise begini. Meski rasanya agak enggan, tapi Cathleen ikut menautkan jari kelingkingnya ke jari sang kakak. "Makanya kakak juga jangan macam-macam, janji ya ?"

"Janji deh" Carlos berujar kemudian mengacak rambut sang adik yang dibalas protes tak terima. "Semoga saja..."

"Sekarang kita harus apa ?" tanya Juno. Karena nyaris 20 menit mereka hanya berdiam diri menetralkan nafas yang terengah-engah.

"Kita tak bisa berdiam begini" Sena berujar. "Bagaimana bantuan bisa tahu bahwa kita berada disini, jika kita hanya diam saja" yang lain mengangguk pelan, setuju dengan pernyataan Sena.

"Terus kita harus ngapain ?" Alena bertanya sembari mengusap wajahnya yang kotor setelah pertarungan tadi. Sesekali gadis Guinevere mengernyit jijik, bagaimanapun ini adalah darah daripada makhluk busuk bernama zombie.

Sena berpikir sejenak. Maniknya mengedar melihat tumpukan kursi dan meja yang sudah usang berserakan memenuhi sudut kanan rooftop. Sebuah ide cemerlang menyeruak ke kepalanya. "Kurasa kalian semua tau tentang sinyal meminta bantuan bernama 'S.O.S' bukan ?" semua orang yang berada disana mengangguk. Tentu mereka mengetahui tanda sinyal tersebut. "Kita bisa menyusun kursi-kursi dan meja yang ada disana untuk membentuk huruf S.O.S yang besar. Jadi helikopter yang diatas sana bisa mengetahui keberadaan kita. Jadi, ayo cepat kita susun !" serunya.

Alena, Sena, Teresa, Carlos, Juno, Erden, dan Naomi bergerak cepat mengambil kursi itu kemudian menyusunnya menjadi huruf S.O.S. Sementara, Kaira dia memilih memanjat tank air yang berdiri kokoh di sana untuk melihat bagaimana bentuk sinyal bantuan yang dibuat teman dan gurunya di bawah sana. "Alena ! Alena ! Tambahin lagi kursi disana biar lengkungan s nya simetris ! Sena dan Juno ! Itu O nya terlalu kecil besaran lagi dikit ! Naomi sama Erden tambahin 2 kursi lagi di ujung huruf s nya biar mau kebentuk dia ! Miss Teresa ! Mr. Joselyn ! Huruf s yang kalian buat sudah pas ! Tidak perlu ditambah lagi !" titahnya.

Alena mendengus mendengar temannya yang sok memerintah sedari tadi tersebut. "Yak Kaira ! Enak sekali kau hanya memerintah disana ! Bantu sini angkat meja !" omelnya.

Kaira memilih duduk di undakan tangga di tank air itu kemudian memegang tangannya sembari memasang wajah kesakitan. "Aduh ! Aduh ! Sorry Ale, tanganku kram banget nih !" alibinya.

Ctak !

Cathleen melempar kerikil yang berada di dekatnya dan tepat mengenai jidat Kaira. "Masih muda aja udah suka ngeluh kram lah, sakit inilah, sakit itulah. Emang kamu udah nenek-nenek apa ?" ketusnya.

"Huuu, dasar remaja jompo" ejek Alena.

"Aish ! Beneran tau, kram ini aku ! Dasar tidak berprikairaan kalian !" balas Kaira kesal. Dan kedua temannya melemparkan tatapan sinis ke arah si Helda.

Mereka yang menyaksikan dan mendengar pertengkaran sahabat itu hanya menggeleng maklum. Memang ya level persahabatan tertinggi adalah ketika satu sama lain menistakan temannya satu sama lain, tapi mereka hebat masih bisa bertahan bersama. Sungguh luar biasa. Erden pun terheran-heran dibuatnya. Dia mendekati Sena yang berada di dekatnya. "Senior, kok kalian bisa betah temenan kayak gini ?" tanyanya penasaran.

Sena memandangnya dengan tatapan seribu makna dan senyum manis yang terukir di wajah. "Kebetulan aja udah terlanjur cocok satu sama lain. Jarang nemu yang kayak mereka. Ya begitu deh" jawabnya.

Sisa hari itu, mereka gunakan untuk berdiam diri sembari menunggu kepastian yang tidak pasti adanya. Satu dua kali rooftop itu diramaikan dengan perdebatan D-CAISA. Keempat sekawan itu benar-benar tidak tahan hanya berdiam diri. Jadilah mereka bermain petak umpet di tengah rooftop yang penuh oleh susunan kursi dan meja. Mereka asyik sekali bermain hingga tak menyadari bahwa waktu telah berlalu dengan cepat dan saat ini, nyaris senja digantikan sang malam. Matahari telah terbenam di cakrawala.

Kaira yang mendapat giliran jaga kali ini. Dia menggunakan jas miliknya untuk menutup mata yang nyaris menutupi seluruh kepalanya. Sementara, Alena dan Sena dengan cepat mencari posisi agar mereka tidak tertangkap. Alena melempar sebuah kaleng bekas ke arah Kaira. Kaira yang mendengar suara nyaring kaleng tersebut, menggerakan tangan seolah-olah ingin menangkap seseorang. "Kena kau !" teriaknya. Namun, yang ia dapatkan hanya angin kosong. Dia cemberut dibuatnya. Ah, dia ditipu ternyata. Jadilah dia mencoba bergerak mencari keberadaan temannya itu.

Alena yang melihat Kaira datang mendekat, memberi kode kepada Sena agar mereka bersembunyi di bawah meja sana. Membiarkan si Helda kebingungan sendiri mencari keberadaan duo sejoli tersebut. Sena mengangguk setuju, dan berakhirlah si Khalila dan Guinevere yang bersembunyi di bawah salah satu meja yang disusun menjadi huruf S.O.S tersebut.

"Kalian kemana sih ?!" Kaira berujar kesal. Dia rasa dia berputar-putar di tempat itu, tapi tangannya yang dikibas-kibaskan hanya menangkap kehampaan disana. Namun, ketika tangannya tak sengaja menepuk tubuh seseorang, spontan dia memukul orang tersebut karena berpikir itu Alena ataupun Sena. Sayangnya, dia salah besar karena yang dia pukul tadi adalah Carlos yang sedari tadi berdiri menonton anak muridnya bermain. Carlos menjewer pelan telinga Kaira. "Kamu nih main mukul-mukul orang aja. Dasar nakal !" omelnya.

"Ampun ! Ampun ! Aduh lepasin dong telinga saya" Kaira memohon. Orang-orang disana tertawa pelan melihat hiburan kecil yang ada di hadapan mereka. Carlos melepas jeweran dan membiarkan Kaira yang sekarang melangkah cepat ke arah susunan meja dan kursi. Telinganya menangkap suara tertawa khas milik Sena dan Alena jadilah dia berjalan cepat kesana. Dan seperti biasa karena kecerobohan si Helda yang tidak pernah belajar dari kesalahannya, dia berakhir menabrak susunan kursi dan meja itu. Kaira melompat-lompat kecil dengan satu kaki terangkat (tepatnya kaki yang tadi menabrak kursi). Dia mengelus lututnya yang pastinya akan memar itu sembari mengaduh kesakitan.

Gelak tawa Sena, Alena, dan Cathleen pecah seketika. Bukan bermaksud jahat menertawai kesialan temannya itu. Tapi, oh ayolah mereka mengenal Kaira sudah bertahun-tahun. Dan seperti biasa gadis itu cerobohnya bukan main. Anggap saja itu karmanya karena terlalu sering menjahili para sahabatnya.

Bugh !

"Aduh !" Alena meringis pelan akibat kepalanya yang tidak sengaja terantuk meja. Dia tertawa terlalu keras sampai tak menyadari bahwa dirinya masih bersembunyi di bawah meja.

Sena yang melihat itu semakin tertawa keras. "Aduh Alena, makanya ketawa liat-liat juga dong ! Bisa-bisanya sampai kejedot gitu. Ya tuhan, perutku kram kebanyakan ketawa dari tadi !"

Cathleen berdecak pelan, dia bertanya-tanya apakah hanya dia masih bertingkah normal disaat genting begini. Teman-temannya memang luar biasa sekali. Tapi, untuk kali ini dia ingin menistakan Kaira yang masih melompat-lompat kecil tersebut. "Ceroboh tuh ditakar kek Kai. Jangan kamu simpan semuanya ya ampun."

Kaira merenggut kesal. Dia menarik jas yang menutupi mata dan kepalanya. Matanya mengerjap untuk menghilangkan pandangan yang timbul-buram tersebut. Kekesalan menyeruak dalam dirinya kala melihat Alena dan Sena yang bersembunyi di bawah meja. "Ih curang kalian ! Enak banget sembunyi di bawah meja !" renggutnya sebal.

"Biarin ! Kan nggak ada larangan gitu !" balas Alena yang membuat Kaira mendengus sebal dibuatnya.

Gadis Helda menghentakkan kakinya sembari mengomel memarahi kedua sahabatnya itu. Sena dan Alena yang baru saja keluar dari bawah meja langsung menghampiri Kaira. Ada senyum mencurigakan di wajah mereka. Alena langsung menarik kembali jas untuk menutupi kepala Kaira. Sementara Sena mengikat erat kedua lengan jas tersebut. Gelap kembali menyelimuti manik Kaira. Bodoh dirinya yang bukannya melepas jas itu, malah berjalan ke arah tumpukan kursi dan meja. Tentunya hal itu membuat dirinya malah terantuk meja kembali dan kejadian itu ditertawakan oleh mereka yang berada di rooftop sore hari itu.

-Kkeut

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!