Tak lama setelah itu, terlihat tubuh besar seekor beast singa es yang hampir menutupi jalur rahasia Kekaisaran Xiao tengah berjalan dengan memamerkan taringnya yang runcing dan berkilat.
“Wow, kau sungguh besar dan mengerikan!” kata Ucup langsung melangkah mundur menjauhinya.
“Tuan Muda, mengapa mundur? Hadapi saja!” Si gadis merasa heran dengan Ucup yang memilih mundur.
“Aku hanya mengambil ancang-ancang saja,” sanggah Ucup terus melangkah mundur.
Melihat mangsanya terus mundur, Singa Es merasa di atas angin. Ia menggeram dan memancarkan auranya untuk menekan pemuda yang terus melangkah mundur.
Ucup bingung, ia tidak tahu harus menghadapinya atau melarikan diri. Perasaannya kalut, tatapannya kosong, dan pikirannya terus menimbang pilihannya.
“Lord Ucup, mengapa kau begitu takut menghadapinya?” tegur Pangeran Xiao Li Dan tidak memahaminya.
“Kau hanya mengajariku hukum semesta dan hukum ruang-waktu. Sekalipun kau tidak pernah mengajariku bela diri. Sehebat apa pun energi semesta yang aku miliki, tanpa adanya kemampuan bela diri, aku pasti kalah juga menghadapinya,” balas Ucup realistis.
“Di sini bahkan anak-anak kecil memiliki kemampuan bertarung. Pantas saja kau begitu takut. Memangnya di kehidupan asalmu, tidak ada bela diri?”
“Ada dan banyak jenisnya. Kemampuan terbaikku hanyalah lari meninggalkan masalah. Sudahlah, tatapan kucing besar itu seolah ingin menelanku hidup-hidup. Aku harus berpikir menghindarinya.”
“Pakai saja pedangmu itu, Lord Ucup! Setidaknya kau bisa memberikan perlawanan menghadapinya,” usul Pangeran Xiao Li Dan.’
“Kondisi genting begini, bagaimana mungkin aku memiliki hasrat itu?”
“Terserah dirimu saja. Selamat bertarung, Lord Ucup.”
“Sialan kau, Brother Xiao!” Ucup mulai panik menghadapi singa es yang semakin dekat untuk menerkamnya.
Tidak ada pilihan lain selain meminta bantuan kepada gadis yang digendongnya.
“Nona, aku perlu bantuanmu,” kata Ucup.
“Bantuan apa? Kondisiku lemah, aku tidak sanggup melawannya dalam kondisi yang seperti ini,” kilah si gadis.
“Kau hanya perlu merogoh adik kecilku dan membangunkannya. Cepatlah!” pinta Ucup mulai terdesak.
“Mengapa di alam ini ada pria mesum sepertimu? Sialan!”
“Cepat, Nona!” Ucup memaksanya.
Dengan terpaksa, si gadis menurutinya. Satu tangannya ia ulurkan memasuki dinding tipis penghalang. Matanya terbelalak, badannya menggigil merasakan benda sialan yang tidak mampu digenggamnya.
“Ini monster,” batin si gadis terpukau karenanya. Ia lalu memainkannya dengan lima jari lentik yang begitu mahir memainkannya.
Tak berselang lama, benda sialan itu bereaksi. Ucup memfokuskan pikirannya pada energi yang menyeruak dari adik kecilnya.
Wuzz!
Seketika, Ucup menarik energi pedang dan membentangkannya tegak lurus ke depan. Seketika pula, Ucup terperangah melihat energi pedang yang membentuk fisik pedang.
“Pedang apa ini? Mengapa bentuknya somplak begini? Tidak ada bagusnya!” keluh Ucup melihatnya.
Biarpun begitu, pedang yang digenggamnya memancarkan aura penguasa yang menekan singa es hingga terjatuh lalu meringis kesakitan.
“Ma-maafkan hamba, Yang Mulia. Hamba tidak menyadari keberadaan Yang Mulia.” Singa Es memohonnya.
Ucup celingak-celinguk tidak memahaminya.
“Apa yang terjadi denganmu, Kucing Besar? Kenapa kau memohon ampun kepadaku?” tanya Ucup keheranan.
“Yang Mulia adalah sosok yang tidak mungkin hamba berani melawannya. Mohon Yang Mulia mau memaafkan hamba,” jawab Singa Es terus memintanya.
“Ternyata begitu … baiklah, aku memaafkanmu. Siapa namamu, Kucing Besar?”
“Terima kasih, Yang Mulia. Hamba Bing Shi, beast singa es dari utara Kekaisaran Xiao.”
“Bagaimana kamu bisa memasuki jalur rahasia ini?” Ucup tertarik untuk mengetahuinya.
Bing Shi lalu menceritakan kisahnya yang tidak sengaja masuk ke dalam jalur rahasia Kekaisaran Xiao dan Kekaisaran Fei ketika melarikan diri dari peperangan besar yang terjadi.
“Teruskan ceritamu dan pandulah aku menjelajahi lorong ini!” kata Ucup memintanya.
Bing Shi mengangguk lalu memimpin jalan menelusuri jalur rahasia. Sementara itu, si gadis masih saja asyik memainkan benda imut yang membuatnya geregetan. Ucup sendiri tidak menghentikannya. Ia membiarkannya sambil berjalan mengikuti langkah kaki Bing Shi yang berjalan mundur hingga bisa membalikkan badan di area lorong yang cukup luas.
“Selamat datang di tempatku, Yang Mulia,” ujar Bing Shi begitu berada di area yang cukup luas dikelilingi oleh dinding yang melingkar.
“Terima kasih, Kucing Besar,” balas Ucup yang memutar bola matanya memperhatikan area di sekelilingnya.
“Dari ceritamu, aku belum mengetahui bagaimana hewan-hewan bisa sampai di sini? Apakah sama denganmu yang tidak sengaja memasukinya?” imbuh Ucup mempertanyakannya.
“Semua hewan sudah berada di sini sebelum hamba terlempar. Menurut hamba, semua hewan di sini memang sengaja diselamatkan untuk masa depan selepas perang dengan bangsa iblis berakhir.”
“Lalu, mengapa kau tidak keluar dari tempat ini? Perang sudah lama berakhir.”
“Itu masalahnya, Yang Mulia. Entah berapa kali hamba memutari tempat ini, namun tidak pernah hamba temukan jalan keluar dari tempat ini. Bahkan, beberapa tempat hamba coba hancurkan untuk menemukan jalan keluar. Hasilnya tetap sama.”
Ucup mengangguk memahaminya. Ia mengerutkan keningnya mencoba mendalami maksud dibangunnya jalur rahasia oleh kedua kaisar yang begitu berjasa besar menyelamatkan kehidupan dari kepunahan akibat peperangan.
“Alam ini harus berterima kasih kepada kedua Kaisar,” batinnya merasa takjub dengan apa yang dilakukan oleh keduanya.
Ucup kemudian memikirkan rencana untuk memulai kehidupan baru kepada semua hewan yang berada di jalur rahasia dua kekaisaran.
“Tuan Muda, kapan aku bisa makan? Aku sudah tidak memiliki tenaga untuk melanjutkan perintahmu,” celetuk sang gadis mengingatkannya.
“Lah, aku kan tidak jadi bertarung dengan Kucing Besar. Mengapa kamu terus saja bermain dengan adikku?” Ucup menegurnya agar tidak disalahkan.
“Aku tidak bisa berpikir jernih. Badanku lemas karena lapar,” balas si gadis beralasan.
Ucup bernapas lega mendengarnya. Ia kemudian menurunkan si gadis, lalu meminta Bing Shi untuk menangkap seekor hewan.
Beberapa saat kemudian, Bing Shi datang dengan menggigit leher seekor domba lalu meletakkannya di lantai.
“Cepat sekali kau menangkapnya?” Ucup menggaruk kepalanya yang sudah lama tidak dikeramas.
“Hewan di sini melimpah ruah, Yang Mulia. Aku tidak kesulitan untuk menangkapnya,” kata Bing Shi menjelaskan.
Ucup kini bingung, ia tidak tahu bagaimana caranya membuat pembakaran? Ia tersenyum kecut ke arah si gadis dan juga Bing Shi di dekatnya.
“Kalian tunggu di sini! Aku akan membawa beberapa bahan untuk memasaknya,” pinta Ucup.
“Baik, Yang Mulia,” sahut Bing Shi lalu duduk di samping si gadis.
Dengan menggunakan hukum ruang, Ucup menghilang lalu muncul di hutan tempatnya memasuki jalur rahasia.
“Yang Mulia, izinkan hamba yang mencari bahan,” pinta Long An seketika keluar dari alam jiwa.
“Baiklah,” balas Ucup singkat, lalu meletakkan jarinya di kening Long An.
Setelah itu, Long An terbang mencari semua bahan yang diminta oleh Ucup.
Ucup kemudian duduk dalam posisi lotus di hamparan tanah. Ia mengingat kembali pengetahuan tentang penguasaan energi empat elemen dari hukum semesta. Setelahnya, Ucup membuat pola di jemarinya untuk mengeluarkan energi api.
Wuzz!
Api menyembur keluar dari tangannya dan melesak cepat membakar pepohonan kering di dekatnya.
Ucup panik melihatnya. Ia lalu mencari ingatan tentang penggunaan elemen air dari pengetahuan yang dipelajarinya. Kembali, ia membuat pola di jemarinya lalu mengangkatnya tinggi ke langit. Nahas, tidak ada air yang keluar dari langit.
“Ah, sial! Aku salah membuat polanya.” Ucup mengulanginya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ🥀⃟ʙʟͤᴀͬᴄᷠᴋͥʀᴏsᴇ
awas loh nanti kau dimakan cup, jangan dekat-dekat
2023-09-23
0
Ñůŕšý
Nah lo! Ala yang akan terjadi kalau salah pola begitu?
2023-09-14
0
💕NARA༄𝑓𝑠𝑝⍟
bener tuh cup gak Ada salahnya mencoba daripada lari
2023-09-12
0