Setibanya di Kampung Cerita Hati, Ucup turun dari punggung Long An dan langsung membawa si gadis masuk ke dalam rumah. Ia lalu membaringkan tubuh si gadis di ranjang kayu.
Melihat kondisi si gadis yang kritis, Ucup langsung menyembuhkan setiap luka si gadis dengan menyentuhnya. Energi semesta mengalir dari jari-jari ucup yang kemudian menutup sobekan luka di kulit si gadis.
“Maafkan aku, Nona. Aku harus melepas gaunmu untuk bisa menyembuhkan semua luka di tubuhmu,” ucapnya pelan, lalu melepaskan gaun yang dipakai si gadis.
Wajah Ucup menjadi merona, ketegangan muncul ketika ia melihat tubuh polos si gadis yang diselamatkannya. Dengan hati-hati dan penuh ketelitian, Ucup mulai menyentuh bagian luka yang menganga di sekujur tubuh si gadis.
Tepat ketika akan menyentuh bagian bukit kembar, tetesan keringat mengalir di pori-porinya. Ucup berusaha untuk bersikap tenang lalu memberanikan diri menyentuhnya. Seketika ketegangan mereda, setelah dirinya selesai menyembuhkan luka di bagian yang membuat jantungnya berdetak cepat.
“Sialan, kenapa aku begitu tegang?” rutuknya setelah mengembuskan napas ketegangan.
Tidak berhenti sampai di situ, Ucup kembali merasakan ketegangan yang menaikkan adrenalinnya ketika ia akan menyentuh dinding luar dari lokasi pertemuan kromosom genetika. Ia menelan salivanya melihat garis vertikal tegak lurus berbelok 15 derajat di tengah rerimbunan semak belukar tak beraturan. Ia pun tahu, hal itu bukanlah tentang hukum gravitasi.
“I-ini lebih sulit, seumur hidupku, aku belum pernah melihat langsung bagian ini, apalagi menyentuhnya. Oh my God, help me!” Batin Ucup bergemuruh, keinginan yang bergejolak dari dalam dirinya memohon untuk mengeksplorasi apa yang dilihatnya.
Butiran keringat terus keluar membasahi wajah dan pakaiannya. Tanpa sadar, adik kecilnya terperanjat berontak dari balik kain yang menutupinya. Laksana badai di musim hujan.
Tak ingin terus merasakan ketegangan yang dialaminya, jari tangan Ucup dengan cepat menyapu sisa bagian luka di tubuh si gadis. Tak berselang lama, Ucup selesai menyembuhkan semua luka di tubuh si gadis. Ia kemudian menarik dalam napasnya lalu mengembuskannya perlahan.
“Ah, selesai juga!” lirih Ucup merasa lega.
Akan tetapi, semua yang dilakukan oleh Ucup belum selesai sepenuhnya. Noda darah yang mengering di tubuh si gadis membuatnya merasa risih, ia mengambil gaun lalu merobeknya. Setelah itu, Ucup berjalan ke arah belakang rumah untuk mengambil air yang tersedia di wadah kayu lalu kembali membawanya.
Dengan cekatan, Ucup membersihkan noda darah yang mengering dan kotoran sisa pertarungan dengan membasuhnya menggunakan kain basah di tubuh si gadis hingga bersih.
Ketegangan kembali dirasakannya ketika ia membasuh bagian berharga si gadis. Ucup mengembungkan mulutnya menahan napas sambil terus membasuh noda darah hingga bersih.
Sampai selesai ia membersihkannya, Ucup langsung mengempaskan napas yang ditahannya selama ia membersihkan tubuh si gadis dari noda dan kotoran.
Ucup kembali menelan saliva, tubuhnya terpaku dengan pemandangan indah yang dilihatnya.
Kali ini Ucup hampir tidak bisa menahan sesuatu yang bergejolak dalam dirinya. Ucup segera pergi keluar rumah untuk menenangkan diri, meredakan badai.
Ia berdiri di teras rumah sambil menatap adik kecilnya yang berdiri tegak menantang langit.
“Sialan kau, Belalai Gajah!” bentak Ucup memarahi adik kecilnya.
Cukup lama Ucup memperhatikan adik kecilnya yang tidak berangsur mengecil. Pikirannya terbang menjelajahi keindahan yang telah dilihatnya.
“Sialan, bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu tertidur?” dengus Ucup merasa kalut.
Di ranjang pembaringan, si gadis mulai tersadar dari pingsannya, kelopak matanya terbuka menatap langit-langit kamar di atasnya. Tangannya bergerak meraba-raba tubuhnya yang polos.
“Ha!” jeritnya terkejut menyadari tubuhnya tidak tertutup apa pun.
Ia lalu mengambil pakaian di cincin spasialnya lalu dengan cepat memakainya.
Wajahnya begitu pucat dengan pikiran buruk membayangkan apa yang terjadi pada dirinya.
“Di mana aku? Ke mana pemuda yang telah menyelamatkanku? Apakah dia menodaiku lalu pergi begitu saja, meninggalkanku seperti ini?” Lontaran pertanyaan dari pikiran buruknya menyeruak begitu saja.
Ia kemudian menyentuh mahkota tubuhnya, merasakan tidak ada keanehan sama sekali di bagian berharganya. Setelahnya, ia bernapas lega, pikirannya pun menjadi tenang.
“Syukurlah, tidak terjadi apa-apa denganku!” lirihnya.
Setelah itu, ia beranjak meninggalkan kamar. Bola matanya berputar memperhatikan area dalam rumah yang tidak dikenalnya. Ia terus melangkah menuju pintu keluar.
Di lawang pintu yang terbuka, si gadis merasa senang melihat punggung pemuda yang berdiri di depannya.
“Tuan Muda, terima kasih telah menyelamatkan hidupku dari ketiga pria sialan itu,” ucap si gadis dengan suara yang terdengar lembut namun tegas.
Ucup terkejut mendengarnya, matanya tidak berpaling dari adik kecilnya yang berdiri tegak menantang langit.
“Ba-bagaimana ini? Bagaimana aku harus menutupi adik kecilku ini?” kata batinnya begitu cemas.
“Tidak, tidak apa-apa, Nona. Itu sudah menjadi kewajibanku untuk menolong sesama,” balas Ucup terbata-bata mengucapkannya. Ia tidak berani membalikkan badannya.
Si gadis yang melihat pemuda di depannya tidak membalikkan badan, berpikir kalau dirinya masih tidak memakai apa pun. Ia tersenyum lembut menanggapinya.
“Tuan Muda, kamu tidak perlu khawatir. Aku sudah memakai pakaianku. Kamu bisa melihatku sekarang,” ujar si gadis.
Ucup semakin bingung menjelaskannya, ia semakin kesal dengan adik kecilnya yang tidak mau memahami dirinya. Kurang ajar!
“Bu-bukan itu, Nona. Ma-maafkan aku, Nona. Aku tidak bermaksud melecehkan Nona. Semua itu aku lakukan untuk menyembuhkan semua luka dan membersihkan noda darah di tubuh Nona,” timpal Ucup menjelaskannya.
“Tidak apa-apa, Tuan Muda. Aku sangat berterima kasih karena Tuan Muda sudah menyelamatkanku, walaupun Tuan Muda sudah melihat tubuhku, aku tidak akan menuntut Tuan Muda untuk menikahiku,” imbuh si gadis tidak mempermasalahkannya.
“Terima kasih, Nona. Sekali lagi, maafkan aku!”
Si gadis semakin heran dengan sikap pemuda di depannya tidak mau berbalik badan menatapnya. Ia melangkahkan kaki menghampiri si pemuda yang memunggunginya.
Ucup yang merasakan gerak langkah si gadis langsung berjalan menjauhinya sambil mendorong pinggulnya ke belakang sedikit membungkuk agar tidak terlihat oleh si gadis. Namun, langkah kaki si gadis lebih cepat darinya.
Ucup kemudian memutar badannya terus memunggungi si gadis. Si gadis menyipitkan mata semakin heran dengan tingkah si pemuda yang enggan membalikkan badan untuk melihatnya. Pandangan heran si gadis yang terus fokus memperhatikan pemuda di depannya, membuat dirinya kurang berhati-hati pada langkahnya.
Seketika, si gadis tersandung batu lalu dengan refleks kilat, Ucup menarik tangan si gadis, menangkapnya. Keduanya lalu terjatuh saling menindih, yang mana Ucup tertimpa tubuh si gadis di atasnya.
Hal itu membuat adik kecil Ucup tertekan oleh tubuh si gadis. Kedua pasang mata langsung terbelalak karenanya.
Tampak kedua wajah berlainan jenis itu merona dan napas keduanya memburu. Waktu seakan berhenti saat itu. Keduanya mematung dalam waktu yang cukup lama.
“Ah!”
Tiba-tiba saja si gadis berteriak. Ia merasakan sakit di bagian mahkotanya, ia lalu melihat ke bagian bawah dan bola matanya membesar melihat sesuatu yang besar menyentuh tepat di bagian mahkotanya.
Ucup bereaksi dengan memindahkan tubuh si gadis ke sampingnya. Ia lalu kembali berdiri dengan membelakangi si gadis.
“Dasar mesum! Punyaku jadi sakit!” ringis si gadis sambil menangkup miliknya.
Ia menangis pilu merasakan nyeri akibat benturan tak sengaja mengenai benda tumpul bajingan.
“Jangan salahkan aku, Nona. Itulah mengapa aku terus membelakangi Nona. Nona tidak tahu betapa aku berjuang keras untuk menahan gejolak dalam diriku setelah melihatmu, Nona,” sanggah Ucup menjelaskannya.
Si gadis tersenyum kecut mendengar penjelasan si pemuda. Ia lalu mengusap air matanya, merasa alasan dari pemuda itu masuk akal.
“A-aku sakit. Tolong pangku aku ke dalam rumah!” pinta si gadis dengan manja.
“Baik, Nona. Sebelum itu, tutup matamu dengan rapat. Aku tidak ingin kamu melihatnya lagi,” balas Ucup.
Si gadis langsung memejamkan mata. Ucup memutar lehernya melihat si gadis sudah menutup matanya. Ia kemudian mengangkat tubuh si gadis dengan merentangkan tangan menjauhkan tubuh si gadis agar tidak bersentuhan dengan adik kecilnya. Setelahnya, ia berjalan memasuki rumah.
“Kamu jangan pernah membuka matamu sampai aku meninggalkanmu di kamar,” pinta Ucup terus melangkah menuju kamar dan membaringkan si gadis di ranjang kayu.
Setelahnya, Ucup langsung pergi meninggalkan si gadis yang terbaring di atas ranjang.
Melihat si pemuda sudah pergi, si gadis langsung membuka matanya. Ia lalu menyingkap gaun bawah memeriksa mahkotanya.
“Ah!” jerit si gadis melihat memar kebiruan di mahkotanya.
Ucup terkejut mendengar suara teriakan si gadis. Ia langsung berlari masuk ke kamar dan berdiri tepat di lawang pintu. Matanya terbelalak melihat gaun yang tersingkap. Pintu surga.
“Kenapa kamu berteriak? Apa yang terjadi?” tanya Ucup ingin tahu.
“Kamu harus bertanggung jawab menikahiku. Mahkotaku menjadi rusak karenamu,” ucap si gadis sambil terisak.
“Kalau begini jadinya, tidak akan ada pria yang mau menikahiku,” rengek si gadis menuntut Ucup untuk bertanggung jawab.
Merasa jengkel dengan ucapan si gadis. Ucup melangkah memasuki kamari.
“Aku akan menyembuhkannya. Kamu tidak perlu khawatir dengan masa depanmu,” kata Ucup kemudian duduk di sisi ranjang kayu.
Si gadis terdiam dengan bola mata yang menonjol melihat sesuatu yang besar di balik kain. Ia terpana melihat ukuran tak normal dari pria yang berjalan menghampirinya. Wajahnya begitu merona tanpa peduli pada apa yang dikatakan oleh si pemuda kepadanya.
Ucup yang gemetar melihat milik si gadis, tanpa mau mengulur waktu, ia langsung seloroh menyentuhnya dengan mengalirkan energi semesta untuk menyembuhkannya.
Plak!
Si gadis menampar keras wajah Ucup ketika tersadar merasakan tangan kekar menyentuh mahkotanya, namun tangannya merasa sakit setelahnya.
Si gadis kembali terdiam ketika hawa dingin merasuk di mahkotanya. Rasa nyeri berangsur hilang dengan sendirinya, namun, harga dirinya terasa direnggut oleh pemuda di sampingnya.
Setelah itu, ia langsung mencengkram wajah Ucup dengan keras. Ucup tidak bereaksi, ia membiarkan si gadis terus mencengkram wajahnya sampai emosi si gadis mereda setelah beberapa saat kemudian.
Si gadis lalu membenamkan kepalanya di dada bidang Ucup. Ia menangis tersedu dengan apa yang menimpa dirinya sampai ia tertidur lelap dalam dekapan Ucup.
“Lama tidak bertemu orang, sekalinya bertemu malah begini,” keluh Ucup di hatinya.
"Kau ini aneh, padahal kau bisa menyembuhkannya tanpa harus menyentuhnya," kata Pangeran Xiao Li Dan.
Ucup terkekeh pelan.
"Apa kau bukan seorang lelaki?" tanya Ucup menyindir.
Pangeran Xiao Li Dan geram mendengarnya, lalu membalas, "Jadi, semua itu hanya akal busukmu saja?"
"Ya. Ha-ha," kekeh Ucup.
"Dasar bedebah!" timpal Pangeran Xiao Li Dan.
"Iri bilang Bos!"
Hening … dan Ucup pun tertidur sambil mendekap si gadis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Putra_Andalas
Ngac3n9 toh...!?? 😂
2023-12-18
1
Sky
astaga 🤦 Ucup benar" pangeran encuuummmmmm.....
2023-10-06
1
Sky
separah itukah luka si gadis itu 🙄
bahkan lukanya sampai ke beberapa titik sensitif
2023-10-06
1