Tanpa terasa, Ucup Rekber menghabiskan waktu berbulan-bulan di alam jiwa. Ia mempelajari banyak pengetahuan yang disampaikan oleh Pangeran Xiao Li Dan.
Meskipun banyak hal yang sulit dipahaminya, Ucup bertekad akan lebih memahami semuanya di sepanjang perjalanan menjalankan misi yang diembannya dari kelima Pilar Semesta melalui jiwa Pangeran Xiao Li Dan.
Setiap harinya Ucup berjalan pelan di hamparan luas tak berujung, mempelajari hukum alam semesta dan hukum ruang-waktu dengan begitu fokus dan serius.
Hingga beberapa tahun kemudian, Ucup berhasil menyelesaikan pelajarannya. Memang, tidak semua bisa ia mengerti, namun hal itu akan dipahaminya nanti di alam yang sebenarnya.
Pangeran Xiao Li Dan yang menjadi kaki-tangan kelima Pilar Semesta merasa puas dengan pencapaian rekannya.
“Semua pengetahuan telah kusampaikan kepadamu, namun, semuanya harus dibuktikan kebenarannya di alam yang akan engkau pijak tiap jengkalnya,” ujar Pangeran Xiao Li Dan.
Ucup tersenyum lembut menanggapinya. Terlihat dari pancaran kedua matanya yang tidak sabar untuk berpetualang di alam yang jauh dari tempat tinggalnya.
“Ayo, Brother Xiao! Aku sudah tidak sabar ingin melihat cewek-cewek yang wajahnya glowing ngaburinyai,” kata Ucup berbinar-binar membayangkan.
“Apa maksudmu, Saudara Ucup? Aku tidak memahaminya,” timpal Pangeran Xiao Li Dan berpikir keras.
“Maksudku ….” Ucup memegang dagunya berpikir, “kita selesaikan misi ini dengan penuh semangat.”
Setelah mengatakannya, Ucup langsung keluar dari alam jiwa. Matanya terpejam merasakan kembali embusan angin dingin yang menerpa merasuk ke dalam pori-pori kulitnya.
“Angin, mengapa kau mengusikku? Tak bisakah kau menyampaikan rinduku ini? Katakan kepadanya tentang kisah yang belum dimulai, tentang mimpi yang harus dikejar, dan tentang cinta yang bersemayam di lubuk hati.
“Angin, ajari aku tentang rasa yang tak dapat aku lihat tapi mampu kurasakan getarannya. Rasa yang sama seperti perasaanku padanya. Oh angin, aku cinta Diah, aku sayang Nia, aku rindu Lia, aku suka Tia, dan aku ingin Widia,” gumam Ucup lalu membuka kedua matanya.
Senyum hangat terbit di wajah Ucup, menyelimuti tekadnya untuk menyelesaikan misi yang diembannya.
Ucup melangkahkan kaki berjalan ke arah matahari terbit. Pandangannya tak lepas dari kerusakan alam di sekitarnya.
“Inilah waktunya aku mencoba menggunakan hukum alam semesta,” ucapnya.
Ucup menggerakkan tangan membuat pola rumit dengan jarinya. Gelombang energi menyeruak dari sekujur tubuhnya, meluas ke sekelilingnya dengan cepat. Ia lalu menghentakkan kedua kaki di tanah secara bergantian dan teratur dengan ritme sedang.
Seketika itu, tunas-tunas pepohonan bermunculan seiring langkah kaki Ucup yang berjalan pelan ke arah timur.
Hari berganti malam dan malam berganti hari. Waktu terus berputar setiap harinya di sepanjang perjalanan sang pemuda yang menjalankan misinya untuk merekonstruksi alam semesta.
Tidak terlihat tanda-tanda keberadaan makhluk hidup bergerak yang bisa ditemuinya. Bahkan, seekor semut pun, Ucup tidak melihatnya.
Tempatnya berpijak seolah merupakan dunia yang ditinggalkan oleh penghuninya.
“Alam ini hidup segan, mati tak mau,” lirih Ucup pelan. Kakinya terus melangkah merintis jalan menapaki kaki bukit yang puncaknya tidak lagi mengerucut. Di sekitarnya, terdapat puluhan kawah hasil dari jejak pertarungan.
Ucup kembali menggerakkan tangannya. Kali ini, ia menggunakan elemen tanah dari hukum semesta. Terlihat, ia mulai memperbaiki cekungan tanah berbentuk kawah kembali rata dan terus mengembang ke bentuk semula. Hingga akhirnya, bukit yang dipijaknya kembali memiliki puncak sebagaimana asalnya.
Setelah itu, Ucup kembali menuruni puncak bukit dan terus memperbaiki kerusakan alam di sekitarnya. Hal itu terus dilakukannya tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Ucup mulai merasakan kebosanan dalam perjalannya.
“Misinya tidak begitu sulit, …, sat, set, sat, set, selesai. Akan tetapi, aku sebagai makhluk sosial pastinya butuh seseorang yang mendampingiku,” keluh Ucup sambil menendang bebatuan kecil di depannya.
“Terus kamu anggap aku ini apa?” ketus Pangeran Xiao Li Dan menanyakannya.
“Makhluk halus,” jawab Ucup cepat.
“Setidaknya aku masih bisa menemanimu bicara.”
Ucup tersenyum kecup mendengarnya. Meskipun begitu, ia tidak mempermasalahkannya. Ucup terus melangkah dengan santai merintis jalan yang dilaluinya.
Beberapa langkah berikutnya, terlihat sebuah danau besar di depannya.
Ucup berlari cepat ke arah danau tersebut lalu berjongkok untuk membasuh mukanya. Namun, sebelum ia menyentuh airnya, Ucup melihat bayangan dirinya dari pantulan air danau di hadapannya.
“Gila, aku setampan ini sekarang!” seru Ucup langsung menangkupkan tangan di kedua pipinya.
“Ha-ha. Kalau setampan ini, orang seperti Lee Min Ho, Soo Lee Hin, dan Kim Soo-hyun, maupun Kim Bihun tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan diriku, Ucup Rekber dari Cirindu,” imbuhnya membanggakan diri.
Ucup menyadari perbedaan yang sangat jauh pada dirinya sekarang dibandingkan dengan dirinya dari tempat asalnya.
Ucup melepas pakaiannya lalu melompat ke danau.
Byur.
Seketika, Ucup terperanjat tidak percaya bisa bernapas dengan dengan normal di dalam air. Namun, gelapnya kedalaman air danau, membuat Ucup tidak bisa melihat dengan jelas.
“Kamu memiliki lingkar semesta di keningmu. Dengan itu, kamu bisa melihat apa pun sejauh mana pun kamu menginginkannya. Aku akan mengajarimu cara mengaktifkannya. Sekarang, naiklah ke permukaan!” ujar Pangeran Xiao Li Dan memberitahunya.
Ucup begitu senang mendengarnya, ia mengangguk lalu berenang naik ke permukaan.
“Ah, segarnya,” kata Ucup setelah keluar dari danau dengan menutupi adik kecilnya yang besar.
Ucup melirik ke kiri dan ke kanan di sekitarnya, meskipun ia tahu tidak akan ada orang yang melihatnya, namun Ucup masih memiliki rasa malu sebagai manusia. Ia lalu memakai kembali pakaiannya dengan cepat.
Setelah itu, Ucup duduk dalam posisi lotus di pinggir danau. Ia bermeditasi, menerima pelajaran dari Pangeran Xiao Li Dan di alam pikirnya. Ucup menyimaknya dengan serius dan mulai mempraktikkannya.
Seminggu kemudian, Ucup berhasil menguasainya. Meskipun terhitung lambat, Ucup tidak mempermasalahkannya. Baginya yang terpenting adalah bisa menguasainya dengan baik.
Sebuah bola kecil muncul keluar di antara kedua ujung alisnya, memancarkan cahaya putih terang seperti lampu tembak. Ucup lalu mengarahkannya ke dalam danau di depannya.
Ia pun terkejut dengan apa yang dilihatnya.
Seekor naga besar bersisik merah sedang meringkuk dalam kondisi tertidur. Ucup terus memperhatikannya, terlihat banyak luka di sekujur tubuh sang naga.
"Ya ampun, kasihan sekali ular bertanduk itu!" kata Ucup berempati.
Dengan menggunakan hukum ruang dimensi, Ucup menarik sang naga keluar dari dasar danau. Air danau bergejolak hebat membanjiri sekeliling daratan. Ucup yang tidak bisa terbang harus rela terkena semburan air danau yang jatuh seperti bah, namun ia masih duduk dalam posisi semula.
Setelah air danau kembali surut, kini terlihat jelas tubuh sang naga tergeletak di daratan dalam jangkauan sepuluh tombak dari posisi Ucup.
Ukuran tubuh sang naga begitu besar, panjang tubuhnya sekitar 20 tombak dengan diameter tubuh mencapai lima tombak. Terlihat banyak lubang di bagian sisiknya yang terkelupas, kondisi tubuh sang naga sangat memprihatinkan.
Melihat keberadaan sang naga tidak jauh darinya, Ucup beranjak bangun dan mendekatinya. Ia kembali menggerakkan tangan membuat sebuah pola dari hukum semesta, lalu melambaikan tangan di atas kepalanya.
Butiran-butiran embun di udara memercik ke tubuh sang naga membentuk selimut yang terbuat dari butiran air. Seketika, semua luka sang naga berangsur pulih dengan sendirinya.
Ajaib, kata yang tak terucap dari mulut Ucup yang begitu bahagia melihat hasilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
wahhh hebat, Ucup jadi sakti mandra guna 😂
2023-10-02
2
satu Minggu
waktu pembelajaran hal yang luar biasa, tidaklah lambat
bisa dibilang, Ucup cukup jenius juga
2023-10-02
2
ehhh ngaburinyai 🙄
apa artinya tuhh 🤣🤣🤣
2023-10-02
1