Jauh di alam lain di ruang hampa. Dewa Hampa mengernyitkan wajah menatap semesta di bawah naungannya mengalami kerusakan parah di hampir sepertiganya.
“Kekuatan dan kekuasaan tanpa disertai tanggung jawab akan membawa kehancuran pada alam yang memberikan semua kebutuhan hidup seluruh penghuninya. Tidakkah mereka menyadari semua itu?” lirih Dewa Hampa menggelengkan kepala.
Empat orang lainnya yang sedang bermeditasi dalam posisi melingkar membuka mata mengakhiri meditasi. Keempatnya merenungkan semua perkataan dari Dewa Hampa.
"Dewa, semua yang terjadi merupakan suratan takdir. Biarkanlah semesta yang akan menemukan jalannya sendiri untuk memperbaiki diri," ujar Dewa Cahaya menanggapi.
"Kehancuran alam semesta merupakan kesalahan kita yang tidak bisa menjaganya," sambung Dewa Kematian.
"Itulah yang aku sesalkan selama ini. Setelah satu abad dari berakhirnya pertarungan dua penguasa, kita berusaha menyeimbangkan kembali alam semesta dari kehancuran total. Namun, para iblis memanfaatkan situasi tersebut dengan menginvasi alam fana dan juga alam dewa yang membuat peperangan terus terjadi hingga kini," ujar Dewa Hampa.
Keempat lainnya terlihat risau dengan semua yang didengarnya.
"Apa yang meski kita lakukan untuk mengembalikan kondisi alam fana dan juga alam dewa pada keadaan semula?" tanya Dewa Cahaya.
"Kenapa kita tidak turun tangan mengusir bangsa iblis dari alam fana dan alam dewa?" sambung tanya Dewa Kematian.
Dewa Hampa merentangkan kedua tangannya memberikan isyarat untuk tenang. Ia lalu berkata, "Kita tidak bisa mencampuri urusan penghuni alam. Jangan gegabah!"
Seorang Dewi mengangkat tangan meminta izin untuk berbicara. Keempat dewa langsung mengangguk mempersilakannya.
"Apa tidak sebaiknya kita menunjuk seseorang untuk menjalankan misi mengembalikan keutuhan semesta?" cetus Dewi Kehidupan.
"Itu mungkin bisa dilakukan, tapi akan menyalahi takdir?" kata Dewa Hampa meragukannya.
Suasana menjadi hening seketika. Tak berselang lama, seorang dewa berdeham lalu berbicara, "Ada seorang pangeran muda di benua Matahari yang jiwanya masih bertahan di tubuhnya yang membusuk. Keinginan hidupnya sangat kuat. Menurutku, dia mungkin bisa kita jadikan sebagai orang yang akan mengemban misi merekonstruksi alam."
"Apa kita akan menentang takdir?" tanya Dewa Kematian menegaskan.
"Tidak masalah, asalkan salah satu dari kita harus menerima konsekuensi terganti olehnya setelah misi selesai," ujar Dewa Hampa menjelaskan.
Para dewa kembali terdiam. Masing-masing dari mereka fokus memikirkan solusi tentang hal tersebut. Hingga seseorang di antaranya menyeringai menatap keempat dewa lainnya.
"Bagaimana kalau kita meminjam satu jiwa dari semesta lain untuk menjalankan misi? Setelah selesai, kita bisa mengembalikannya," Kata si Iblis Kegelapan menyampaikan pendapatnya.
"Apa maksudmu?" tanya serentak keempat Dewa meliriknya dengan sorot mata yang tajam.
"Kalian tidak perlu menatapku seperti itu. Ini hanya solusi supaya tidak ada yang tersisih di antara kita," jelas Iblis Kegelapan.
Ketiga dewa mengangguk memahaminya. Hanya seorang dewi yang menggelengkan kepala.
"Itu kejahatan, aku kurang setuju," kata Dewi Kehidupan menolaknya.
"Ha-ha. Kalian semua tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Aku punya rencana," kekeh Dewa Hampa lalu mengeluarkan sebutir mutiara yang bersinar.
"Mutiara ini adalah inti energi semesta. Tadinya akan aku gunakan untuk merekonstruksi alam, jika saja kehancuran tak dapat lagi terhindarkan," jelas Dewa Hampa, "sekarang aku memahami ada manfaat lain untuk menggunakannya. Mutiara ini yang akan menjadi solusi untuk kita semua."
Semringah wajah keempat orang merasakan kelegaan bisa mendapatkan solusi terbaik.
"Dewa Cahaya, bawalah jiwa yang kau sebutkan tadi!" pinta Dewa Cahaya.
"Baik," sahutnya.
Iblis Kegelapan berdiri dari tempatnya, lalu berkata, "Aku akan pergi ke alam tak dikenal, … mungkin akan sedikit memakan waktu, kuharap kalian bersabar menungguku."
Setelah itu, Iblis Kegelapan langsung menghilang dari posisinya berdiri.
Beberapa waktu kemudian, Dewa Cahaya kembali dengan membawa jiwa seorang pangeran ke hadapan Dewa Hampa.
Sang pangeran tampak bingung memperhatikan empat dewa yang hanya terlihat sinarnya saja.
“Siapa kalian? Bagaimana aku bisa berada di sini?” tanya Pangeran sedikit ketakutan.
Dewa Hampa dan ketiga dewa lainnya tersenyum menanggapi pertanyaan dari Pangeran. Namun, mereka bertiga tidak menjawabnya.
Dewa Hampa melirik ke arah Dewa Cahaya lalu bertanya, “Inikah orang yang membuat dirimu begitu terkagum?”
“Betul, aku sangat kagum melihat perjuangannya mempertahankan diri dan martabat dari kepungan bangsa iblis. Dia sangat cocok untuk mengemban misi dari kita,” jawab Dewa Cahaya meyakini.
Dewa Hampa menoleh ke arah jiwa sang pangeran.
“Kondisi alam sudah sangat memprihatinkan. Kami butuh seseorang untuk merekonstruksi alam kembali pada kondisi semula. Apakah kau bersedia, Xiao Li Dan?”
Pangeran Xiao Li Dan mengernyitkan wajah tidak memahaminya. Namun, keempat dewa yang bersamanya bukanlah sosok sembarangan. Ia pun tahu, tawaran yang datang kepadanya merupakan anugerah besar yang tidak mungkin ditolaknya. Ia lalu mengangguk seraya tersenyum simpul menerimanya.
“Yang Mulia, hamba bukanlah kultivator hebat. Tugas ini mungkin akan menjadi sia-sia di tangan hamba. Mohon Yang Mulia bisa memberikan kebijaksanaan yang akan menjadi bekal hamba dalam menjalankan misi,” ujar Pangeran menyampaikan keinginannya.
“Kau tidak akan berjalan sendiri. Ada seseorang yang harus dibimbing olehmu. Jadilah pembimbing yang baik baginya!”
Pangeran Xiao Li Dan merasa heran mendengarnya, namun ia tidak ingin mempertanyakan maksud dari ucapan sang dewa kepadanya.
“Baik, Yang Mulia.” Pangeran Xiao Li Dan menerimanya.
“Setelah menyelesaikan misi, kami akan mengangkatmu menjadi Penguasa Alam Semesta.”
Bergetar hati sang pangeran tidak menyangka akan diberikan posisi yang jauh dari apa yang bisa dibayangkan oleh semua makhluk di alam semesta. Ia lalu menjura dengan posisi berlutut.
“Dewa Cahaya, antarkan jiwanya kembali ke alam fana!”
Dewa Cahaya mengangguk lalu membawa jiwa sang pangeran kembali ke alam fana. Di depan potongan tubuh yang membusuk, Dewa Cahaya mengeluarkan mutiara inti semesta yang dititipkan oleh Dewa Hampa kepadanya.
“Ini merupakan mutiara inti semesta yang diberikan oleh Dewa Hampa. Masukkan mutiara ini pada sisa tubuhmu itu, kemudian tunggulah sampai jiwa dari semesta lain memasukinya, lalu bimbinglah dia dalam menjalankan misi!” Dewa Cahaya memberikannya kepada Pangeran Xiao Li Dan yang langsung menerimanya.
Setelah itu, Dewa Cahaya menempelkan ujung jarinya di kening Pangeran Xiao Li Dan. Seberkas cahaya melesak memasukinya.
“Pelajarilah dengan baik, di dalamnya merupakan semua pengetahuan tentang alam semesta!”
Setelah mengatakan itu, Dewa Cahaya menghilang meninggalkan Pangeran Xiao Li Dan yang tatapannya terus terpaku menatap tubuhnya yang terbagi menjadi beberapa bagian yang terbelah. Ia lalu meletakkan mutiara inti semesta tepat ke jantungnya yang membusuk.
Seketika tubuhnya bereaksi menjadi serpihan debu. Setelahnya, partikel-partikel kecil menyerupai serbuk tepung mulai membentuk tubuh baru dengan sempurna dan memancarkan cahaya terang yang menyilaukan. Lambat laun, sinar terang mulai meredup dengan sendirinya.
Melihat tubuhnya kembali utuh dengan sempurna, Xiao Li Dan begitu mensyukurinya. Akan tetapi, reaksinya berubah tatkala ia menatap bagian tubuhnya yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Tobi🐈
aku teringat Krisna
2023-10-06
0
Tobi🐈
tidak😁
2023-10-06
0
bagian tubuh manakah yang berubah?
apa perubahannya sangat kentara, sehingga Xio Li sampai terkejut?!
2023-09-30
1