19

Sejak sampai di backstage, Eizlan merasa Faralyn sangat berbeda. Biasanya setelah berganti kostum, Faralyn akan melakukan sedikit latihan atau peregangan ringan. Namun kali ini Faralyn hanya duduk diam sambil memainkan ponsel. Faralyn tidak benar-benar memainkannya, ia hanya menggulir layar ponsel dengan asal sementara pandangannya kosong.

Tidak tahan dengan keanehan itu, Eizlan melangkah mendekat. Bukankah kemarin Faralyn dan Devara merayakan anniversary, harusnya sekarang Faralyn terlihat bahagia.

"Kamu sakit?" Eizlan menempelkan punggung tangannya di kening Faralyn karena gadis itu terlihat pucat. Riasan di wajah Faralyn tidak dapat menutupi itu.

Faralyn menggeleng menyingkirkan tangan Eizlan dari keningnya.

"Kamu bisa pulang kalau emang nggak enak badan, lagi pula ini bukan acara besar."

"Kamu lupa Miss Jemima bilang kalau kita harus tampil sungguh-sungguh sekalipun ini bukan acara besar."

"Bukan berarti kamu harus memaksakan diri."

"Jangan khawatirkan itu." Faralyn memang sedikit pusing tapi bukan berarti ia tidak bisa tampil hari ini. Apalagi setelah mendengar jika penonton hari ini akan lebih banyak dibandingkan kemarin. Faralyn juga mendengar dari Winda jika para penggemarnya sudah heboh di media sosial, mereka akan datang menonton. Faralyn tidak mau mengecewakan mereka.

"Tapi kamu beneran baik-baik aja kan?"

Faralyn mengangguk dan kembali pura-pura fokus pada ponselnya padahal ia tidak tahu apa yang hendak dilihatnya di benda tipis itu. Faralyn akan menghapus foto Devara di media sosialnya nanti setelah tampil. Ia tidak mau membuat keributan sekarang. Ketika melihat foto Devara tidak ada lagi di media sosial Faralyn pasti semua orang akan menerka-nerka mengenai hubungan keduanya.

Faralyn mengangkat wajah mendengar keributan di luar begitupun dengan Eizlan. Mereka beranjak dari kursi untuk melihat apa yang terjadi di luar.

"Lyn, Dev maksa masuk mau ketemu kamu, mereka sudah melarangnya tapi Dev tetap menerobos." Winda menjelaskan apa yang terjadi dengan napas tersengal. Sedetik setelahnya Devara sudah muncul di belakang Winda.

"Lyn, aku minta maaf!" Devara berusaha mendekati Faralyn tapi Winda dan beberapa bodyguard menghadangnya. Tadi Winda sudah berpesan pada security dan bodyguard bahwa Faralyn tidak mau menemui siapapun terutama Devara.

Melihat Faralyn enggan bicara dengan Devara, Eizlan akhirnya menyadari jika hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja.

"Dev, mending kamu pergi dulu dari sini sebentar lagi kami akan tampil, kamu bisa mengganggu konsentrasi nya." Eizlan angkat bicara mendekati Devara.

"Sejak kapan aku mengganggu dia, aku pacarnya."

"Kita udah putus!" Sentak Faralyn. Apakah kalimatnya tadi pagi kurang jelas.

"Lyn, tolong kasih aku kesempatan." Devara memohon.

"Kamu tahu aku nggak pernah menarik kata-kata ku, kita putus, aku mohon sama kamu jangan temui aku lagi." Tegas Faralyn lagi.

"Kamu serius?"

"Aku lebih dari sekedar serius, kita putus, aku harus ulang berapa kali sih?"

"Asal kamu tahu Lyn, temen kamu yang mukanya pura-pura baik ini sebenarnya juga udah tahu kalau aku punya hubungan sama Aca tapi dia menutupinya selama ini." Devara menunjuk Eizlan.

Eizlan terkejut mendengar kalimat Devara apalagi ketika Faralyn menatapnya tajam.

"Dengerin aku Lyn!" Suara Devara semakin mengecil ketika bodyguard membawanya keluar dari backstage dengan paksa.

Faralyn menatap Eizlan tak percaya, kenapa Eizlan begitu tega menyembunyikan ini darinya.

"Jadi kamu tahu Dev selingkuh?" Suara Faralyn gemetar. Matanya terasa panas tapi ia tidak boleh menangis sekarang. Mengapa air matanya tidak juga kering setelah banyak menangis.

"Aku nggak mau kamu sakit hati." Jawab Eizlan pelan, ia sudah begitu hancur mengetahui Faralyn ternyata punya pacar. Ditambah ia tak sengaja memergoki Devara selingkuh dengan teman mereka sendiri. Itu tidak benar tapi Eizlan tidak mau Faralyn tersakiti, ia mencoba melindungi Faralyn dari rasa sakit walaupun ternyata tidak berhasil. Sepintar-pintarnya bangkai ditutupi pasti tetep tercium juga.

"Kamu menikmati kebodohan ku selama ini?" Faralyn memiringkan kepalanya. Faralyn tidak mudah percaya pada orang lain tapi ia sudah menaruh kepercayaan penuh pada Eizlan karena mereka berteman baik.

"Aku sama sekali nggak bermaksud—" Eizlan menggeleng kuat berusaha mengusir keraguan Faralyn.

"Kamu menikmati pertunjukannya?" Balas Faralyn cepat. "Aku pikir kamu teman yang baik Lan tapi ternyata aku salah, teman ku bahkan bisa dihitung jari tapi dari yang sedikit itu nggak bisa dipercaya, aku—"

"Tenangkan diri mu, aku cuma nggak mau kamu tersakiti, itu aja."

"Apa bedanya, pada akhirnya aku akan sakit hati lebih parah." Faralyn mendongak, ia tak mau ada air mata yang lolos setidaknya sampai penampilannya selesai.

"Maafin aku Lyn."

Faralyn beranjak dari sana mengabaikan permintaan maaf Eizlan. Dadanya terasa amat sesak setelah mengetahui fakta tersebut. Kepalanya juga makin pusing.

"Tunggu Lyn." Eizlan menahan tangan Faralyn tapi ditepis dengan cepat. "Kamu nggak boleh gini, kita harus tetap kompak."

"Tentu aja kita tetap kompak di panggung tapi selain itu, anggap kita nggak pernah berteman."

"Enggak Lyn, sekarang aku tanya, kalau waktu itu aku kasih tahu Dev selingkuh apa kamu bakal percaya, dia pacar mu, kamu akan meragukan ku."

"Jadi itu penilaian mu tentang aku?"

"Aku udah coba ngomong sama Dev buat putusin Aca." Eizlan putus asa, ia tidak tahu bagaimana lagi harus menjelaskan ini pada Faralyn.

"Kamu pikir itu akan berhasil?"

Mulut Eizlan terbuka hendak membalas ucapan Faralyn tapi Jemima datang memberitahu jika mereka harus segera naik panggung.

"Lyn, kendalikan dirimu." Ujar Winda mengusap punggung Faralyn.

Eizlan dan Faralyn bergandengan tangan saat melangkah ke panggung. Faralyn memperhatikan semua penonton yang datang, ia tidak boleh mengecewakan mereka. Apapun yang terjadi di belakang panggung tidak boleh ditampakkan disini.

Faralyn melebarkan senyum seolah semuanya baik-baik saja termasuk suasana hatinya. Musik mulai mengalun dari sudut panggung. Faralyn dan Eizlan bergerak sesuai harmoni lagu.

Faralyn tetap menari dengan baik meski pandangannya berkunang. Eizlan berusaha fokus walaupun dadanya terasa perih karena ia telah membuat Faralyn kecewa. Namun ia harus tetap profesional seperti Faralyn. Mereka akan menyelesaikannya lagi.

Tatapan Eizlan tidak bisa lepas dari Faralyn, ia memperhatikan bibir pucat Faralyn. Dari tatapan itu Eizlan seolah bertanya apakah Faralyn baik-baik saja.

Aku bisa melakukannya, ini hanya 6 menit.

Faralyn berusaha menyemangati dirinya sendiri, keringat dingin menetes di pelipisnya. Tubuhnya gemetar bahkan ia tidak bisa merasakan ujung jarinya menapak.

Faralyn membuat gerakan memutar dan melompat. Sedikit lagi mereka akan menyelesaikan penampilan. Satu kali gerakan memutar lalu melompat dengan kaki direntangkan lebar-lebar di udara.

Ketika melakukan gerakan melompat terakhir, Faralyn tidak mendarat dengan baik. Kakinya terpeleset hingga akhirnya ia tersungkur, kepalanya membentur lantai cukup keras.

Bruk!

Suara itu terdengar ke seluruh Gandamana Hall. Setelahnya terdengar pekikan Eizlan.

Penonton berdiri terkejut sambil meneriakkan nama Faralyn. Ini pertama kalinya dalam sejarah, Faralyn tak pernah gagal dalam menari di atas panggung. Bahkan tanpa sepatu pun ia bisa menari dengan baik, ia mendapat pujian karena itu. Namun hari ini ia gagal.

Faralyn mencoba membuka matanya, ia masih bisa mendengar orang-orang memanggilnya. Ia bisa melihat wajah khawatir Eizlan. Namun pandangannya semakin buram, teriakan orang-orang semakin samar bersama dengan suara denging kencang di telinga.

Dalam hidup, kau harus merasakan kecewa agar menjadi manusia yang lebih kuat. Semakin diri mu berusaha memperbaiki diri, ujian akan datang semakin keras. Faralyn terbiasa dengan luka di kakinya atau rasa sakit di sekujur tubuhnya. Namun luka dalam hati jauh lebih menyakitkan.

Dengan cekatan Eizlan mengangkat tubuh Faralyn setelah membungkuk pada seluruh penonton sebagai tanda penampilan berakhir walaupun itu tidak benar-benar berakhir. Lagu masih diputar tapi Eizlan tidak bisa melanjutkannya.

Darah mengalir deras dari kening dan dagu Faralyn juga lututnya. Beberapa orang mengerumuni Faralyn untuk menyeka darahnya.

"Panggil ambulan." Teriak Eizlan.

Dalam hitungan menit ambulan datang karena setiap acara digelar, tenaga medis pasti bersiap di beberapa titik.

Winda hendak masuk tapi Eizlan sudah lebih dulu menemani Faralyn di dalam ambulan. Akhirnya Winda berlari menuju tempat parkir setelah membawa tas berisi barang pribadi milik Faralyn.

Eizlan memegangi dagu Faralyn yang berdarah, ia tidak henti memanggil nama Faralyn yang masih tak sadarkan diri.

"Kita akan segera sampai." Gumam Eizlan. "Maafin aku Lyn, harusnya aku menangkap mu dengan cepat."

Faralyn mengerjapkan mata, jemarinya bergerak. Eizlan segera menggenggam tangan Faralyn yang dingin.

"Lan." Suara Eizlan tercekat. Pandangannya buram tapi ia bisa mengenali seseorang di dekatnya, itu Eizlan. "Maafin aku."

"Kenapa kamu minta maaf?"

"Aku mengacaukan penampilan kita."

"Nggak Lyn, kamu menari dengan baik."

Faralyn meringis merasakan pedih di keningnya. Matanya kembali terpejam bersama dengan air mata yang mengalir membasahi pelipisnya. Itu bukan tangisan akibat perih di beberapa bagian tubuh Faralyn tapi karena ia gagal menyelesaikan penampilannya dengan baik dan mengecewakan semua orang.

Terpopuler

Comments

muna aprilia

muna aprilia

lanjut kak

2023-08-03

1

muna aprilia

muna aprilia

lyn kamu harus kuat ya, dan terima kasih dev udah liatin kebusukanmu

2023-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!