2

"Kaki mu makin parah." Winda segera mengambil salep di kotak P3K dekat pintu saat melihat Faralyn membuka sepatu dan kaos kaki. Luka di ujung ibu jari Faralyn mengeluarkan darah yang lengket pada kaos kakinya. "Biar aku membalutnya." Ia mendorong bahu Faralyn agar duduk di sofa ruang tamu untuk mengoleskan salep pada luka di kaki Faralyn.

"Salep itu nggak berguna."

"Bukan nggak berguna tapi dokter memintamu untuk istirahat selama luka ini belum sembuh."

"Aku nggak mungkin istirahat, ada banyak latihan dan pementasan bulan ini." Faralyn meletakkan laptop di atas meja, kuliahnya akan selesai sebentar lagi.

"Jangan bilang kamu nanti mau latihan." Winda melihat Faralyn sekilas, tatapan tajam yang menusuk ke dalam mata Faralyn.

"Ya, memang ada latihan nanti malam." Faralyn mengedikkan bahu santai, ia tidak mungkin melewatkan latihan hari ini hanya karena ujung jarinya terluka.

"Dev memintamu istirahat lebih awal." Winda mencoba mencari alasan agar Faralyn beristirahat malam ini. Faralyn sudah berlatih keras selama satu bulan terakhir untuk penampilannya dengan Eizlan.

"Tapi kami nggak jadi keluar."

"Bukannya kamu mau jalan-jalan sama Carel."

"Carel pasti lebih ngerti dibandingkan Devara."

"Mau aku siapkan sesuatu untuk Carel besok?"

"Nggak usah, dia cuma mau makan es krim sama aku." Faralyn akan menuruti kemauan Carel untuk pergi keluar bersamanya seharian karena ia tidak bisa hadir di acara ulang tahun adiknya. Saat itu Faralyn sedang tampil di Moskow bersama ballerina terbaik disana. Faralyn mendapat banyak pengalaman baru setelah mendapat kesempatan tampil dengan mereka.

"Dia pasti kesepian sejak kamu tinggal disini."

"Kadang aku juga kangen sama adik ku yang menggemaskan itu."

"Aku akan membuat makan malam." Winda beranjak mengembalikan salep ke kotak P3K.

"Bikin Hummus ya!"

"Iya."

Winda membuat roti dengan saus dari kacang giling ditambah minyak zaitun, perasan lemon dan bawang putih untuk menambah rasa.

Sementara itu Faralyn masuk ke kamar untuk mandi setelah sesi kuliahnya berakhir.

Winda memotret menu makan malam tersebut dan mengunggahnya ke Instagram. Ia rutin melakukan itu karena banyak yang bertanya soal diet Faralyn dan kegiatannya di luar panggung. Agar Faralyn tidak perlu lagi menjawab pertanyaan itu, maka Winda sering membagikan kegiatan Faralyn di media sosial miliknya.

"Wah udah jadi ya." Faralyn muncul dengan handuk di kepala, ia segera duduk untuk menikmati makan malamnya lebih awal. Ia harus mengisi tenaga sebelum latihan malam ini.

"Banyak yang tanya diet kamu di kolom komentar, aku yakin mereka nggak akan sanggup menjalani diet seperti kamu."

"Mereka nggak perlu diet kayak aku, ini khusus ballerina." Faralyn melahap roti dengan cocolan hummus yang nikmat. "Kadang aku kangen minum Thai Tea gelas besar sampai bikin aku kembung."

"Kamu bisa minum itu."

"Aku nggak mau semuanya sia-sia, aku harus tampil sempurna." Faralyn harus mempertahankan tubuh langsingnya.

"Kamu bisa minum Thai Tea lalu lari keliling gedung apartemen tujuh kali."

"Ck, kamu capek sama aku Win?" Faralyn mengerucutkan mulutnya.

"Iya tapi nggak ada orang lain yang lebih baik dari aku dalam mengurus mu." Winda menatap Faralyn tajam.

"Jangan capek, aku bayar kamu mahal lho." Canda Faralyn.

"Itu makanya aku akan terus kerja sama kamu."

Winda dan Faralyn sudah berteman sejak kecil. Faralyn rutin mengunjungi panti asuhan bersama orangtuanya sejak kecil, Winda adalah salah satu anak yang berasal dari panti tersebut.

"Apa sih yang ingin kamu capai dengan latihan sekeras ini?" Winda penasaran sejak dulu mengapa Faralyn begitu keras melakukan latihan dan diet ketat padahal ia sudah mencapai kesuksesan sekarang.

"Aku ingin bergabung dengan The Bolshoi Ballet." Tidak, sebenarnya Faralyn ingin membuktikan bahwa ia sukses karena usahanya dan latihan kerasnya bukan semata-mata karena orangtuanya.

"Kamu udah tampil bareng ballerina dari The Bolshoi Ballet, apa masih kurang?"

"Aku ingin menjadi penari utama."

"Tapi kamu sudah menjadi penari utama Wonderful Academy."

"Tahu nggak kenapa orang sering nggak percaya diri sama hidup mereka?"

"Kenapa?"

"Karena mereka nggak punya tujuan, kita harus punya tujuan supaya percaya diri."

"Baiklah, aku cuma bisa dukung kamu." Winda hanya menghela napas berat pasrah pada keputusan Faralyn.

Sementara Faralyn makan, Winda mengeringkan rambutnya. Jadi setelahnya Faralyn bisa langsung berangkat ke studio.

"Aku pergi dulu ya." Faralyn meneguk sebotol air mineral hingga tandas setelah menghabiskan dua potong roti buatan Winda. Ia menyambar kunci mobil lalu keluar apartemen.

Berkendara sendiri saat malam hari adalah cara Faralyn menenangkan diri dari padatnya jadwal. Gedung-gedung tinggi pencakar langit dan lampu kota menjadi pemandangan indah dari balik jendela mobil. Karena Faralyn tidak punya waktu untuk pergi berlibur ke pantai atau gunung jadi suasana seperti ini ia anggap sebagai liburan.

Wonderful Academy adalah salah satu perusahaan balet paling terkenal di Jakarta yang telah menghasilkan banyak ballerina dan danseur luar biasa.

Faralyn belajar balet pertama kali saat usianya 5 tahun di Renjana Dance Academy—sekolah balet miliknya sendiri. Faralyn pindah ke Wonderful Academy setelah lulus SMA hingga sekarang.

"Lho kok kamu disini?" Faralyn terkejut melihat Devara di depan studio. Untuk beberapa saat Devara juga tampak terkejut tapi ia segera menggantinya dengan senyum.

"Aku sudah menduga kalau kamu akan tetap pergi latihan malam ini padahal aku memintamu istirahat lebih awal." Devara melangkah mendekat, "makanya aku datang kesini, kamu sulit banget ditemuin Lyn."

"Kamu sengaja datang kesini buat temuin aku?" Faralyn menatap Devara tak percaya. Tidak biasanya Devara seperti ini.

"Ya, siapa lagi—pacarku cuma kamu." Alis Devara terangkat meyakinkan Faralyn.

Faralyn mengerutkan kening, Devara bisa saja datang ke apartemennya kalau memang benar-benar ingin bertemu.

"Maaf karena kamu harus datang kesini."

"It's okay babe." Devara memeluk Faralyn, "i miss you."

Faralyn membalas pelukan Devara.

"Jangan terlalu keras sama diri kamu sendiri." Devara mengurai pelukan mengusap rambut Faralyn dan menatapnya lekat. "Kamu udah luar biasa."

"Aku nggak akan terlena sama pujian kamu."

Devara terkekeh, percuma ia mengatakan hal seperti itu karena Faralyn akan selalu berambisi untuk tampil sempurna padahal ia tahu Faralyn sudah melakukan yang terbaik.

"Kamu mau aku temenin latihan malam ini?"

"Nggak, aku mau latihan sampai larut malam karena besok Minggu." Tolak Faralyn, Devara juga sibuk dan butuh istirahat yang cukup.

"Cuma kamu yang kerja keras di malam Minggu."

"Kamu ngambek sama aku?" Faralyn mencubit perut Devara pelan.

"Nggak, karena dari awal aku cuma selingkuhan mu, yang pertama selalu balet."

Faralyn tertawa, ia mengeluarkan ponselnya, "aku akan mengumumkan hubungan kita."

"Kamu serius?" Devara membelalak tak percaya, ia pikir Faralyn masih harus mempertimbangkan permintaanya tadi sore. Namun tidak disangka Faralyn langsung menurutinya.

"Serius, setelah aku pikir-pikir pasti berat juga jadi kamu, kita nggak pernah bebas kencan dan kamu cuma bisa diam waktu ada rumor tentang aku dan cowok lain."

"Makasih ya."

Faralyn mengajak Devara berfoto bersama untuk ia unggah di media sosialnya. Devara sumringah mengulurkan tangan merangkul bahu Faralyn, ia mendaratkan kecupan di puncak kepala Faralyn tepat ketika Faralyn menangkap gambar mereka.

Faralyn mengunggah foto mereka ke akun Instagram pribadinya. Selama ini Faralyn tidak pernah mengunggah foto cowok manapun kecuali papa dan Carel adiknya sendiri. Faralyn menambah caption tanda hati berwarna hitam pada unggahannya.

"Apakah setelah ini pengikut Instagram ku akan bertambah pesat?"

"Pengikut mu sudah ratusan ribu dan sembilan puluh persen nya adalah cewek-cewek, mereka juga sering menggoda mu di kolom komentar."

"Kamu cemburu?" Devara menggoda Faralyn.

"Nggak, sesering apapun mereka menggoda mu, pacar mu tetap aku."

"Kamu sangat menggemaskan." Devara mencium pipi Faralyn gemas.

"Aku masuk dulu ya."

"Kita baru ngobrol sebentar." Devara memasang tampang memelas.

"Minggu depan aku janji akan meluangkan waktu untuk kita."

"Oke." Devara mengeluarkan goodie bag berwarna merah dari dalam mobil. "Ini buat kamu."

Faralyn membelalak, "kamu nggak perlu beliin aku barang mahal kayak gini." Dari goodie bag nya Faralyn sudah menebak jika barang di dalamnya seharga jutaan rupiah.

"Biar aku pasang buat kamu." Devara mengambil kotak dari dalam goodie bag tersebut. "Anggap aja ini sebagai tanda kalau kamu milik ku." Ia menyematkan cincin di jari telunjuk Faralyn. "Aku lihat kamu suka pakai cincin di jari telunjuk."

"Dev, kamu bener-bener nggak perlu beli ini buat aku."

"Aku tahu kamu bisa beli sendiri tapi sekali ini aja aku mau belikan kamu sesuatu."

Mata Faralyn berkaca-kaca bukan karena cincin mahal itu tapi ia terharu melihat ketulusan Devara. Ia berterimakasih karena Devara mau bertahan dengan hubungan mereka yang tidak mudah.

"Masuk gih."

"Besok pagi aku telepon kamu ya."

"Nggak perlu, besok jadwal mu kencan dengan Carel."

Faralyn tertawa melambaikan tangan seraya melangkah meninggalkan Devara.

"Akhirnya ada yang go publik." Riana langsung menggoda begitu Faralyn masuk, mereka melihat semua adegan mesra Faralyn dan Devara di depan studio barusan.

"Ya ampun dia ngasih kamu cincin seharga motor?" Dara membulatkan mata melihat goodie bag bertuliskan Cartier di tangan Faralyn.

"Itu sih bukan apa-apa buat seorang Devara." Timpal Hyona.

"Apalagi buat Faralyn, dia bisa beli sendiri selusin malah." Elea ikut-ikutan menggoda Faralyn.

"Kalian dari tadi lihat aku sama Dev?" Faralyn terkejut melihat teman-temannya bereaksi seperti itu, ia sudah menyembunyikan hubungannya dengan Devara tapi mereka tetap mengetahuinya.

Mereka hanya terkikik meledek Faralyn sekaligus memberi selamat karena akhirnya hubungan Faralyn dan seorang pemilik merek pakaian bernama Devara itu dipublikasikan.

"Sudah ayo mulai latihannya, Faralyn ganti baju gih." Jemima—pelatih balet membubarkan aksi meledek itu agar latihan bisa segera dimulai.

"Iya Miss." Faralyn mengangguk patuh dan segera berlari ke ruang ganti sebelum memulai latihan malam ini.

"Aku pikir kamu nggak latihan malam ini." Aca menyusul Faralyn ke ruang ganti.

Faralyn hanya melirik Aca sekilas karena ia sedang fokus menguncir rambutnya.

"Lyn, kamu yakin akan terus latihan disini?"

"Kenapa tanya gitu?"

"Riana, Hyona, Dara, Elea dan teman-teman yang lain punya peluang besar untuk berkembang tapi keberadaan kamu disini menghilangkan kesempatan mereka."

Faralyn mengerutkan kening memutar badan menghadap Aca sepenuhnya. Raut wajah Faralyn berubah dingin menatap Aca.

"Apa maksudmu?"

"Kamu sadar nggak sih Miss Jemima selalu pilih kamu untuk pementasan dengan Eizlan padahal yang lain juga bagus kok."

"Kamu tahu alasan Miss Jemima pilih aku bukan cuma bagus aja."

"Kamu terlalu menonjol sampai yang lain nggak terlihat, waktu kita tampil bareng yang selalu disorot juga kamu, aku harap kamu memikirkan ballerina yang lain, jangan maunya menang sendiri."

"Aku latihan keras untuk itu, kalau kamu mau sepertiku harusnya kamu juga latihan lebih keras lagi, aku yakin kamu bisa."

Aca tersenyum miring, "kamu bodoh atau pura-pura nggak ngerti sih, hanya karena kamu putri dari Kelana dan Renjani—meskipun jelek penampilan mu di atas panggung tetap akan dipuji banyak orang."

"Jaga mulut kamu!" Sentak Faralyn.

"Aku bicara kenyataan, tanpa mereka kamu nggak akan ada di posisi sekarang."

Pintu ruang ganti terbuka mengejutkan Faralyn dan Aca, tampak Jemima melongokkan pintu meminta mereka segera bergabung dengan yang lain.

"Kamu tahu nggak, kita tunda latihan cuma buat nunggu kamu, tahu diri dikit dong." Aca mendorong dada Faralyn dengan telunjuknya sebelum melenggang pergi.

Tangan Faralyn terkepal kuat menatap kepergian Aca, ia tidak terima jika popularitas yang didapatnya semata-mata karena orangtuanya. Ia meniti sendiri kesuksesan ini dengan latihan dan mengorbankan banyak hal sejak kecil.

*******

Studio balet sudah sepi dan gelap setelah latihan malam itu usai. Penerangan hanya berasal dari sinar rembulan yang mengintip melalui celah gorden. Hanya tersisa Faralyn yang masih berlatih seorang diri bersahabat dengan kesepian.

Napas Faralyn tersengal, ia berhenti sejenak mengedarkan pandangan pada studio yang menjadi saksi bisu betapa kerasnya ia latihan setiap harinya. Dinding dingin dan lantai kayu yang menjadi saksi tangisan Faralyn.

Faralyn terduduk di lantai, kakinya gemetar karena dari tadi ia terus memaksakan diri untuk berlatih. Ia membuka sepatu baletnya yang lengket pada luka di kakinya.

Dengan sisa tenaga yang tersisa Faralyn bangkit dan meluruskan kaki bergerak ke kanan dan kiri, ia mulai menari tanpa lagu. Ia sudah menghafal gerakan tariannya di luar kepala.

Bruk!

Faralyn terjatuh membentur lantai, tubuhnya tidak bisa dibohongi. Ia benar-benar lelah hari ini. Ujung ibu jarinya pecah dan berdarah. Ia menyerah dan membiarkan dirinya dipeluk lantai yang dingin. Tulangnya terasa remuk, kepalanya berdenyut, pandangannya berkunang-kunang.

Faralyn memejamkan mata, semoga ia masih bisa menyetir sendiri untuk kembali ke apartemen.

"Sebenarnya kamu nggak cukup berbakat."

"Tarianmu biasa saja."

"Penari lain lebih bagus."

"Kamu terkenal karena Papa mu Kelana, tanpanya kamu bukan apa-apa."

Kalimat-kalimat itu terus terngiang di telinganya. Hal yang paling ia benci adalah ketika orang-orang mengatakan dirinya terkenal hanya karena ia putri Kelana.

Memiliki orangtua terkenal membuat Faralyn harus menanggung beban berat yang sudah ditakdirkan sejak dirinya lahir. Jika penampilannya jelek maka orang-orang akan mencela Faralyn, bagaimana mungkin putri seorang yang terkenal bermalas-malasan di atas panggung. Kenyataannya penampilan Faralyn selalu berhasil menghipnotis penonton, gerakannya yang gemulai dan lentur selalu membuat mereka melongo dan bertepuk tangan meriah pada akhirnya. Namun Faralyn selalu saja menemukan kalimat yang mengatakan jika kepopuleran itu didapat berkat papa nya.

Faralyn tak mau melulu dikenal sebagai putri Kelana dan Renjani. Bukan Faralyn tidak suka menjadi putri mereka, ia hanya tak ingin dipandang sebelah mata.

Faralyn muak dengan itu, ia ingin dikenal sebagai dirinya sendiri bukan putri Kelana. Ia ingin dihargai atas usaha kerasnya tapi semua itu seolah telah melekat pada diri Faralyn. Kadang ia merasa usaha dan latihannya selama ini sia-sia saja.

Faralyn terkesiap ketika suara sakelar lampu terdengar bersamaan dengan salah satu lampu di studio yang menyala. Siapa yang kembali ke studio?

Derap langkah kaki terdengar beradu dengan lantai kayu. Faralyn menghapus air matanya kasar, ia tak mau ada orang yang melihat tangisannya. Faralyn mencoba bangkit tapi kakinya belum bisa digerakkan karena menekuk terlalu lama setelah latihan seharian.

"Arrghh!" Faralyn reflek membekap mulutnya sendiri ketika ia tidak sengaja merintih. Nalurinya mengatakan bahwa orang yang langkahnya terdengar semakin dekat itu bukanlah teman ballerina nya.

Bayangan seorang dengan tubuh tinggi semakin mendekat ke sudut ruangan. Langkahnya terdengar lebih pelan, rupanya ia melepas alas kakinya. Harusnya kau melakukan itu sejak baru masuk studio, pikir Faralyn.

Faralyn mendongak ketika sosok tinggi itu berada di hadapannya, ia tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena penerangan hanya berasal dari satu lampu dekat pintu. Namun Faralyn bisa memastikan jika sosok itu adalah seorang lelaki berwajah manis. Untuk sesaat Faralyn lupa pada rasa sakit yang menyesakkan dadanya. Kini lelaki itu tersenyum. Faralyn tidak pernah melihat sesuatu yang lebih manis dari itu. Bahkan sirup maple yang biasa Faralyn tuang di atas pancake nya saat sarapan kalah manis dengan senyum lelaki itu.

Bagaimana mungkin seseorang memiliki senyum semanis itu dan bagaimana bisa Faralyn mengakui itu manis padahal lidahnya tidak mencicipinya. Ini adalah manis yang bisa Faralyn rasakan hanya dengan melihatnya.

Lelaki itu mengulurkan tangan bermaksud membantu Faralyn. Namun Faralyn mengabaikan uluran itu dan bangkit dari lantai meski dengan susah payah. Itu lebih baik dari pada menerima bantuan orang yang tidak Faralyn kenal.

Raksa Kavindra

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!