13

"Makasih ya Kak udah ajarin aku hari ini." Carel senang bisa mendapatkan kesempatan belajar dengan seniman luar biasa seperti Raksa.

Mereka menghabiskan waktu dari pagi hingga sore untuk menyelesaikan satu mural di dinding belakang rumah Raksa. Walaupun hanya satu hari tapi Carel belajar banyak dari Raksa, ia akan sering berlatih setelah ini.

"Sama-sama Carel." Raksa mengantar Carel hingga depan rumah sembari menunggu jemputan, ia dengar Carel akan dijemput Faralyn.

Pakaian mereka tadinya bersih tapi setelah bergumul dengan kuas dan cat, baju mereka penuh oleh noda cat dimana-mana. Untungnya Raksa meminta Carel memakai baju gelap sehingga noda nya tidak begitu kentara.

"Semoga kejutan mu berhasil."

"Aku yakin berhasil karena guru ku seniman hebat."

Raksa terkekeh, Carel belum tahu saja jika Raksa adalah Glomerulus, jika tahu pasti ia akan lebih heboh. Namun untuk sekarang Raksa ingin tetap bersembunyi di balik nama Glomerulus.

"Itu mobil Kak Dev." Carel menunjuk mobil yang bergerak perlahan mendekat ke halaman.

Raksa pikir Faralyn tidak datang bersama Devara. Apa yang ia pikirkan? apakah ia berharap Faralyn datang sendiri. Itu tidak mungkin kan.

"Aku pulang dulu ya Kak, terimakasih sekali lagi."

"Oke, hati-hati di jalan."

Faralyn turun dari mobil membawa bungkusan, ia membiarkan Carel masuk mobil lebih dulu.

"Makasih ya udah ajarin adik ku."

Raksa mengangguk, ia tidak melakukan banyak hal karena Carel memang sudah jago melukis. Hanya saja biasanya Carel melukis dengan kanvas.

"Ini buat kamu, aku nggak tahu kamu suka apa jadi aku beliin beberapa kue."

"Kamu nggak perlu beli kue cuma karena aku ngajarin Carel."

"Jangan GR, Carel tadi minta kue kesukaannya jadi sekalian beli buat kamu."

Raksa mengusap tengkuknya sebelum menerima kue dari Faralyn tidak lupa mengucapkan terimakasih.

Raksa masuk setelah mobil Devara tidak terlihat. Aroma kayu manis seketika menguar ketika Raksa membuka kotak dengan label salah satu toko kue terkenal yang cabangnya ada dimana-mana.

Raksa mencoba sepotong Cinnamon roll yang renyah dan lembut sekaligus. Selain Cinnamon Roll, ada Croissant dan Bagel dalam kotak tersebut, itu artinya Raksa tidak perlu keluar untuk makan malam. Ia akan membawa kue itu ke galeri dan memakannya dengan Akas.

"Ini kue pesanan anda Tuan." Faralyn menyodorkan kotak kue pada Carel yang berada di jok belakang.

"Makasih Kak." Carel sumringah membuka kotak tersebut, jujur saja perutnya keroncongan sejak tadi tapi saat Raksa menawarinya makan ia mengatakan masih kenyang. "Kak Dev mau nggak?"

"Nggak," Tolak Devara, bisa-bisanya Carel menawarkan makanan ketika ia sedang menyetir.

"Pak Anto kemana Rel?" Faralyn menanyakan supir yang biasa menjemput Carel.

"Papa dan Ibu mendadak harus ke Bandung jadi Pak Anto nganter mereka, aku ikut Kak Fara ke apartemen ya."

"Boleh, nanti aku mau ke acara makan malam bareng temen-temen, kamu ikut nggak?"

Devara melirik Faralyn, kenapa Faralyn harus mengajak Carel. Harusnya mereka hanya pergi berdua. Carel bukan anak kecil yang harus ikut kemanapun Faralyn pergi. Bagaimana cara Devara memberitahu Faralyn tentang itu.

"Emang boleh?"

"Boleh, Kak Dev juga ikut nanti."

"Dresscode nya apa?" Suara Carel tidak terlalu jelas karena mulutnya penuh dengan donat. Pipinya menggembung membuat Faralyn gemas. Carel sudah 16 tahun tapi bagi Faralyn ia tetaplah anak kecil.

"Itu cuma acara makan malam biasa tapi Miss Jemima minta semuanya pakai baju bertema putih dan hitam, oh iya Dev, itu bukan acara formal." Faralyn lupa memberitahu soal itu, ia tidak mau Devara overdressed.

"Hanya baju putih?"

"Ya, nggak perlu pakai setelan jas."

"Tapi aku mau terlihat menawan di depan teman-teman mu."

"Kamu hanya perlu menawan di depan ku." Faralyn mencolek dagu Devara yang memancing senyum lelaki itu. Kenapa juga Devara harus terlihat menawan di depan teman-teman Faralyn. Bagi Faralyn, Devara menawan pakai apapun.

Mobil Devara berhenti di depan gedung apartemen 30 lantai yang menjadi tempat tinggal Faralyn 3 tahun terakhir.

"Terimakasih untuk hari ini." Faralyn turun dari mobil, ia pergi dengan tangan kosong tapi pulang membawa baju dan tas. Ia akan menggunakan dress pemberian Jenar untuk acara nanti malam.

"Harusnya aku yang bilang gitu, nanti aku jemput kamu ya."

"Iya, hati-hati di jalan."

"Aku tunggu kamu masuk." Devara tidak segera menutup jendela karena ingin melihat Faralyn masuk.

"Sampai nanti." Faralyn membalikkan badan melangkah masuk lobi bersama Carel.

Carel langsung menuju dapur setelah sampai di apartemen Faralyn untuk mengambil air minum. Ia memasukkan donat terlalu banyak dan tersangkut di kerongkongan.

"Hai Mbak Win." Carel menyapa Winda yang sedang mengeluarkan apel dan jeruk dari kulkas.

"Eh Carel, sama siapa kesini?" Winda mengulas senyum lebar melihat Carel.

"Ikut Kak Fara, malam ini aku tidur disini."

"Kalau gitu aku siapin kamarnya dulu ya, udah lama nggak diganti sprei nya."

"Nggak usah lah Mbak, aku tidur sama Kak Fara aja." Carel tidak mau menambah pekerjaan Winda lagi pula ia hanya satu malam disini.

"Memangnya Fara mau tidur sama kamu?"

"Kalau dirayu pasti mau dia." Carel akan mengeluarkan jurus merayunya agar Faralyn mau berbagi tempat tidur.

"Oke deh, mau jeruk nggak?" Winda mencuci buah yang baru ia keluarkan dari kulkas. Itu untuk Faralyn makan sebelum pergi ke acara malam ini.

"Mau." Carel meletakkan roti miliknya dan mengambil jeruk yang sudah Winda kupas.

Sementara itu Faralyn masuk ke kamarnya untuk meletakkan tas dan menggantung dress yang akan ia pakai nanti malam. Ia juga mencari pakaian untuk Carel di dalam lemarinya. Carel memiliki beberapa baju yang sengaja ia tinggalkan di apartemen Faralyn jika sewaktu-waktu akan menginap seperti sekarang.

Gerakan Faralyn mencari baju terhenti ketika ia melihat pita menjuntai dari laci lemari. Pita itu persis seperti yang ada di mobil Devara. Perasaan Faralyn makin tidak enak, siapa ballerina dari Wonderful Academy yang pernah naik mobil Devara selain dirinya?

Faralyn sempat beberapa kali memancing Devara apakah lelaki itu memiliki teman ballerina tapi jawabannya selalu tidak.

"Tadi bikin mural nya seru banget lho Kak."

Kedatangan Carel mengejutkan Faralyn. Faralyn segera memasukkan pita ke dalam laci kembali dan melanjutkan aktivitasnya memilih baju.

"Oh ya?" Faralyn melihat Carel sekilas. Adiknya tidak datang dengan tangan kosong melainkan membawa sepiring apel dan jeruk yang sudah dikupas.

Carel bercerita jika Raksa tak hanya mengajarinya membuat mural tapi juga memasak untuknya. Raksa amat telaten mendampingi Carel melukis di atas dinding.

Faralyn tidak menyangka jika Raksa akan langsung menerima Carel. Bahkan Devara tidak bisa akrab dengan Carel sampai sekarang.

"Kak mulai sekarang jangan unggah foto ku lagi makan, orang-orang bakal ngira aku cuma suka makan."

"Tapi kamu emang suka makan." Faralyn geleng-geleng, sekarang saja Carel sedang makan.

"Iya tapi sekali-sekali unggah foto pas aku lagi ganteng, siapa tahu ada cewek naksir."

"Ck ada-ada aja." Faralyn mencomot potongan apel dan melahapnya setelah menemukan satu kemeja putih Carel.

******

Jenar tidak salah memilih, dress putih itu sangat cocok untuk Faralyn. Dress tersebut membuat Faralyn menjadi pusat perhatian malam ini. Meski dengan riasan sederhana dan rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja, ia terlihat manis dan telah mencuri perhatian semua orang yang sudah lebih dulu hadir di restoran.

Mata Eizlan berbinar-binar, meski hampir setiap hari bertemu dan menghabiskan banyak waktu bersama tapi ia tidak bisa tak terpesona pada Faralyn. Sudut bibir Eizlan terangkat, senyumnya melebar kala Faralyn melihat ke arahnya. Namun sayang, momen itu tidak bertahan lama ketika Eizlan melihat seorang lelaki yang menggandeng tangan Faralyn.

"Wah, Dev." Teman-teman Faralyn saling menyikut ketika melihat Devara datang bersama Faralyn. Tidak hanya itu, Carel juga tampak muncul di belakang Faralyn.

Aca terkejut melihat Devara ikut datang malam itu, setelah seharian ia berusaha menghubungi Devara ternyata lelaki itu justru pergi ke acara makan malam ini bersama Faralyn. Wajah Aca terasa panas, ia tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Devara yang justru pura-pura tidak melihatnya. Padahal Aca tampak mencolok di antara yang lain dengan atasan crop off shoulder dan topi mungil di atas kepalanya.

"Kenalin, ini temen-temen ku." Faralyn mengenalkan Devara pada teman-temannya sesama ballerina.

"Saya Devara." Dev menjabat tangan mereka satu per satu. Ketika sampai pada giliran Aca, Devara sengaja menarik tangannya dengan cepat. Namun tangan Devara ditahan cukup kuat hingga pandangan mereka kembali bertemu. Momen itu tidak luput dari perhatian Eizlan.

"Ini Miss Jemima yang sering aku ceritain."

Devara segera menarik tangannya ketika suara Faralyn kembali terdengar, ia tertegun untuk beberapa saat tak percaya jika mereka bertiga akan bertemu satu ruangan. Adalah keputusan yang salah Devara menerima ajakan Faralyn. Namun Devara juga tidak punya pilihan, dari dulu ia selalu meminta menjalani hubungan secara terang-terangan dan sekarang Faralyn telah mengabulkannya. Harusnya Devara senang tapi sekarang ia mulai gelisah.

"Terimakasih Miss Jemima sudah membimbing Faralyn selama ini." Devara menjabat tangan Jemima dan beberapa pelatih lain yang juga hadir malam itu.

"Tidak masalah, Faralyn salah satu ballerina kami yang paling berharga."

Devara juga menjabat tangan Eizlan dengan kuat dan saling memandang tajam. Dari mata Eizlan terpancar amarah pada Devara tapi tidak ada yang menyadari itu kecuali mereka berdua.

"Kalau ini adik Faralyn ya?" Suara Hyona membuat Devara kembali menarik tangannya.

"Kamu nggak perlu memperkenalkan diri, kami sudah tahu jauh sebelum kamu kesini." Ujar mereka.

Carel mengangguk dan mengembangkan senyum.

"Apa kamu kesini sebagai pertanda mau bergabung dengan Wonderful Academy?"

"Boleh juga tuh, danseur disini cuma mereka." Riana menunjuk lima danseur termasuk Eizlan.

"Apa si gendut ini bisa jadi danseur?" Faralyn menggeleng, ia tidak pernah berpikir akan mengajak Carel ikut menari balet.

"Aku nggak gendut ya." Carel menyikut Faralyn.

Setelah semua orang hadir, Rainer sebagai pemilik Wonderful Academy memberi sambutan. Ia mengucapkan terimakasih pada ballerina dan danseur asuhan Jemima karena telah berlatih keras untuk tampil di JMF.

"Kamu haus nggak, aku ambil minum dulu ya."

Faralyn hendak menolak tapi Devara sudah lebih dulu melangkah pergi. Ia sama sekali tidak haus.

Carel sudah bergabung dengan Eizlan dan teman-temannya. Faralyn tidak akan khawatir Carel kesepian karena pada dasarnya anak itu mudah akrab dengan orang lain.

Devara melangkah ke salah satu meja dengan minuman di atasnya. Mengambil minuman hanya alasan, sebenarnya Devara hendak menghampiri Aca yang juga berada disana.

"Kok kamu nggak bilang kalau mau ikut Faralyn kesini?" Ketus Aca, ia tidak suka terlihat bodoh di depan banyak orang walaupun tak ada yang tahu hubungannya dengan Devara. Semuanya hanya tahu Devara adalah pacar Faralyn.

"Sorry sayang," Devara menyentuh punggung tangan Aca dan mengelusnya sesaat. "Kamu tahu sendiri kalau permintaan Faralyn itu nggak bisa ditolak, dia pasti langsung marah-marah nggak jelas."

"Kapan kamu mutusin Faralyn?"

Devara tertegun sejenak, ia tidak mungkin memutuskan hubungannya dengan Faralyn. Kalaupun Devara harus memilih tentu ia akan mempertahankan Faralyn dibandingkan Aca.

"Gini deh sebagai gantinya gimana kalau aku nanti nginep di apartemen mu." Devara menemukan inisiatif untuk merayu Aca.

"Jangan datang dengan tangan kosong."

"Tentu saja, aku nggak pernah datang tanpa bawa apa-apa."

Sekilas Carel melihat Devara mengobrol dengan Aca, ia heran karena mereka tampak akrab padahal beberapa saat yang lalu Devara baru mengenalkan diri pada semua orang disini.

"Silakan nikmati acara malam ini." Seru Rainer untuk mengakhiri sambutannya malam ini.

Berbagai hidangan sudah tersaji di atas meja. Mereka duduk di kursi masing-masing. Suara sendok dan garpu beradu dengan piring terdengar memenuhi ruangan.

"Faralyn, ini untuk mu, aku udah coba rasanya enak." Aca meletakkan sepiring dessert coklat dekat Faralyn.

Faralyn melirik Aca, kenapa tiba-tiba bertingkah baik setelah waktu itu mengatakan hal-hal buruk pada Faralyn.

"Kamu makan dessert sebelum main course?"

"Ya karena aku penasaran sama rasanya."

Faralyn mengangguk pelan, ia tidak sengaja melihat cincin di telunjuk Aca yang sama persis seperti miliknya. Tentu saja suatu brand akan memproduksi beberapa model yang sama.

Faralyn memindahkan dessert tersebut ke dekat Carel, "untuk mu."

"Kakak nggak mau?"

Faralyn menggeleng, "terlalu manis."

"Waffle disini paling enak, kamu harus coba." Eizlan memberikan waffle dengan lelehan saus coklat di atasnya.

"Faralyn udah bilang nggak suka." Devara lekas menyingkirkan waffle pemberian Eizlan.

"Sepertinya kamu salah paham, Faralyn bilang nggak suka sama dessert yang Aca kasih bukan waffle ini." Eizlan tidak mau kalah.

"Jangan bertingkah seolah kamu tahu banyak soal Faralyn." Devara geram karena tingkah Eizlan yang terlihat begitu menyukai Faralyn.

"Aku memang tahu banyak." Eizlan sengaja menekankan kata banyak.

"Udah-udah, kalian kenapa sih, kita lagi makan lho." Faralyn menyentuh punggung Devara untuk menenangkannya.

Devara beranjak dari sana dengan wajah muram. Faralyn setengah berlari menyusul Devara keluar restoran.

"Dev, kamu kenapa?" Faralyn menahan tangan Devara. "Kamu nggak perlu marah cuma gara-gara waffle itu."

"Kamu belain dia?" Wajah Devara memerah.

Faralyn membelalak, "aku nggak belain siapa-siapa, kamu kenapa jadi sensitif sih sama Eizlan."

"Kamu nggak lihat tingkah dia gimana barusan?"

"Dia cuma ngasih waffle lagian nggak aku makan juga."

"Hanya karena kalian selalu jadi pasangan di panggung bukan berarti dia tahu lebih banyak tentang kamu."

"Dev, apapun yang Eizlan katakan, pacar aku tetap kamu, bukannya aku udah pernah jelasin ini sebelumnya, tolong jangan cemburu tanpa alasan."

"Aku nggak suka aja dia sok paling tahu tentang kamu."

"Oke kalau kamu nggak mau lanjutin makan malam ini karena ada Eizlan, kita pulang sekarang."

"Nggak perlu, aku bisa balik kesana." Devara tidak mau merusak acara makan malam itu dengan merajuk.

"Jangan cemberut gitu mukanya." Faralyn menggandeng tangan Devara kembali masuk ke restoran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!