5

Semua orang terperangah melihat dinding studio balet mereka yang mulanya polos kini penuh mural bergambar bunga peony berwarna merah muda dan biru. Mural itu memberi warna baru, beberapa orang mengambil gambar dengan latar belakang dinding tersebut.

Eizlan berdiri di belakang teman-teman perempuan nya, ia melirik nama di sudut dinding Glomerulus. Eizlan tidak menyangka jika pelukis terkenal Glomerulus akan menggambar dinding studio balet mereka. Pikiran Eizlan langsung teralih pada Faralyn, ia masih ingat betapa Faralyn amat menyukai mural di taman belakang Gandamana Hall. Memikirkan Faralyn membuat Eizlan ingat jika ternyata gadis itu ternyata sudah memiliki pacar.

Ternyata Faralyn serius saat mengatakan Eizlan hanya pasangannya di atas panggung. Faralyn begitu pandai menyembunyikan hubungannya hingga tidak ada satu orang pun disini yang mengetahui hal tersebut. Eizlan merasa dirinya bodoh karena berpikir Faralyn single. Tentu saja gadis secantik Faralyn pasti memiliki pasangan. Hanya Eizlan yang berpikir jika hubungan mereka istimewa.

"Ada apa?" Faralyn heran melihat teman-temannya berkerumun di depan dinding seperti sedang berebut melihat pengumuman saat sekolah. Namun mereka tidak sedang bersekolah, kalaupun ada informasi pasti akan dibagikan di chat group bukan di mading.

Eizlan menoleh melihat kedatangan Faralyn, ia langsung mundur menjauh bergabung dengan danseur lainnya.

"Lihat deh dinding kita." Elea menarik tangan Faralyn membawanya menerobos kerumunan teman-teman mereka.

"Wah!" Mata Faralyn membulat, "dia benar-benar menyelesaikannya dalam satu malam." Gumamnya. Ia tidak menyangka jika cowok itu sangat berbakat membuat mural. Ia salah karena sempat menyepelekannya waktu itu.

"Tahu nggak yang buat ini tuh Glomerulus, semua orang pasti nggak asing sama karyanya tapi nggak ada satu pun yang pernah ketemu sama dia."

Faralyn tertegun, jadi cowok yang bertemu dengannya waktu itu adalah Glomerulus. Ia menyadari tulisan Glomerulus di sudut dinding.

"Mungkin dia jelek makanya nggak berani ketemu sama siapapun." Timpal Riana.

Faralyn menggeleng samar, Glomerulus justru sangat tampan hingga membuatnya terperangah beberapa saat waktu itu. Senyumnya amat manis sampai-sampai Faralyn enggan mengalihkan pandangan dari senyum cowok itu tapi untungnya ia bisa mengendalikan diri. Jika tidak, Faralyn akan semakin terhanyut dalam pesona Glomerulus.

"Kalian suka dengan dinding baru studio kita?" Jemima muncul mengalihkan perhatian mereka.

"Suka Miss."

"Saya harap ini menambah semangat kita, ayo mulai peregangan."

Mereka mulai melakukan peregangan sebelum memulai latihan. Ada 15 ballerina dan 5 danseur yang berlatih untuk tampil di acara Jakarta Music Festival. Dengan bimbingan Jemima mereka akan tampil dua kali. Corps de ballet dengan menarikan Giselle serta pase de deux oleh Faralyn dan Eizlan.

"Faralyn dan Eizlan silakan berlatih di ruangan lain, kalian akan menampilkan Swan Lake."

"Wah!" Mereka bersorak menggoda Faralyn dan Eizlan, setelah sukses menampilkan Romeo dan Juliet, mereka akan kembali menari berpasangan. Bahkan ballerina lain tidak sabar menantikan penampilan mereka berdua.

"Faralyn sudah sering menarikan Swan Lake, baik secara solo maupun corps de ballet tapi kali ini pase de deux, Faralyn tolong ajari Eizlan."

"Baik Miss." Faralyn melihat Eizlan dan memberi kode agar mereka pergi ke ruang sebelah.

Sayang sekali tidak ada mural di ruangan itu padahal Faralyn ingin terus melihat karya Glomerulus. Dimana ia bisa bertemu lagi dengan pembuat mural misterius itu?

"Kamu tahu Glomerulus yang membuat mural itu?"

"Aku tahu saat membaca tulisan di sudut dinding." Eizlan mulai memutar musik untuk tarian Swan Lake mereka. "Selamat ya."

"Untuk apa?"

"Untuk hubungan kamu."

"Nggak perlu kasih selamat, kami sudah pacaran hampir satu tahun."

"Apa cuma aku yang nggak tahu?"

"Aku nggak kasih tahu siapapun tapi beberapa teman ternyata sudah tahu, nggak penting juga kita bahas hubungan aku." Faralyn mengibaskan tangan mengajak Eizlan menonton video Swan Lake versi pase de deux dari The Royal Balet.

Eizlan senang setiap kali membaca komentar tentang dirinya dan Faralyn di media sosial. Tidak sedikit orang yang mengatakan mereka cocok menjadi pasangan sesungguhnya tak hanya di atas panggung. Namun ternyata itu hanya cinta sepihak dari Eizlan.

"Jadi pacarmu Devara." Gumam Eizlan. "Gimana kalian ketemu?"

"Hm?" Faralyn memutar kepala melihat Eizlan, "aku minta kamu fokus Lan."

"Sorry." Eizlan mengusap wajahnya berusaha fokus pada video yang Faralyn tunjukkan padanya.

Setelah memahami gerakannya, mereka mulai berlatih. Sekarang Eizlan mengerti kenapa Faralyn meminta melewatkan adegan berciuman saat mereka menari Romeo dan Juliet.

Mereka bergerak ke kanan dan kiri mengikuti alunan musik. Sepanjang menari, Eizlan merasakan gemuruh dalam dadanya tapi ia berusaha mengendalikan dirinya. Eizlan berkali-kali mengatakan pada dirinya sendiri bahwa Faralyn sudah memiliki pacar, ia harus membuang perasannya jauh-jauh.

Selama ini Faralyn menghabiskan lebih banyak waktunya di studio dan berlatih dengan Eizlan. Itu mengapa Eizlan berpikir Faralyn tidak punya waktu untuk berpacaran tapi ia salah.

"Gimana pendapatmu soal ice skating dance?" Eizlan duduk di lantai meluruskan kakinya setelah mereka merasa cukup lelah.

"Aku penasaran pengen coba ice skating dance." Faralyn melanjutkan gerakannya sementara Eizlan memperhatikannya.

"Mau coba setelah latihan?"

"Aku ada jadwal pemotretan."

"Minum dulu." Eizlan mengambil sebotol air mineral dan membuka tutupnya lalu memberikannya pada Faralyn.

"Thanks ya." Faralyn meneguk air hingga tersisa setengah bagian. Ia tidak sabar melakukan pemotretan dengan Wearesia. Devara juga akan ada disana melihat jalannya pemotretan.

Mereka melanjutkan latihan sampai Eizlan menghafal semua gerakan dengan sempurna. Mereka juga mengubah beberapa gerakan dari The Royal Ballet dan menyesuaikannya.

Eizlan seperti kehilangan seluruh energinya untuk latihan hari ini setelah mengetahui hubungan Faralyn. Namun ia harus tetap profesional, ia sudah cukup beruntung karena selalu dipasangkan dengan Faralyn. Ia tidak boleh berharap lebih. Jika dibandingkan dengan Devara tentu ia tidak ada apa-apanya.

"Ah!" Faralyn memekik ketika Eizlan tidak sengaja menginjak kakinya.

"Sorry sorry Lyn." Eizlan membungkuk hendak memeriksa kaki Faralyn.

"Kamu kenapa hari ini?" Faralyn mendorong Eizlan sebelum cowok itu melihat kakinya.

"Sorry, aku bener-bener nggak bisa fokus."

"It's okay, kamu bisa istirahat kalau capek."

Eizlan merasa kecewa pada dirinya sendiri, harusnya ia profesional dan tidak menampakkan perasaannya.

"Aku juga harus balik."

"Aku masih bisa latihan kok."

"Jangan memaksakan diri mu sendiri." Faralyn menepuk bahu Eizlan dua kali dan berlalu dari sana.

Eizlan menatap kepergian Faralyn, ia menunduk dalam dan memukul lantai dengan keras. Patah hati terasa amat menyakitkan hingga mengganggu seluruh aktivitas Eizlan.

"Miss, saya juga izin pulang lebih awal."

"Oke, Faralyn sudah bilang barusan kalau kamu butuh istirahat."

"Terimakasih Miss." Eizlan pamit mengakhiri latihan lebih dulu.

Eizlan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi keluar halaman studio. Alih-alih langsung ke rumah, Eizlan memilih berbelok ke arah Mall. Eizlan ingin mencoba bermain ice skating dance seperti yang ia bicarakan dengan Faralyn.

*******

Gimana kalian ketemu?

Pertanyaan Eizlan tiba-tiba berkelebat di pikiran Faralyn ketika ia dalam perjalanan menuju lokasi pemotretan bersama Winda. Ia jadi ingat pertemuan pertamanya dengan Devara. Saat itu Faralyn juga tengah melakukan pemotretan untuk iklan pakaian bernama Wearesia.

Devara adalah generasi ketiga bisnis pakaian Wearesia. Sebelumnya papa dan ibu Renjani merupakan brand ambassador Wearesia kemudian berlanjut pada Faralyn.

Faralyn bukan gadis yang mudah didekati, walaupun sudah sering bertemu tapi Devara sulit mengobrol dan melakukan pendekatan dengan Faralyn. Namun Devara tidak menyerah, ia mengirim bunga setiap hari ke apartemen Faralyn. Bunga bukanlah sesuatu yang Faralyn suka tapi Devara tidak menyerah dengan mudah. Butuh waktu satu tahun sampai akhirnya Faralyn luluh juga.

"Aku nggak mau ada yang tahu hubungan kita."

"Bagiku balet lebih penting dari apapun dan itu akan selalu jadi prioritas ku."

"Aku punya waktu sangat sedikit untuk kencan."

"Aku nggak suka bunga, jangan pernah kirim bunga lagi."

Devara menyanggupi semua syarat yang Faralyn katakan, sejak saat itu mereka resmi berpacaran. Dan baru semalam Faralyn memutuskan untuk mengumumkan hubungannya setelah mempertimbangkan banyak hal.

"Selamat siang Fara, silakan." Seorang staf menyapa Faralyn sesampainya di kantor Wearesia. Ia mengarahkan Faralyn menuju ruang rias.

Dua orang merias wajah dan menata rambut Faralyn lalu mengganti pakaian sebelum menuju set yang sudah siap untuk pemotretan.

"Tolong lihat ke arah kamera, pasang eskpresi kamu apa adanya, ekspresi yang menggambarkan Faralyn." Fotografer memberi arahan pada Faralyn.

Ekspresi Faralyn dingin tanpa senyum sesuai arahan fotografer. Mereka mengambil foto berkali-kali dengan berbagai gaya.

Sejak sampai Faralyn tidak melihat Devara padahal tadi pagi ia mendapat pesan jika Devara akan melihat pemotretannya.

"Dev nggak disini?" Tanya Faralyn pada salah satu staf yang memberinya minum, ia harus ganti baju dua kali lagi dan melakukan pemotretan dengan model pria Wearesia.

"Pak Devara pergi sejak jam makan siang."

"Dia bilang mau menemani mu disini." Timpal Winda.

"Pergi kemana?"

"Soal itu saya tidak tahu."

"Coba telepon." Winda menyodorkan ponsel milik Faralyn.

"Nggak usah." Faralyn beranjak dari kursinya setelah siap melakukan pemotretan selanjutnya. Pikirannya tidak boleh terbagi pada Devara karena ia sedang bekerja. Lagi pula ada atau tidak ada Devara disini, pemotretan tetap berjalan seperti seharusnya.

"Apa aku kelihatan galak?" Faralyn melihat-lihat hasil pemotretan hari ini bersama fotografer dan beberapa staf.

"Kamu memang galak." Sahut Winda yang langsung mendapat kerlingan tajam Faralyn.

"Ini sesuai dengan tema yang kita inginkan, kamu melakukannya dengan baik." Ucap fotografer pada Faralyn.

Mereka mengakhiri sesi pemotretan hari itu. Faralyn mengecek ponselnya, tidak ada pesan apapun dari Devara.

"Kemana dia?" Faralyn mengedarkan pandangan ketika sampai di lobi berharap menemukan Devara disana.

"Kamu sendiri yang bilang dia ada kerjaan tapi kamu masih nyariin."

Faralyn sangat bersemangat saat hendak pergi tadi karena akan bertemu Devara. Namun ternyata Devara tidak ada. Kesempatan mereka untuk bertemu sangat sedikit karena kesibukan masing-masing.

"Dia harus kerja keras, cincin mu aja harganya belasan juta."

"Aku lebih suka dia meluangkan waktunya dari pada beli barang-barang mahal."

"Dev bener-bener nggak tahu cara mengambil hati mu."

"Hatiku sudah diambil." Faralyn masuk ke dalam mobil disusul Winda.

"Jadi apa yang kamu suka dari Dev selain wajahnya yang tampan?"

Faralyn terdiam sejenak, "Dev tampan?"

"Tentu saja, kamu pacarnya kenapa nggak tahu kalau dia tampan."

"Ada yang lebih tampan." Senyum manis Glomerulus tiba-tiba muncul di kepala Faralyn.

"Siapa?"

"Glomerulus."

"Hah siapa?" Winda meminta Faralyn mengulang jawabannya.

"Aku suka kegigihannya." Faralyn langsung mengalihkan pembicaraan, ia tidak mau menceritakan pertemuannya dengan Glomerulus. Lagi pula itu hanya pertemuan singkat yang tidak berarti apa-apa.

"Jadi kamu suka orang yang gigih."

Faralyn mengangguk, ia membuka laptop karena sesi kuliahnya akan dimulai sebentar lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!