Suara erangan Devara di atas tempat tidur terdengar bersama sosok perempuan yang hampir tidak memakai sehelai benang pun di tubuhnya. Faralyn gemetar, ia hampir menjatuhkan kue di tangannya ketika menyadari jika sosok itu adalah perempuan yang sangat ia kenal. Mereka bahkan bertemu hampir setiap hari.
Suara desahann memenuhi langit-langit kamar, Devara juga sudah setengah telanjangg dan bersiap membuka celananya.
Aku ada banyak kerjaan yang nggak bisa ditunda.
Jadi itu kerjaan yang tidak bisa ditunda yakni bercumbu dengan perempuan lain. Devara memilih tanggal yang tepat untuk menghancurkan hati Faralyn menjadi berkeping-keping.
Faralyn menutup kembali pintu itu dan membalikkan badan. Setetes air mata meleleh di pipinya, tetes berikutnya menyusul dengan cepat membuat pandangannya berkabut. Faralyn menahan isak nya hingga ia keluar dari apartemen itu.
Tubuh Faralyn bergetar hebat, kepalanya pening seperti mau pecah tapi hatinya lah yang lebih dulu pecah. Ia berlari meski dengan kedua kaki lemas lalu melempar kue yang dibawanya ke tempat sampah di ujung koridor bersama hadiah untuk Devara.
Faralyn merapat ke dinding lift dan terduduk. Ia terisak tak percaya pada apa yang dilihatnya beberapa detik lalu. Penilaian Faralyn terhadap Devara selama ini keliru. Lelaki itu selalu bersikap seolah menghormati wanita. Percaya atau tidak mereka bahkan tidak pernah berciuman. Bagi Faralyn, Devara adalah pacar yang sempurna.
Faralyn menunduk dalam menyembunyikan wajahnya yang basah oleh air mata. Langkahnya terhenti setelah keluar lobi, pandangannya menengadah ke atas langit. Mengapa hujan selalu turun disaat-saat seperti ini. Faralyn merasa semesta tengah mengejek kebodohannya. Bodoh karena begitu bersemangat membuat kue demi membuat kejutan. Sekarang ia berakhir dengan menyedihkan di depan lobi apartemen. Siapa yang peduli akan kesedihannya? tidak ada.
Tawa Faralyn terdengar, ia menangis dan tertawa sekaligus. Ia sudah gila. Bayangan Devara dan Aca kembali muncul di benaknya. Sekarang Faralyn tidak mau menyebutkan nama itu meski dalam hati. Mereka sangat menjijikan.
"Bisa-bisanya dia kirim bunga sebelum bersetubuh sama cewek lain!" Faralyn berteriak memukul dadanya yang teramat sesak.
Harusnya Faralyn sudah curiga sejak bertemu Devara di studio Wonderful Academy padahal mereka tidak ada janji.
"Kamu kesini buat ketemu aku?"
"Iya siapa lagi, pacarku cuma kamu."
"Faralyn!"
Faralyn mengangkat wajah, ia melihat tubuh tinggi berada tepat di hadapannya. Lelaki yang memiliki senyum manis melebihi sirup maple di atas pancake.
Raksa tertegun melihat Faralyn saat ini. Faralyn terlihat begitu rapuh, tidak seperti Faralyn biasanya yang kuat dan siap menghadapi apapun di depannya. Faralyn dengan wajah berderai air mata membuat Raksa tidak tahan dan akhirnya merengkuh tubuh kurusnya.
Faralyn tidak menolak, ia justru menangis semakin kencang di pelukan Raksa. Saat itu terjadi, Faralyn merasa ada yang melindunginya dan memaklumi kebodohannya. Faralyn merasa dunia tidak lagi mengejeknya dengan menurunkan hujan.
Raksa mengusap-usap punggung Faralyn, ia tidak tahu apa yang terjadi tapi ia akan melindungi Faralyn. Siapa yang berani menghancurkan gadis itu?
Raksa mengajak Faralyn masuk ke mobilnya agar tidak ada yang melihat Faralyn dengan keadaan seperti itu. Mungkin tidak masalah jika Faralyn hanya gadis biasa, tapi ia adalah publik figur. Setiap pergerakannya diawasi banyak mata. Raksa merasa harus melindungi reputasi Faralyn.
Tangis Faralyn mereda setelah beberapa saat meski isak nya masih terdengar. Raksa tidak bertanya apapun dan membiarkan Faralyn menangis sepuasnya di tengah gemuruh hujan yang turun malam itu.
"Biar aku membersihkan ini." Raksa menarik tangan Faralyn dan membersihkan krim kue menggunakan sapu tangan yang selalu ada di mobilnya.
"Aku lagi ada kerjaan di apartemen ini, bikin mural di salah satu restoran yang baru buka." Raksa menjelaskan tanpa ditanya, "barangkali kamu mau tahu."
"Aku nggak mau pulang."
"Kamu mau ikut aku kerja, walaupun terlihat membosankan tapi sebenarnya pekerjaan ku sangat menyenangkan."
Faralyn mengangguk. Ia tidak sanggup menghadapi Winda sekarang. Ia tidak siap menceritakan kisah mengerikan ini pada Winda. Tidak malam ini.
Aku nggak pulang malam ini, besok jangan beri pertanyaan apapun setelah aku kembali.
Faralyn menekan ikon pesawat kertas mengirim pesan pada Winda lalu mematikan ponselnya.
Setelah hujan reda, Raksa membawa semua peralatan menuju salah satu ruangan di lantai satu yang nantinya akan menjadi restoran cepat saji di apartemen tersebut. Setelah apartemen sepi, itulah saatnya Raksa bekerja.
Seperti biasa sebelum membuat gambar, Raksa akan mewarnai dinding dengan cat dasar. Sementara itu Faralyn duduk bersila di lantai sembari memperhatikan Raksa bekerja.
Pemilik restoran sudah mengirim desain yang mereka inginkan, Raksa tinggal mewujudkannya menjadi lukisan di dinding.
Faralyn tidak tahan hanya dengan duduk, setelah satu jam berlalu Faralyn beranjak menghampiri Raksa.
"Kamu mau coba?" Raksa menoleh pada Faralyn.
"Aku takut mengacaukannya."
"Kamu lupa kalau aku seniman mural paling top di Jakarta?"
Faralyn memutar bola mata kesal, bukankah waktu itu Raksa enggan disebut seniman paling top.
"Sebelum itu, bersihkan riasan mu dulu, wajah mu terlihat mengerikan."
"Kenapa baru bilang?" Faralyn menyambar tisu basah yang Raksa sodorkan padanya.
Raksa hanya terkekeh, Faralyn yang galak kembali lagi padahal tadi gadis itu terlihat amat menyedihkan. Namun Raksa tahu, hal itu masih menyiksa Faralyn sampai sekarang. Raksa akan berusaha menghibur Faralyn sebisanya.
Faralyn melihat pantulan wajahnya pada kaca jendela. Ia membersihkan riasan wajahnya. Lihatlah, untuk siapa ia berdandan?
"Kita lihat apakah kemampuan Kak Faralyn sebaik Carel atau nggak."
"Aku nggak bisa menyaingi Carel, dia mahir dalam banyak hal." Faralyn menerima satu kuas dari Raksa. Ia melihat gambar desain di tablet Raksa lalu mengecat sesuai sketsa yang telah Raksa buat.
"Jangan merendahkan dirimu sendiri, kamu paling berharga di dunia ini."
Faralyn melirik Raksa, apa maksud dari kalimat itu.
"Kamu harus mengatakan itu pada dirimu sendiri, kamu boleh menangis seperti tadi tapi jangan menyalahkan diri sendiri, hal-hal buruk yang terjadi di dunia ini bukan salah mu, percayalah."
"Dev selingkuh."
"Hm?" Raksa menoleh, apa katanya?
"Dev selingkuh, barusan aku lihat dia sama cewek lain di kamar apartemennya, kamu pasti bisa mengira-ngira apa yang mereka lakukan, aku nggak perlu cerita detail nya."
"Dia tahu kamu datang?"
Faralyn menggeleng, "dia bahkan nggak sadar aku datang." Ia tersenyum getir mengingat kejadian itu. "Ini peringatan satu tahun hubungan kami."
Kuas di tangan Raksa terjatuh, ia bisa mengerti betapa hancurnya perasaan Faralyn sekarang. Namun Raksa tidak bisa melakukan apapun sekarang untuk menghilangkan kesedihan Faralyn. Tidak dalam waktu singkat.
Setelahnya mereka sama-sama terdiam, sibuk dengan kuas masing-masing. Faralyn lebih banyak melamun tapi Raksa membiarkannya. Biarlah malam ini Faralyn menikmati kesedihannya tapi tidak untuk hari selanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Mikochan
kasian faralyn
2023-08-19
0
muna aprilia
tuhkan benerr
2023-07-27
1