Chap. 16

Bab. 16

"Akhirnya ... selesai juga persiapannya," ucap Gina sambil merentangkan kedua tangannya. Melemaskan otot-otot yang terasa kaku karena beberapa hari ini dirinya sibuk menyiapkan acara wisuda yang akan digelar dua hari lagi.

Gadis itu kemudian beranjak dari tempat duduknya dan berniat untuk pergi ke dapur. Mengambil minuman beserta camilan yang tersimpan di lemari khusus yang ada di sebelah lemari pendingin. Karena masih ada sesuatu yang Gina kerjakan. Tentu saja semua camilan itu disipakan oleh Presdir ababilnya. Eh, Presdir labil yang sekarang ini menjadi om sugar Gina.

Berbicara mengenai Presdir, Gina sampai lupa mengabaikan pria itu beberapa kali ketika tidak sengaja berpapasan. Mungkin karena dirinya terlalu sibuk dan memfokuskan diri untun acara wisudanya, sampai-sampai melupakan pekerjaan utamanya di sini.

"Astagaaaahh ... dia pasti mau nari uang yang sebagian udah gue gunain. Ceroboh banget sih lo, Gi!" Gina menggerutui dirinya sendiri sambil menepuk kening. Bisa-bisanya mengabaikan sang majikan yang seharusnya dia layani san segera dia sembuhkan.

"Nggak. Nggak boleh di ambil lagi. Uangnya udah masuk ke rekening gue, itu artinya udah jadi milik gue," gumamnya lagi. "Oke, kita mulai tipis-tipis lagi, Gi. Tahan napsu lo yang pingin jadi orang kaya dengan cara instan."

Dan yang Gina maksud di sini ialah gadis itu dengan sengaja dan dalam keadaan yang sangat-sangat sadar, malah mepelas celana pendek yang dia kenakan serta kacamata khusus untuk dadanya lalu kemudian melemparnya asal ke atas kasur nya.

"Semoga dia udah pulang," ucapnya.

Gina keluar kamar hanya dengan balutan kaos berukuran lebih besar dari tubuhnya, juga panjangnya hanya sebatas setengah paha. Sehingga masih memperlihatkan kaki jenjangnya yang putih mulus dan bersih tersebut.

Tanpa ada sikap takut serta waspada, gadis itu keluar dari kamarnya dengan begitu santai.

"Belum pulang kali, ya. Masih sepi," gumam gadis itu lagi ketika melewati beberapa ruang dengan lampu masih padam.

Dia lihat jarum jam sudah menunjuk ke angka sembilan, namun perutnya tiba-tiba saja lapar. Di tambah lagi ketika ia mencium sebuah aroma masakan yang lumayan membangkitkan selera makannya.

"Siapa yang masak? Masa ada hantu di apartemen ini." seketika bulu kuduk Gina langsung berdiri mengingat dirinya tengah sendirian di apartemen yang begitu luas.

Gina memelankan langkah dan tangannya menyempatkan meraih kemoceng yang terletak di samping ruang dapur. Bersiap akan memukul orang yang berani masuk ke apartemen bosnya.

Tidak jauh di depannya, Gina melihat sosok pria yang berdiri menghadap ke arah kompor. Sepertinya pria itu lah yang memasak.

"Tuan Muda?" panggil Gina sedikit ragu.

Karena selama tinggal di sana, Gina tidak pernah melihat Naka berada di dapur untuk masak. Palingan hanya mengambil minum di tengah malam.

Sementara itu pria yang sibuk merebus mie instan tersebut pun menoleh ke belakang. Di mana dia mendengar seseorang memanggil dirinya.

Naka menaikkan alis ketika melihat Gina berdiri sedikit jauh darinya dan di tangan membawa kemoceng.

"Mau mukul?" tanya Naka dengan tatapan memicing.

Belum mendapatkan jawaban dari Gina, pria itu sudah lebih dulu mematikan kompor dan mengangkat panci berukuran kecil untuk kemudian ditaruh di atas meja.

Sesekali ekor matanya melihat ke arah Gina yang masih terdiam di tempatnya.

"Kenapa? Ngira aku hantu?" Naka kembali bersuara dan kali ini menyadarkan Gina dari keterkejutannya.

Gina menggelengkan kepala, tentu tidak akan berkata jujur dan gadis itu langsung melempar kemoceng yang dia bawa ke tempatnya semula. Beruntung tepat sadar.

"Enggak," balas Gina yang jelas-jelas berbohong. "Cuma tumben aja Tu—"

"Jangan panggil aku seperti itu jika sedang ada di rumah," cegah Naka cepat. Memotong kalimat Gina yang belum selesai terucap.

Gina sedikit terkejut dengan permintaan Naka.

"Bukanya wajar ya?" tanya gadis itu sambil melangkah mendekat dan duduk di kursi sebelah Naka. "Kan aku disini termasuk orang yang anda bayar. Jadi secara otomatis anda majikan saya, Tuan Muda Naka." jelas Gina.

Bukan karena apa. Gina hanya takut kalau sampai dirinya kebablasan jika Naka menyuruhnya untuk memanggil dengan sebutan nama saja. Kebablasan kurang ajar nya, maksud Gina. Bukan yang lain.

Naka melirik sekilas ke arah Gina yang duduk di sampingnya. Tanpa sengaja mata Naka melihat sesuatu yang begitu mulus di sana dan debaran yang sempat Naka rasakan itu kembali muncul.

Aneh. Itulah satu kata yang cocok untuk apa yang Naka rasakan sekarang. Sampai-sampai pria itu menyentuh dadanya sendiri. Benar. Debaran jantungnya berpacu lebih cepat dari batas normal. Namun, dengan segera pria itu samarkan ketika mendapat tatapan Gina.

"Kenapa? Tuan Muda sakit?" tanya Gina sedikit khawatir di kala melihat wajah Naka yang tiba-tiba saja tampak pucat.

Naka mengalihkan tatapannya dan berpura-pura memegang kepala yang seolah terasa sakit.

"Hanya pusing sedikit," jawab Naka.

Pria itu memejamkan mata sambil mengernyit. Mendalami aktingnya agar tidak dicurigai oleh Gina jika dirinya merasakan sesuatu yang aneh.

Tanpa banyak tanya lagi, bahkan gadis itu bergerak seenaknya tanpa meminta ijin lebih dulu.

Grep!

Sedetik kemudian gadis itu sudah main duduk di pangkuan Naka hingga membuat Naka membuka mata terkejut. Lebih lagi mendapati wajah Gina yang begitu dekat dengannya.

"Kalau memang pusing tuh bilang. Jangan malah dibuat masak sendiri. Kan bisa nyuruh aku. Biar aku tuh nggak makan gaji buta dari kamu ...." Gina menjeda kalimatnya, lalu menatap lembut tepat di manik mata Naka. "Maunya dipanggil apa kalau sedang di rumah? Mas? Bang? Kak? Naka? Atau Sayang?" tanya Gina seraya tersenyum menggoda.

Di mana senyumannya itu mampu membuat Naka berhenti bernapas sejenak. Eh, terpesona maksudnya. Di tampang lagi posisi duduk Gina yang ... argh! Sudah bisa membuat Naka terkejut. Eh, anunya yang terkejut. Sebab gadis di atas pangkuannya ini sepertinya tidak mengenakan bawahan dan juga ujung kaosnya sedikit tersingkap ke atas di saat kakinya melebar dan mengunci kaki Naka.

Gina masih begitu santai dan tangannya terus memberi pijatan lembut di kepala Naka. Menunggu pria yang ada di depannya ini berbicara.

Naka memalingkan wajahnya ke samping di saat menyadari ada sesuatu pergerakan di bawah sana. Ya. Dia tidak salah. Naka bisa merasakannya. Namun, pria itu tidak mau terburu-buru menyimpulkannya.

"Hadap sini kalau mau dipijit!" cegah Gina kembali menghadapkan wajah Naka ke arahnya. "Mau dipanggil apa? Hmm?"

Susah payah Naka menjaga ekspresi serta sikapnya agar terlihat tenang di depan gadis rubah ini. Bersikap barbar, lalu bersikap jutek, dan sekarang? Memainkan gadis yang lembut. Ck! Banyak sekali memang akalnya, sampai-sampai membuat Naka berhasil memikirkan perubahan sikap Gina.

"Mas Presdir," Gina cekikikan ketika mengeja panggilan barusan. "Aneh banget nggak sih kedengarannya?"

Sesekali gadis itu menggerakkan pinggulnya, berniat untuk mencari posisi yang nyaman dalam duduknya. Sebab Naka terasa kaku, bahkan tangannya saja menjuntai ke bawah. Tidak melingkar di pinggang gadis yang ada di pangkuannya tersebut.

"Naka saja," ucap Naka yang pada akhirnya bersuara setelah sekian menit terdiam.

Gina mengerutkan kening lalu menggelengkan kepala.

"Nggak boleh. Ntar aku ngelunjak kalau dibolehin manggil nama doang," sahut Gina sadar akan sikapnya yang sering kali kurang sopan. "Lagian usia kita juga lumayan jauh jaraknya. Makin nggak sopan dong aku." imbuhnya lagi.

'Terus yang lo lakuin sekarang ini sopan!' batin Naka menjerit.

Ingin sekali menggulingkan gadis ini ke lantai karena sudah mengganggu dirinya makan. Tetapi Naka masih penasaran dengan sesuatu yang terjadi dibawah sana.

"Terserah," pasrah Naka. Percuma juga dirinya memberi jawaban jika pada akhirnya gadis ini tetap pada pilihannya sendiri.

"Mas saja deh. Mas Naka," putusnya. Gina masih memberi pijatan di pelipis Naka. "Gimana? Udah mendingan?" tanya gadis itu.

Naka menggelengkan kepala. Entah kenapa rasa laparnya lenyap seketika dan dia ingin Gina dalam posisi seperti ini.

Perlahan Naka menggerakkan tangan dan melingkarkannya di pinggang Gina. Dengan gerakan pasti, pria itu mulai mengeratkan tangan serta menarik pinggang Gina ke depan. Sehingga tubuh mereka benar-benar menempel.

"Banyak kerjaan banget ya? Sampai pusing segala." cerocos gadis ini.

Naka yang mulai merasa nyaman dengan pijatan di kepalanya serta tekanan yang berada di bawah, pria itu mengangguk dengan mata mulai tertutup. Seolah tengah menikmati sentuhan dan juga tekanan yang terasa begitu hangat di bawah sana. Naka bisa merasakannya. Ya. Dia tidak sedang dalam keadaan bermimpi. Ini nyata.

Pria itu menghembuskan napas lega. Karena ternyata miliknya bisa sedikit merespon kehangatan yang diberikan oleh Gina.

"Lakukan pekerjaanmu sampai tuntas," ucap Naka tiba-tiba dengan mata yang masih terpejam.

"Hah! Apanya?" Gina tidak mengerti dengan maksud Naka.

Tatapan Naka tiba-tiba saja berubah setajam pisau. Membuat Gina sedikit takut. Sebab tatapan itu sama seperti dua orang yang begitu kesal kepada dirinya, di saat Gina menolak ajakan bermalam dengan mereka.

Sontak, Gina menghentikan kegiatan memiijatnya dan menjauhkan tangannya dari pelipis Naka. Namun sebelum sempat tangannya terjatuh, Naka mengarahkan tangan Gina untuk melingkar di lehernya. Juga pria itu semakin mengeratkan tangannya di pinggang Gina.

Benda kenyal nan lembut itu bisa Naka rasakan dengan sangat jelas. Apa lagi Naka tahu jika Gina tidak menggunakan kacamata khusus dadanya saat ini.

"Bagaimana kalau kita ciuman?" usul Naka membuat Gina shock dan melebarkan matanya. Sangat terkejut dengan permintaan pria yang selama ini bersikap diam dan jutek. "Kita belum pernah ciuman. Siapa tau juga dengan cara itu bisa merespon milikku," imbuh Naka tersirat sebuah rayuan maut di dalamnya dengan mengatasnamakan pekerjaan yang disanggupi oleh Gina sebelumnya.

...Waaaahh ... bahaya bahaya bahaya!...

......Pak Presdir udah mulai bereaksi. Jaga keselamatanmu, Gina!......

...Kabur aja, kabur Gina!...

...Wkwkwkwk...

Terpopuler

Comments

Aisyah Zahra

Aisyah Zahra

ngak bahaya ta wkwk

2024-02-24

0

Ass Yfa

Ass Yfa

awas... Gina tuh adwknya dah bangun.. ttp waspada

2023-08-23

1

Icha.dhenok 05

Icha.dhenok 05

Naka mulai on ...... wkwkwkwkwk

2023-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!