Chap. 13

Bab. 13

Irham dan Gibran tidak hentinya tertawa. Dua pria laknat itu menertawakan respon Naka yang biasa saja dan lamalh langsung kabur masuk ke kamarnya ketika cewek yang mereka tahu sebagai orang yang membantu kesembuhan Naka.

Dan benar saja, Gibran memang tidak pernah salah dalam menilai seseorang. Cewek itu benar-benar sesuai dengan kriteria yang mereka butuhkan dalam penyembuhan kelainan yang diderita oleh Naka.

"Astagaaahh ... tingkah lo ternyata kocak juga, ya!" seru Gibran sambil memegang perutnya yang terasa sakit akibat tertawa terus.

Sedangkan orang yang mereka tertawakan saat ini, terdiam. Menatap ke arah dua pria di hadapannya dengan tatapan bingung.

"Memangnya ada apa dengan tingkah gue?" tanya gadis itu tidak sadar jika memang tingkahnya sangatlah unik.

Kedua pria yang ada di hadapan Gina dengan kompak menggelengkan kepala.

"Nggak ... nggak ada yang aneh kok. Dia saja yang aneh," balas Irham cepat. Takut jika gadis milik presdirnya ini salah paham mengenai sikap mereka.

Gina menatap curiga ke arah Irham. Lalu ia yang sudah menyiapkan makan malam dan kebetulan cukup juga jika di makan empat orang. Gina mencondongkan tubuhnya ke arah Irham dan Gibran yang masih besekat dengan meja makan. Dan di posisi Gina yang seperti itu justru semakin menyembulkan dua bulatan di dadanya.

Sampai-sampai Gibran dan Irham dibuat ngiler olehnya.

"Dia beneran impoten memangnya?" tanya Gina yang masih ragu dengan pengakuan Naka ketika pertama kali bertemu dengannya dan menawar dirinya waktu itu.

Irham dan Gibran saling menoleh. Agak ragu, tetapi mereka akhirnya dengan kompak menganggukkan kepalanya.

"Bukanya lo udah dikasih tau sama dia?" tanya Irham memastikan ulang.

"Iya sih. Cuma gue kayak kurang yakin aja," balas Gina. "Tapi pas buktiin dua kali ini, gue yakin kalau dia memang nggak normal," imbuhnya lagi.

Gibran mengetuk meja dengan jemarinya. Sedangkan tangan yang satunya lagi mengusap dagu yang sebenarnya tidak tumbuh bulu di sana.

"Lo pas nempel tadi, ngerasa ada yang keras, nggak?" tanya Gibran sebelum menyampaikan rencana laknatnya pada sahabatnya sendiri.

Gina menggeleng. "Keknya loyo deh. Nggak kerasa apa-apa," balas Gina sambil mengingat lagi kejadian beberapa menit yang lalu sebelum gadis itu didorong keras oleh Naka.

Hembusan napas kasar terdengar dari Irham sekarang.

"Sudah gue bilang, dia tuh memang beneran nggak bisa bangun, Gib. Lo liat sendiri barusan. Padahal Gina penampilannya udah siap banget ditusuk, tapi bos lo gimana? B aja kan?" ujar Irham yang sepertinya pria itu belum mengenal betul temperamen Gina.

Plak!

"Kalau ngomong tuh disusun dengan benar, Kak!" tegur Gina menatap sinis ke arah Irham, setelah menabok mulut pria itu. "Tampang nya aja baik, tapi mulutnya kurang ajar." sindir Gina yang memang tidak suka jika direndahkan oleh orang yang baru dia lihat. Meskipun orang itu teman dari om sugarnya sekarang.

Sebisa mungkin Gibran merapatkan mulutnya agar tidak tertawa lalu ini. Karena ia tidak mau berakhir seperti Irham. Ternyata isu yang beredar itu pun memang benar adanya. Dia gadis yang begitu barbar.

"Sorry, sorry." Irham mengatupkan tangan di depan wajah. Sadar jika memang bahasa yang ia gunakan sedikit keterlaluan untuk orang yang baru bertemu.

"Oke, kali ini serius. Kita nggak punya waktu banyak," ucap Gibran tiba-tiba. Sesekali pria itu menatap ke arah kamar Naka. "Sekarang lo punya rencana apa buat luluhin Naka?" tanya Gibran pada Gina dengan raut yang serius.

Gina mengangkat bahunya. "Kak ...." gadis itu menjeda, bingung mau memanggil Gibran dengan sebutan apa. Karena memang mereka belum berkenalan.

"Ah, iya. Kenalin, gue Gibran. Panggil aja Kak Gib, gitu," sahut Gibran yang seolah mengerti akan kebingungan Gina.

"Gue Irham. Asistennya si Bos," timpal Irham yang juga mengrnalkan diri.

Kemudian Gina ingin memperkenalkan diri juga kepada mereka,namun segera dicegah oleh kedua pria itu.

"Kita sudah tau nama lo," ujar Gibran.

"Bahkan latar belakang lo. Semuanya kita tahu," imbuh Irham yang mendapat tatapan curiga dari Gina.

"Ck! Ternyata kalian sudah menyelidiki lebih dulu sebelum om Presdir itu nawar gue," gerutu Gina begitu kesal. Rupanya ini semua sudah direncanakan secara matang.

Gibran dan Irham mengangguk, membenarkan tebakan Gina barusan.

"Karena kita nggak bisa sembarang pilih orang. Dan lo, merupakan orang yang sangat cocok sama Naka," sahut Gibran.

Kemudian Irham menceritakan sepenggal kisah mengenai Naka kepada Gina. Awal mula bagaimana bisa pria itu terlihat berbeda dan seperti tidak tertarik kepada perempuan dan sikapnya semakin hari semakin dingin. Ditambah lagi desakan dari orang tuanya yang selalu menyuruh Naka agar segera menikah. Karena kalau tidak bisa mencarinya sendiri, orang tua Naka lah yang akan mencarikan jodoh untuk putra pertama mereka tersebut.

"Jadi kesimpulannya?" sela Gina.

"Lo harus sembuhin kelainan dia, sebelum orang tuanya menjodohkan Naka yang nantinya malah membuat malu nama Kamajaya, Gi." pinta Gibran dengan ekspresi begitu serius.

Membuat Gina menghela napas. "Kenapa tugas gue berat banget ya, di sini," keluh gadis itu sambil menempelkan wajahnya di atas meja.

"Nggak. Lo nggak perlu berbuat aneh-aneh, Gi. Karena ini passion lo," timpal Irham. "Dekati dia tanpa terlihat kalau lo itu sengaja. Jadi buat tindakan lo itu seolah benar-benar sebuah kebetulan."

"Nah!" seru Gibran tertahan. "Lo tempelin dia aja terus." saran Gibran.

Sedangkan Gina menghembuskan napas pasrah.

"Kenapa saran kalian itu sama kek Tania," keluh Gina. "Gimana caranya dekatin cowok, kalau gue sendiri sja belum pernah." lirihnya kemudian.

Cukup membuat Gibran dan Irham saling pandang. Tidak percaya dengan apa yang mereka dengar barusan. Pasalnya mereka sama-sama tahu kalau Gina berasal dari dunia malam dan mereka juga sangat hapal betul bagaimana kinerja dunia malam tersebut.

Gina berdecak. "Gue tau Kak Gib dan Kak Ham nggak akan percaya. Nggak masalah, kok."

"Panggil gue Ir. Jangan Ham!" protes Irham menahan geramnya. Aneh banget jika dirinya dipanggil dengan sebutan seperti itu.

"Dih, ngambekan." sindir Gina membuat Irham mengangkat tangan dan ingin sekali menjitak kepala Gina.

"Shop!" teriak seseorang dari arah yang tidak jauh dari Tempak mereka. Membuat mereka bertiga menoleh ke sosok yang berjalan mendekat ke arah mereka. "Turunin tangan lo!" sentak Naka dengan wajah seramnya.

"Rasain lo. Siapa suruh macem-macem sama barangnya si Bos," bisik Gibran terlihat senang dan mendapat delikan mata dari Irham.

Naka melangkah mendekat laku menarik kursi yang ada di sebelah Gina untuk kemudian duduk di sana.

"Ambilin," perintahnya pada Gina.

Gadis yang tengah menempelkan wajahnya pada meja pun bangkit dengan malas-malsan. Seolah tidak bersemangat.

"Yang bener." ingat Naka melirik ke arah Gina.

"Ini udah bener, Tuan Muda," balas Gina kesal.

Melihat wajah Naka yang biasa-biasa saja, membuat Gina malu sendiri. Dirinya sudah berupaya semaksimal mungkin di depan Naka, namun tanggapan pria itu justru biasa saja san membuatnya sangat malu. Seolah gelar primadona prmilik goyangan serta tubuh seksi yang selama ini melekat padanya, kini tidak berarti apa-apa di hadapan pria ini.

"Nggak usah dimajuin juga mulutnya."

Gina melirik sinis. "Nih, udah," ujarnya menyodorkan piring berisi nasi dan ayam goreng di sana.

"Ganti baju lalu makan." perintah Naka tanpa menatap ke arah Gina.

Pria itu mulai mengambil sambal buatan Gina, setelah memperhatikan beberapa detik. Mungkin tidak percaya jika sambal itu dibuat dengan cara higenis.

"Nanggung. Udah bau terasi juga. Nanti aja sekalian mandi lagi," jawab Gina tak menghiraukan perintah dari Naka.

Naka menaruh sendok dan garpunya. Lalu pria itu menatap Gina tanpa mengeluarkan suara. Sampai-sampai membuat Gina mengalihkan tatapannya.

"Apa?"

"Masih ingat peraturan nomor dua?" Naka menyandarkan punggungnya di kursi yang dia duduki sambil melipat tangan di depan dada.

"Ck!"

Gina menghentakkan kakinya di lantai lalu langsung berbalik badan dan pergi dari sana.

"Yang tertutup!" ujar Naka mengingatkan dengan nada tinggi.

"Sesuai permintaan anda!" Teriak Gina.

Lagi dan lagi, Gibran dan Irham saling melirik serta mengejapkan mata mereka. Seolah menemukan sesuatu yang belum pernah mereka lihat.

Naka mengabaikan dua sahabatnya itu. Pria yang mengenakan kaos serta celana kinos pendek itu mulai menyantap ayam goreng beserta oseng kacang yang sempat Gina masak. Sebab Naka tidak menyukai sambal.

Pria itu tampak begitu menikmati, tanpa tahu masalah apa yang akan datang nanti.

Terpopuler

Comments

Wati_esha

Wati_esha

Lagian sih, main suruh masuk lelaki lain sebelum memastikan keadaan Gina!

2023-07-31

0

π!!

π!!

masalah apa

2023-07-10

0

Miss Typo

Miss Typo

kapok sisan tuh bibir kena tabok Guna 😂
Naka dh mulai berubah ya stlh tinggal sm Gina, walaupun si anu blm bisa on

2023-07-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!