Chap. 4

Bab. 4

Kring! Kring!

Terdengar suara alarm yang begitu berisik membuat sang empu pun segera meraih dan mematikan bunyi tersebut. Gadis itu mengerjap pelan lalu menatap ke arah jarum jam walker yang ada di tangannya saat ini.

"Kenapa udah bunyi aja sih ini jam," gumam gadis itu. Matanya begitu berat untuk terbuka dan bangun. Karena ini sudah jam tujuh pagi. Kurang dari setengah jam lagi, dia harus segera bersiap dan bertemu dengan murid lesnya hari ini.

Ketika ingin memejamkan matanya, gadis yang tak lain ialah Gina pun seketika menloncat. Teringat sebuah janji dengan seseorang pagi ini sebelum berangkat ke tempat dia mengajar les.

"Gila! Kenapa gue bisa sampai lupa begini! Sial!" umpatnya yang langsung beranjak dari tempat paling nyaman untuk merebahkan badannya tersebut.

Meskipun sedikit tidak rela berjauhan dengan bantal guling yang selalu setia menemani Gina dalam kesepian selama ini, namun Gina benar-benar harus terpisah dengannya lebih cepat. Karena ia tidak boleh melewatkan uang yang ada di depan matanya.

Tidak seperti pada gadis lainnya yang membutuhkan waktu satu jam untuk mandi. Gina hanya butuh lima belas menit, itu pun sudah sekalian mencuci rambutnya.

Setelah selesai pun dengan segera gadis itu mengambil rok span berwarna krem dan juga kemeja berwarna biru muda yang sedikit kebesaran dengan ukuran tubuhnya. Gina sengaja memilih bajunya yang itu, karena tidak mau merusak pikiran murid lesnya nanti. Meskipun mereka masih remaja, akan tetapi remaja jaman sekarang sangatlah maju sekali pemikiran mereka.

Tidak banyak yang Gina lakukan, hanya memoleskan bedak bayi dan juga lip tint untuk warna bibirnya agar terlihat lebih segar. Tidak lupa pula gadis itu juga mencepol rambutnya ke atas dan membiarkan anakan rambutnya yang bebas tanpa merapikan. Tidak ketinggalan kacamata dengan frame brown yang bertengger di pangkal hidung mancung nya. Semakin menunjang penampilannya.

"Haish! Mana semalam lupa minta uang sama Tania. Argh! Benar-benar hari keberuntungan lo banget deh, Gi." gerutu Gina ketika melihat beberapa lembar uang di dalam dompetnya.

Tidak mau memusingkan masalah makan siangnya nanti, Gina segera keluar dari kamar kontrakannya dan segera menuju ke depan. Tidak lupa memakai helm dan kemudian naik ke atas motor setelah menyimpan buku dan segala perlengkapan dirinya dalam mengajar dua sesi sekaligus hari ini. Sekalian saja, agar tidak wira wiri pikirnya.

***

Sedangkan di sebuah ruangan bernuansa abu dan putih. Terlihat seorang pria yang tengah duduk di kursi kerjanya. Mata tajam nya itu menatap lekat ke arah layar yang ada di hadapannya. Mengamati sebuah foto beserta biodata dari seseorang yang sedang dia amati sekarang ini.

Di dekat meja kerjanya, tampak seorang pria yang menatap heran ke arah atasannya.

"Ada sesuatu, Tuan?" tanya seorang pria yang tidak lain merupakan asistennya Naka.

Naka tidak segera menjawab. Pria itu masih mengamati biodata seorang perempuan yang sengaja dia temui.

"Katamu kemarin dia orang yang sangat membutuhkan uang?" ujar Naka tiba-tiba membuat Irham mengerutkan keningnya.

"Siapa yang Tuan maksud?" tanya Irham. Karena ucapan tuannya ini begitu abu-abu sekali menurutnya. Tidak jelas arahnya kemana.

"Regina Shivania Aresti, lahir di Surabaya dan mulai tinggal di sini lima tahun yang lalu. Merupakan seorang gadis penari club dan dijuluki sebagai penari Berlian di antara yang lain. Mahasiswi yang tengah menunggu wisuda dan berkeinginan lanjut S2. Tinggal sendiri di jalan Kenanga. Berasal dari Surabaya, dan sangat menjunjung tinggi uang. Rela melakukan apapun asal itu mendapatkan uang," Naka membaca satu per satu informasi yang tertera di layar komputer yang ada di hadapannya.

Irham mengangguk. Setelah semalaman dibuat kalang kabut oleh atasannya yang menginginkan info mengenai seorang gadis penari dari salah satu club ternama.

"Benar, Tuan. Saya mendapatkan infonya dari sumber yang begitu akurat," sahut Irham begitu percaya diri. Kalau apa yang sudah ia kumpulkan itu sesuai dengan kenyataannya.

Brak!

Naka membanting sebuah map ke mejanya dengan gerakan yang begitu kasar.

"Ada yang nggak sesuai fakta dan kau melupakan itu, Ir!" bentak Naka dengan tatapan begitu tajam.

Membuat Irham yang sedari tadi berdiri pun langsung mendekat. Mengambil map yang dilempar oleh atasannya tersebut. Membukanya dan memastikan kalau apa yang ada di dalam map itu semua valid.

"Apa ada yang salah, Tuan?" tanya Irham dengan suara gemetar. Takut jika informasinya itu ada yang keliru.

Naka menggelengkan kepala. Semakin membuat Irham mengerut heran.

"Lalu?" tanya pria itu yang mulai gemas dengan sikap atasannya.

"Dia menolak tawaranku," ujar Naka dengan suara lirih.

Sampai-sampai Irham maju lebih dekat lagi.

"Apa, Tuan? Dia menolak anda?" ulang asisten yang tidak peka. "Jangan bilang kalau anda menawarnya dengan harga murah?" tebak Irham yang sangat tahu betul bagaimana atasannya ini.

Naka berdecih seraya melirik sinis. "Dua miliyar. Kurang?" balas Naka yang membuat Irham langsung bertepuk tangan.

Bahkan sikap asistennya itu sudah terlampau santai untuk ukuran seorang bawahan di sini.

"Waaaahhh ... gue nggak nyangka banget kalau lo bisa nawar dia dengan harga yang begitu fantastis, Ka!" seru Irham. Keluar sudah sifat dan sikap asli dari seorang asisten itu.

Naka menaikkan alisnya. "Apa kurang pantas untuk modelan seperti dia?" tanya Naka sendiri juga heran. "Apa karena ini juga dia menolak?" lanjutnya lagi.

Naka semakin dibuat penasaran dengan gadis yang bernama Gina. Bisa-bisanya gadis itu menolak tawaran darinya dengan harga yang sangat tinggi.

Di saat Naka berpikir sangat serius mengenai penolakan Gina, terdengar Irham malah tertawa tanpa ada Raza sopan santun sedikit. Bahkan pria itu sampai lupa jika sekarang ini masih jam kerja.

"Seorang Naka Kamajaya ditolak? Hah? Serius? Hahahah!" tawa itu begitu menggelegar di ruangan seorang Presdir dari perusahaan Market place terbesar yang ada di negara ini, yakni Kamajaya Group. "Waaahhh ... boleh nih gue serahin ke Gibran. Biar chanelnya naik lagi," sambung Irham yang masih saja menggoda Naka.

Tanpa menunggu asisten laknatnya itu kembali berujar yang semakin membuat dirinya naik tensi, Naka melembar map yang lebih tebal lagi isinya ke arah Irham. Hingga pria itu berhasil diam.

"Salah lo yang ngasih solusi nggak tepat!" sentak Naka yang menyalahkan Irham.

Bukan tanpa alasan juga Naka menyalahkan Irham. Karena memang pria itulah yang mengusulkan sebuah ide kepada dirinya mengenai apa yang di alami oleh Naka.

"Hei hei hei, Tuan Muda! Jangan melempar batu sembunyi tangan dong! Ini semua juga demi kebaikan, lo! Makanya Gibran sampai nyuruh anak buahnya noh, cari wanita terseksi dan paling semlohay di kota ini!" balas Irham tidak terima di salahkan.

Enak saja main menyalahkan seperti ini. Sudah dibantu dengan sepenuh hati, juga. Dumel Irham dalam hati.

Memang, Irham belum pernah bertemu secara langsung dengan wanita yang diusulkan oleh Gibran. Menurut informasi memang wanita ini sangat berbeda dari yang lain. Tidak boleh disentuh sama sekali, dan hanya boleh dinikmati oleh mata saja.

"Gue tuh penasaran sebenarnya dengan ini cewek. Kata Gibran, dia nggak membiarkan tubuhnya dicolek secuilpun sama pelanggan club. Memangnya dia cantik banget?" tanya Irham penasaran. Karena memang Irham belum pernah melihatnya secara langsung.

Sedangkan Naka menatapnya datar. "Biasa saja," jawabnya.

Irham semakin memicing. "Terus, itu lo bangun nggak? Atau minimal terkejut kek?" cecar Irham penasaran mengenai reaksi milik Naka.

Terpopuler

Comments

🍌ᴿᵈ🌜︎Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ👏

🍌ᴿᵈ🌜︎Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ👏

bangun gak tuh 🤣🤣

2023-08-24

0

Wati_esha

Wati_esha

Naka Kamajaya - Gibran - Irham, betulan ya Naka "tidur"?

2023-07-31

1

Susi Sidi

Susi Sidi

ngakak sumpah bacanya thor..

2023-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!