Chap. 15

Bab. 15

Brak!

Sebuah dokumen dilempar begitu saja di atas meja hingga menimbulkan suara yang begitu keras. Tatapan tajam di layangkan oleh sang pelaku. Menyiratkan betapa marahnya dia saat ini.

Sedangkan di hadapannya sekarang ada dua orang yang tengah menunduk. Sedang di tambah satu orang lagi yang tengah berdiri di sisi ruang. Mengamati dan memperhatikan apa yang sedang terjadi.

"Kalian becus kerja nggak!" sentak seorang pria yang memiliki tatapan begitu tajam. Menatap dua orang yang ada di depannya secara bergantian. "Kalau nggak, keluar dari perusahaan ini!" imbuhnya lagi masih dengan nada begitu marah.

"Ma-maafkan saya, Tu-tuan," ucap salah satu di antara dua orang itu dengan suara gemetar. Menahan takut yang sangat luar biasa, sampai-sampai kakinya terasa lemas dan ingin segera pergi dari ruangan yang terasa sangat mencengkam tersebut.

Sedangkan Naka yang sedang sangat sangat marah kepada karyawannya tersebut menatap tajam ke arah mereka. Seolah hanya dengan tatapannya saja bisa mencabik-cabik dua orang yang ada di hadapannya sekarang. Terlebih lagi suara Naka benar-benar terdengar sangat menakutkan.

"Apa dengan kata maaf, uang ratusan miliyar bisa kembali? Hah!" sentak Naka dengan emosi maksimal.

Lalu pria itu memegang kepala nya yang terasa sakit. Lantas Naka mendudukkan pantatnya di kursi kerja.

Melihat itu, dengan segera Irham menghampiri dan langsung membukakan sebuah tablet obat yang berada di laci Naka. Baru setelahnya menyodorkan gelas yang berisi air minum.

"Ingat kondisi," ucap Irham dengan suara lirih setelah Naka meminum obat nya.

Naka mengatur napas dan merilekskan tubuhnya. Melonggarkan dasi yang menjerat leher dan membuka dua kancing kemejanya.

"Pergi. Kutunggu surat pengunduran diri kalian dan penyitaan aset yang kalian punya," ucap Naka tanpa menatap ke arah mereka.

Memang, suaranya lebih rendah dari yang tadi. Akan tetapi makna kata yang terucap begitu dalam, hingga sampai membuat dua orang yang sedari tadi menunduk pun mengangkat kepalanya. Menatap Naka dengan pandangan lemas. Tubuh mereka seolah tidak bertulang sama sekali. Bahkan mungkin untuk mengambil napas, juga mulai terasa sulit.

Sebelum mereka melayangkan protes dan malah akan semakin fatal akibatnya, Irham dengan segera menyuruh mereka agar cepat keluar dari ruangan Presdir tersebut.

Melalui perintah tanpa suara dari Irham, mereka paham dan langsung pergi dari sana. Setelah itu Irham menutup pintu ruang kerja Naka dan kembali mendekat ke arah bos sekaligus sahabatnya.

"Ada sesuatu?" tanya Irham yang bermaksud lain.

Bukan mengenai perusahaan yang baru saja kehilangan proyek berisikan banyak uang ratusan miliyar di sana. Tentu, itu merupakan nominal yang sangat besar dan sangat wajar jika Naka sampai murka seperti ini. Akan tetapi Irham melihat ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang mendorong kemarahan Naka semakin menggelora.

Naka memicingkan matanya. "Lo masih nanya kenapa?" ketus pria itu. Lalu menghembuskan napas kasar.

Irham tidak langsung menanggapi. Pria itu malah menyeret kursi yang ada di depan meja kerja Naka, lalu menempelkan pantatnya di sana. Menatap lurus bosnya yang tampak sedang mendapat masalah.

"Bukan yang ini. Yang lain," balas Irham begitu santai. Kini pria itu menopang wajahnya dengan kedua tangan.

Tidak sedikit pun mampu membuat Naka menceritakan apa yang sedang dia rasa. Pria itu menarik dasi yang sudah tidak rapi lagi di lehernya. Lalu melemparnya dengan asal. Entah kenapa kain itu terasa begitu mencekik di lehernya.

Kemudian hembusan napas berat terdengar dari Naka. Semakin menguatkan kecurigaan Irham yang sangat peka akan masalah bos yang selama beberapa tahun dia layani dan juga menjadikan dirinya sebagai tempat berkeluh kesah selama ini. Kecuali hanya satu masalah yang sampai saat ini Irham tidak ketahui secara pasti.

"Penari lo lagi?" tebak Irham sangat gatal sekali jika menahan sesuatu yang ingin dia ketahui.

Naka menghela napas lelah. Bukan karena masalah di perushaan. Karena dirinya sangat percaya bisa membalikkan kerugian yang sedang perusahaannya alami sekarang ini dengan cepat. Hanya saja, perubahan sikap seseorang yang tinggal bersama dirinya itu berhasil membuat Naka sedikit terusik dan terus terbayang sekaligus menjadi cenayang. Menebak tidak jelas.

Diamnya Naka dan responnya yang biasa, semakin Irham yakin memang bosnya ini sedang ada masalah dengan perempuan yang sedang tinggal bersamanya. Bahkan diklaim sebagai obat dalam penyembuhan kelainan yang dimiliki oleh Naka—sahabatnya.

"Dia berubah," ucap Naka tiba-tiba.

"Jadi Sailormoon?" tebak Irham menahan tawa dan langsung mendapat pelototan mata dari Naka.

Mendapat alarm bahaya, Irham mengangkat tangannya hingga sejajar dengan telinga. "Oke oke, gue serius sekarang. Berubah kenapa?"

"Kalem. Nggak banyak tingkah. Lebih sering belajar," jawab Naka jujur.

Irham mengerutkan keningnya. Bukankah itu sikap perempuan normal? Lantas di mananya letak kesalahan dan perubahan yang Naka maksud.

"Bukanya itu wajar?" tanya Irham.

Naka langsung menggelengkan kepala.

"Nggak. Dia sebelumnya nggak kayak gitu," balas Naka. "Biasanya dia lebih suka nempel-nempel nggak jelas dengan pakaian anehnya. Suka masak nggak sesuai waktu. Kadang juga lebih suka rebahan di ruang kerja," imbuh Naka.

"Lalu?"

Naka menghembuskan napas berat. Seolah ada sesuatu yang membuat pikirannya terganggu.

"Dia lebih banyak diem di kamar. Lebih sibuk sendiri. Kadang juga cenderung mengabaikan keberadaan gue. Padahal kan di sini gue yang bayar dia. Kenapa malah kesannya gue di abaikan?" cerita Naka. Tidak habis pikir dengan tingkah laku gadis yang ada di apartemennya sekarang ini.

Wait wait, Irham sedang meloading sesuatu. Seharusnya Naka tidak perlu memikirkan hal yang sepele kayak gini. Biasanya juga dia acuh tak acuh dengan orang di sekitarnya. Mau jungkir balik. Salto. Loncat-loncat. Bahkan sampai kejang pun Naka tidak akan pernah peduli. Dia hanya peduli pada dirinya sendiri. Nah, ada yang nggak beres ini. Batin Irham mendapat sebuah kesimpulan dari pemikirannya.

Oke, mari kita tes dulu tuan muda kita. Ucap Irham di dalam hati.

"Bisa kita bicara santai?" pertanyaan awalan pun Irham layangkan. Buat jaga-jaga saja, kalau semisal esmoni bosnya ini meledak.

Naka mengangguk tanpa suara. Pria itu mengetukkan ujung jarinya ke meja. Menunggu percakapan apa yang akan Irham bahas.

Sebelum memulai sesi tanya jawab, Irham lebih dulu menarik napas lalu menghembuskan nya secara perlahan. Menenangkan debaran jantungnya yang entah malah bergemuruh di dalam sana. Seolah dirinya saja yang akan di sidang oleh komite sekolah.

"Apa lo merasa dengan perubahan Gina yang seperti lo katakan tadi, lo kayak kehilangan sesuatu?" tanya Irham sedikit lebih berhati-hati.

Naka terdiam, mengingat dan memikirkan lagi jawaban dari pertanyaan Irham.

Terpopuler

Comments

Aisyah Zahra

Aisyah Zahra

naka lak rewel
ngene salah ngunu salah wkwk :)

2024-02-24

2

Wati_esha

Wati_esha

Serba salah ya 😄. Berisik salah, kalempun salah. 😜😜😜

2023-07-31

1

Susi Sidi

Susi Sidi

kayak nya perlakuan Gina kaya perangko membuat sedikit perubahan pada diri Naka.. semangat terus ya Gina..

2023-07-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!