Chap. 14

Bab. 14

"Huahahahaha!"

Gibran dan Irham kali ini tidak bisa menahan tawa mereka di saat melihat sosok gadis yang sangat tidak membosankan menurut mereka. Baik dari segi wajah dan juga penampilan serta tingkahnya yang begitu unik.

Lihat saja sekarang ini. Gadis yang disuruh untuk memakai pakaian tertutup oleh Naka, dia benar-benar mendengarkan dan juga menurutinya. Sampai-sampai mengenakan jubah di saat mereka hanya makan malam di dapur apartemen Naka.

Tidak hentinya Gibran serta Irham menertawakan tingkah Gina.

"Bener-bener nggak salah gue milihin lo cewek, Bos!" ujar Gibran. "Lo harus transferin gue bonus. Dia beneran bikin hidup lo lebih banyak warna." tambah Gibran.

Sedangkan Naka menatap ke arah Gina tanpa melayangkan komentar seperti dua temannya. Bahkan sikap pria itu tetap sama. Datar dan biasa saja.

Gina kembali lagi ke tempat duduknya yang berada di samping Naka. Lalu mengintip piring yang ada di depan pria itu.

"Kenapa nggak dimakan sambalnya?" tanya Gina bersikap seolah tidak ada yang salah dengan penampilannya.

Bahkan dengan sangat santai nya Gina mengambil nasi beserta ayam goreng dan sambal terasi yang dia buat. Tidak lupa gadis itu mencuci tangan beserta membasahi nya sedikit. Karena Gina ingin makan dengan tangannya secara langsung. Tanpa menggunakan sendok dan garpu seperti tiga orang dari kalangan atas yang berada di sekitarnya sekarang.

"Kak Gib sama Kak Ham udah makan?" tanya Gina di sela makannya.

Dua pria yang ditanya pun menganggukkan kepalanya secar bersamaan.

Gibran dan Irham seketika langsung terdiam di saat mendapat tatapan penuh arti dari Naka. Mereka juga sampai tidak berani lagi menatap Gina dengan segala keunikannya.

***

Satu bulan pun telah berlalu, namun Gina masih belum bisa membuat perubahan dalam diri Naka. Pria itu, ya, pria itu sungguh membuat Gina keheranan. Sudah berulang kali Gina mencoba untuk mendekaitnya dengan cara yang santai sampai yang ekstrem. Hasilnya sama saja. Seolah keindahan yang Gina miliki begitu ternistakan di pandangan Naka.

"Kenapa lagi muka lo?" tanya Tania yang kali ini menyempatkan untuk menemani Gina. Sebab ia sendiri juga sangat sibuk dengan profesi barunya. Beruntung masih ditempatkan di kota yang sama. Kalau tidak? Jelas Gina akan kesepian, karena gadis itu tidak memiliki teman selain Tania.

"Gue mau nyerah," ujar Gina. Belum juga menikmati uang yang masih tersimpan rapi di rekeningnya, namun mulutnya begitu lancar mengutarakan isi kepalanya.

"Why? Masih belum bangun juga sampai sekarang?" tanya Tania dan mendapat gelengan kepala dari Gina.

"Herman gue. Mau gue tanya lebih dalam juga dia kek ngehindar mulu. Gimana mau cari tau. Sedangkan dua temannya itu juga nggak tau pasti penyebab dia kayak gitu itu apa," ungkap Gina.

Dalam satu bulan ini dirinya bukannya tidak melakukan usaha lain selain mencoba mendekati Naka dari segi fisik. Melainkan mencari informasi mengenai orang tersebut. Yang membuat Gina tak percaya ialah keluarga pria itu yang ternyata bukanlah sembarang orang. Semakin membuat nyali Gina menciut. Takut jika melakukan kesalahan, yang ada nyawanya melayang.

Tania sendiri juga ikut pusing memikirkan nasib sahabatnya. Serba salah memang. Mau menyarankan sesuatu yang lebih ekstrim, tetapi di antara mereka tidak adan sebuah hubungan yang jelas serta status mereka juga bukan siapa-siapa.

"Repot sih, Gi. Mau gue bilang tidurin aja, kasih ***** lo, tapi hubungan di antara kalian itu abu-abu banget," Tania mendesah lelah. Selain pekerjaannya yang cukup menyita waktu, baru juga kali ini ia mengetahui ada pria yang tidak tergoda sama keindahan Gina. "Atau gimana lo nakalan dikit, Gi. Biat pastiin dia itu masih doyan apem apa doyan terong," usul Tania yang ternyata sama gilanya seperti Gina.

Gina terdiam, seolah memikirkan ucapan sahabatnya barusan.

"Bener juga, ya. Kalau pun dia tergoda terus sampai hamilin gue, ya udah sih. Terima aja nggak sih, Tan? Kan lumayan gue nanti jadi istri orang kaya. Kalaupun keluarganya menolak, toh di perut gue ada penerus keluarga mereka. Mereka nggak bakalan ngebunuh gue juga. Ya nggak?"

Sudah dibilang, mereka berdua memang sama-sama gilanya. Terlebih lagi pemikiran yang dimiliki oleh Gina. Benar-benar diluar prediksi BumiKage.

"Smart banget otak lo, Gi. Sampai-sampai pikiran gue kagak sampai." sindir Tania menatap malas ke arah Gina yang malah cengengesan.

Gadis itu tampak begitu senang, seolah baru saja mendapat sebuah solusi yang sangat tepat untuk permasalahan yang sedang dia hadapi sekarang ini.

"Makasih atas pujiannya, Cayang!" sahut Gina yang semakin kegirangan dan mantap mengenai pemikirannya barusan.

Bodoh amat dah dengan sebutan baru yang akan melekat pada dirinya. Toh, ini juga termasuk dalam menolong sesama manusia dan menolong sesama makhluk Tuhan itu merupakan hal baik serta akan mendapat pahala. So, apa yang akan ia lakukan ini jelas mendapat pahala. Begitulah pemikiran Gina yang sukses membuat orang menggelengkan kepala. Seperti kata Tania barusan. Pemikiran Gina tidak akan bisa digapai oleh orang normal. Jadi yang merasa orang normal, cukup melihat tingkahnya saja. Begitulah kiranya pikir Tania.

...Makin kesini lo malah makin anu, Gi! Astagaaaahh!...

...Bener-bener diluar Nurminkuh. ...

...Huuufftt!...

Terpopuler

Comments

Aisyah Zahra

Aisyah Zahra

untung aja laki nya baik ngak psikopat gi wkwk :)

2024-02-24

0

Wati_esha

Wati_esha

Tania - Regina 🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2023-07-31

1

Ratih Komala

Ratih Komala

ya tuhaaan gi...otakmu dkash makan apaa?ko cerdasnya kelewatan ya hahhaha

2023-07-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!