Chap. 10

Bab. 10

Brugh!

Seorang pria menjatuhkan badannya di sebuah sofa panjang yang begitu empuk. Menelentangkan tangannya ke sandaran sofa seraya mendongakkan wajahnya ke atas. Membuat dua orang pria yang ada di dekatnya pun menatap heran.

"Kenapa lagi?" tanya Irham. Asisten laknat yang selalu saja berhasil menjerumuskan Naka ke dalam sesuatu yang ahem bagi orang normal. Tetapi tidak bagi Naka.

"Bukannya lo udah dapat itu cewek. Gimana? Ada getaean nggak di itu lo?" kali ini giliran Gibran yang bertanya.

Pria itu penasaran bagaimana kelanjutan cerita Naka dengan seorang penari pilihannya.

Sedangkan yang ditanya justru memejamkan mata sambil sesekali memijat pelipisnya. Terasa pusing.

"Kalau emang lo nggak mau sama dia, biar gue yang pelihara dia. Sayang kalau barang bagus di anggurin. Nanti malah salah memilih pemilik," lanjut Gibran mencoba memancing Naka agar mau membuka suara. Pria itu pun juga menatap ke arah Irham dengan kedipan penuh arti.

"Ada alternatif lain?" tanya Naka tiba-tiba. Membuat kedua temannya menegapkan tubuh mereka dan menatap serius ke arah Naka.

"Why?"

"Tetep nggak mempan?" Gibran menyugar rambutnya. "Dia seksi, Bro! Gue liat goyangannya aja pas di club, ini gue udah berontak. Apa lagi ini udah berhasil lo dapetin, kan!" seru Gibran dengan ekspresi geramnya.

Bisa-bisanya dia punya teman yang tidak hanya mati anunya saja. Tetapi juga penglihatan temannya ini juga sedikit bergeser. Tidak bisa melihat barang bagus di depan mata.

Naka terdiam. Memang badan gadis itu bagus, akan tetapi dirinya tidak merasakan sesuatu yang spesial, selain rasa salut kepada gadis itu yang berjuang sendiri untuk hidupnya. Meskipun pemikiran Gina sangatlah menyimpang dan sangat memuja uang. Padahal uang bukanlah segalanya. Tetapi memang tidak memungkiri jika segala sesuatu membutuhkan uang. Inilah yang Naka kagumi dari Gina. Tidak banyak mengeluh dan pekerja keras.

"Kalau nggak ngefek sama sekali, buat apa di lanjut," ujar Naka begitu santai. Membuat dua temannya ingin sekali mengunyah sofa yang mereka tempati sekarang ini.

"Gini ya, Bro!" tampaknya Gibran memang benar-benar gemas pada Naka. "Sekarang gue tanya. Hubungan lo sama dia sudah sampai mana?" pria itu menatap serius, menunggu jawaban dari Naka. Pun begitu dengan Irham.

"Tinggal bersama," jujur Naka. "Baru tadi pagi pindahnya." lanjutnya lagi.

Gibran yang paling berpengalaman di antara mereka bertiga pun tampak serius kali ini.

"Begini ya, Bro. Sekarang gue tanya sama lo. Lo milih makai cewek itu apa pergi ke dokter?" tanya Gibran sedikit berhati-hati.

Naka langsung melirik sinis ke arah Gibran. "Lo liat dengar sendiri. Saran dari mereka sama sekali nggak ada yang mempan," sahut Naka tidak suka jika membahas mengenai hal yang tidak ingin dia bahas.

"Bukan nggak mempan, Ka. Tapi lo-nya yang menolak." timpal Irham terlihat gemas juga.

"Sekarang gini deh. Lo beneran nggak tertarik?" Naka menggelengkan kepala ketika Gibran melayangkan pertanyaan itu. "Udah coba interaksi lebih dekat?" tanya Gibran lagi dan mendapat jawaban yang sama.

"Dia terlalu berisik untuk didekati," jawab Naka.

Mengingat perdebatan mereka pagi tadi saja sudah mampu membangkitkan rasa sakit di kepalanya. Apa lagi kalau ia berusaha untuk mendekati gadis itu. Yang ada tensinya malah naik.

Gibran dan Irham saling pandang. Tidak biasanya seorang Naka Kamajaya terusik oleh kehadiran seseorang. Karena sejatinya pria itu merupakan orang yang sangat abai mengenai sekitarnya. Bahkan terhadap dirinya. Kalau saja tidak ada desakan dari orang tuanya, mungkin Naka tidak akan mengambil resiko seperti ini.

Semua sahabatnya tahu kelemahan Naka, tetapi tidak untuk keluarganya. Mereka tidak tahu kalau putra sulung mereka memiliki kelainan pada kesehatannya. Oleh sebab itu Naka berniat untuk mengurus kekurangannya terlebih dulu, sebelum orang tuanya benar-benar mengambil langkah dan berakhir keluarga mereka nanti dipermalukan. Tentu, Naka tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi.

"Gue jadi pingin kenal gadis ini lebih dekat lagi," gumam Gibran.

"Sama. Gue salut sama dia yang udah berhasil ngusik ketenangan Tuan Muda kita," timpal Irham yang juga penasaran. "Tau gitu tadi pagi gue ke apartemen lo. Pura-pura bantuin, kek!" ujarnya lagi yang langsung mendapat lirikan dari Naka.

"Ide bagus!" seru Gibran. "Ntar malem gue kosongin jadwal gue. Kita ke apartemennya Tuan Muda Naka," ujar Gibran.

"Dengan alasan?" sambung Irham seraya memainkan alisnya.

"Lembur kerja. Ya! Kita lembur kerja di sana. Sekalian kita lihat, sejauh mana usaha Tuan Muda kita ini dalam memperlakukan seorang penari yang menjadi primadona di Club Naimos. Gimana? Udah natural belum alasan gue?"

"Gotcha!" seru Irham. "Cucok buanget, Bor!" kekehnya kemudian.

Sementara Naka mengabaikan perbincangan dan rencana dari kedua sahabatnya itu. Dia lebih memilih membuka ipad dan mengecek saham yang naik pesat dalam waktu dua bulan terakhir ini.

***

Sementara itu, di tempat yang berbeda tampak seorang gadis menempelkan wajahnya di meja dengan jari mengetuk ngetik meja yang dia tempati itu.

"Mau ngeluh apa lagi sekarang?" tanya Tania heran. Karena sedari mereka bertemu setelah beberapa hari tidak bertemu, Gina terus saja diam dan dalam posisi seperti ini.

"Lo punya kantongnya Doraemon nggak, Tan?" tanya Gina tiba-tiba. Membuat Tania semakin mengerutkan keningnya.

"Buat apa? Minta baling-baling bambu atau pintu kemana saja?" tanya Tania menanggapi pertanyaan tak jelas dari Gina.

"Iya. Gue pingin pergi ke luar negeri tanpa ongkos sepuluh rebu pun," balas Gina yang seolah malas-malasan. Bukan, lebih tepatnya gadis itu tengah meratapi nasibnya.

"Dih! Baru nggak ketemu tiga hari aja, lo udah makin parah gilanya," sindir Tania seraya melirik malas ke arah Gina.

Ia bukan lelah karena habis menata barang-barang nya di tempat tinggal barunya. Akan tetapi, lagi dan lagi Gina merasa gamang serta takut dengan hobi pria yang saat ini bisa dikatakan menjadi majikannya.

"Gue udah masuk sarang laba-laba, Tan. Udah nggak bisa kemana-mana. Kalaupun mau kabur, yang ada gue dimakan," celetuk seorang gadis yang sedari tadi tidak terlihat bersemangat sedikit pun.

Mendengar hal itu, Tania menoleh dengan wajah bingung.

"Sarang laba-laba?" ulangnya tidak mengerti.

Gina mengangguk. "He'em. Gue bakalan dibunuh kalau macem-macem," jelas Gina.

Plak!

Dengan entengnya tangan Tania melayang di lengan Gina.

"Apaan sih, Tan! Udah tau temennya sedang galau juga. Malah ditimpukin." protes Gina tidak terima.

"Biar bener itu letak otak lo!" sahut Tania yang kesal sendiri berhadapan dengan sahabat sedikit geser otaknya.

"Ck!" Gina berdecak, menatap sinis ke arah Tania. "Perasaan lo tuh anak kesehatan, tapi lo nggak ngerti letak otak di mana, Tan? Di sini loh, Tan. Di sini tempatnya!" tunjuk Gina ke kepalanya sendiri.

Tania pun mendorong kening Gina hingga gadis itu sampai duduk dengan tegap.

"Tau, Marimar!" balas Tania menahan gemasnya pada Gina. "Lagian lo kenapa juga makai bawa spider buat perumpamaan lo. Yang umumnya tuh ya masuk kandang singa. Bukan malah spider lo bawa-bawa!" Tania mengibaskan tangannya di leher. Meredakan emosi yang ingin meluap.

Gina meringis seolah tidak merasa keliru sedikit pun. "Ya biar beda, Tan. Lo tau sendiri, kalau temen lo ini paling ahem. Nggak ada duanya. Ya nggak?" Gina memainkan alisnya serta meringis. Suasana hatinya berubah begitu cepat.

"Dih! Nyesel banget gue kenal sama lo. Nggak ada waras warasnya." sindir Tania yang tidak berpengaruh bagi Gina.

"Oya. Ini beneran gue musti kayak koala?" tanya Gina dengan raut serius.

Tania mengangguk. "Coba aja. Itu cara yang paling ampuh. Kalau emang dia punya napsu, palingan juga lo langsung ditusuk."

"Enak aja! Gue mau hidup!" sahut Gina yang salah pengartian maksud Tania.

"Bukan dibunuh, Marimaaarrr!" teriak Tania semakin frustasi. Bahkan napas Tania berhembus kasar. "Kalau para zombie lo tau aslinya lo itu polos, udah dimakan di tepat lo, Gi!"

"Ya beruntungnya sih mereka taunya gue jablay. Biarin aja udah. Sekarang kasih tau gue cara lo anuin Bang Sandi. Bukan anu yang anu. Tapi yang pas mendekati anu aja." Gina meminta bimbingan Tania yang memang di sini wanita itu suhunya. Sebab sudah punya lawan. Sedangkan dirinya? Mungkin hanya mencobanya tipis-tipis.

Terpopuler

Comments

Sabaku No Gaara

Sabaku No Gaara

habis iklan bayikk...ngumpulin dulu lah

2023-12-22

0

Wati_esha

Wati_esha

Hiks, Regina belajar tentang anu?

2023-07-31

0

Tutik Sriwahyuni

Tutik Sriwahyuni

aduh gi kok malah bahas anu yg gk anu, kan aku juga jd mikir anu gi .... tp anu itu apa ya gi 🤣🤣🤣🤣🤭✌

2023-07-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!