Chap. 19

Bab. 19

Pagi ini rencananya Gina ingin pergi ke sebuah toko baju untuk membeli kebaya yang akan dia pakai untuk acara wisudanya besok. Kenapa gadis itu memilih membelinya di toko baju dan tidak di butik, tentu saja dengan alasan di toko baju lebih murah harganya. Sebab cuma sekali dipakainya nanti. Rugi kalau ia membeli di butik yang harganya sangat mahal.

Tentu, Gina sudah memperhitungkan itu semua. Jika ada yang murah, untuk apa membeli yang mahal. Terlebih lagi ia memiliki modal badan yang bagus. Jelas, mau memakai baju apa saja, tetap akan terlihat bagus di badannya. Asal ukurannya pas. Sudah, Gina tidak pernah memperibetkan hal sepele seperti itu.

"Udah, sekarang tinggal mandi terus makan," ujarnya ketika selesai menata dua menu makan di atas meja. Tidak lupa Gina juga mengambilkan piring untuk Naka dan menaruhnya di tempat pria itu.

Apakah semalam tidurnya nyenyak? Oh ... jelas saja Gina tidak bisa tidur. Pria yang tiba-tiba saja meminta ditemani tidur dengannya itu tidak bisa diam sama sekali. Tangannya terlalu aktif untuk ukurang orang yang sedang mengarungi alam mimpi. Membuat Gina beberapa kali tersentak kaget ketika tangan Naka mendarat tepat di dadanya. Mana dia tidak memakai pengaman untuk dua benda indahnya itu. Karena memang sudah menjadi kebiasaan Gina juga kalah tidur melepas dal4mannya.

Dan pada akhirnya Gina hanya tidur selama empat jam. Itu pun ketika Naka mengubah posisi tidurnya. Sehingga membuat Gina memiliki kesempatan untuk terlepas dari pria itu, dan memilih tidur di lantai dengan beralaskan karpet bulu yang lumayan tebal beserta selimut miliknya. Dan ketika bangun, ia sudah tidak mendapati Naka pagi tadi.

Setelah selesai berganti baju, Gina mengambil tas slempang kecil miliknya. Memasukkan ponsel beserta dompet lalu gadis itu melangkah keluar dari kamar menuju dapur.

Gina tersentak kaget di saat melihat Naka sudah duduk di sana dengan pakaian rapi. Pria yabg memakai kemeja biru tua dengan celana bahan hitam itu tampak lebih tampan dari biasanya. Bahkan dia mengubah gaya rambutnya yang disugar sedikit acak ke belakang. Tidak rapi seperti hari-hari yang lalu.

"Pagi Tuan Muda," sapa Gina dengan menampilkan senyum ceria, meskipun rasanya sedikit canggung. Sebab, ia harus tetap bersikap bodo amat dengan yang sudah-sudah.

Naka tidak menjawab. Pria itu cuma menatap Gina dengan anggukan samar. Lalu ketika Gina ingin duduk di kursinya, Naka sedikit menyeret kursi itu ke belakang dan memegangi ketika Gina mulai menempelkan pantatnya di sana.

"Makasih, Tuan Muda," ucapnya mengenai tindakan Naka. Namun Gina justru mendapat dengkusan dari Naka. Membuat Gina mengerutkan keningnya. "Ada yang salah?" tanya Gina kemudian sembari menatap penampilannya. "Perasaan enggak terbuka deh penampilanku," gumamnya lagi lalu mengalihkan pandangannya ke arah Naka.

"Ubah panggilanmu," sahut Naka dengan tatapan jengah. Kenapa gadis ini sangat susah sekali ia kendalikan.

Gina menoleh cepat ke seraya mengembangkan bibirnya malas.

"Pagi Mas Nakanya Gina," ulang Gina menyapa Nama dengan senyuman yang terpaksa juga memutar bola matanya. Begitu jengah dengan sikap Naka yang seperti anak kecil saja.

Mendengar hal itu, ada perasaan senang yang menyelinap di hati Naka. Akan tetapi pria itu tetap mempertahankan ekspresi datarnya. Jaga image dan wibawanya sebagai seorang Presdir dari Kamajaya Company. Begitulah pikir Naka. Namun, lain hal jika sudah malam tiba. Eh.

"Mau kemana?" tanya Naka sambil menyerahkan piringnya pada Gina.

Gina yang tahu makna tersebut pun seolah sudah terbiasa melayani Naka. Dengan cekatan Gina mengambil nasi, tongseng daging sapi, ditambah dengan capcay di sebelahnya. Entah pria yang mempunyai dua kepribadian ini doyan atau tidak, yang jelas Gina selalu mengambilkan menu yang ia masak.

Sebulan lebih tinggal bersama dengan Naka, Gina sedikit banyak hapal mengenai makanan yang di suka dan tidak di suka oleh Naka. Oleh sebab itu, jika dirinya menginginkan makanan pedas, maka Gina memilih menyambal mentah sendiri. Sedangkan untuk masakannya tidak ia beri cabai banyak-banyak. Hanya samar-samar pedas.

"Mau ke toko," jawab Gina seraya mengembalikan piring Naka yang sudah penuh dengan makanan di atasnya.

Naka tidak melayangkan protes sedikit pun mengenai apa yang Gina ambilkan. Pria itu juga tidak menyuruh Gina untuk selalu masak. Tidak. Tidak sedikit pun. Semua ini murni Gina yang memang tidak mau diam. Katanya dari pada beli, lebih baik masak sendiri.

"Ke toko?" ulang Naka dan mendapat anggukan dari Gina. "Bukannya bahan-bahan masakan masih banyak?" tanya Naka heran. Karwna seingatnya ia baru menyuruh orang yang biasa bersih-bersih di apartemennya itu untuk mengisi lemari pendingin di tempatnya.

Sedangkan Gina baru mengambil makanan untuknya, gadis itu kembali duduk.

"Siapa yang mau belanja sayuran, Mas. Orang aku cuma mau beli kebaya buat acara besok, kok. Kan nggak mungkin aku makai baju dinas malamku itu," ucap Gina. Yang Gina maksud dengan baju malamnya itu ialah baju yang biasa Gina pakai saat dia menjadi jablay. Eh, penari di club Naimos.

"Baju dinas?" Naka semakin tidak mengerti. Membuat Gina menahan geramnya.

"Baju yang aku pakai saat nari itu loh!" jelas Gina yang langsung mendapat pelototan tajam dari Naka. "Kan nggak mungkin makai itu. Lagian juga mereka nggak ada yang tau kalau aku kerjanya kayak gitu kok. Taunya mereka itu si Regina yang ambisius untuk menjadi orang kaya." tekan Gina di akhir kalimatnya.

"Aku antar."

Gina mengeratkan rahangnya di saat dirinya menjelaskan begitu detail agar tidak disangka macam-macam, ternyata pria itu malah tidak menghiraukan apa yang Gina ucapkan barusan.

"Nggak perlu." balas Gina dengan nada ketus. Hatinya terlanjur dongkol dengan sikap pria di dekat nya itu. Sangat susah sekali diprediksi.

Naka menaruh sendok dan garpunya lalu menatap ke arah Gina. Diam tanpa mengeluarkan kata. Namun ekspresinya penuh dengan aura mengintimidasi. Sampai-sampai membuat Gina susah menelan makanan yang berada di dalam mulutnya saat ini.

"A-apa?" tanya Gina memaksa menelan makanannya.

"Peraturan nomor dua," ucap Naka yang selalu saja mengambil keuntungan dari Gina.

Entah sejak kapan pria itu mulai mengatur Gina. Padahal beberapa minggu yang lalu, Naka tampak begitu cuek dengan apa yang dilakukan oleh gadis yang sudah ia bayar untuk menyembuhkan penyakitnya.

Ingin rasanya Gina memukul pria ini, jika saja diperbolehkan dan tidak akan berakhir dengan sebuah tuntutan nantinya. Mungkin sudah Gina lakukan. Melakukan hal yang di luar batas, juga menekan dirinya hingga ke dasar seperti ini.

"Ya ya. Terserah kamu deh!"

"Sebutkan!" perintah Naka memasang ekspresi dingin dan datar.

"Menaati perintah pihak pertama," ucap Gina dengan nada malas. Lalu gadis itu melirik sinis ke arah Naka. "Puas!"

"Anak pintar," balas Naka tersenyum tipis sambil mengusap puncak kepala Gina. Kemudian melanjutkan makannya dengan mode datar lagi.

Gina tidak habis pikir. Sebenarnya kepribadian Naka itu yang mana. Sebentar manis, sebentar amit-amit.

Terpopuler

Comments

anita

anita

gk melow2an loooss...serasi seduai kpeibadianku sndri,wkwkwk

2023-08-15

1

anita

anita

q sneng bnget bc novel ini

2023-08-15

0

Wati_esha

Wati_esha

Perhatian Naka nih..

2023-07-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!