Chap. 2

Bab. 2

Ditawar dengan seharga bakso urat, eh, ralat. Bahkan harga bakso urat saja sekarang tiga puluh lima ribu. Ini malah dirinya ditawar segitu. Ya jelas membuat Gina langsung tertawa. Bukan menertawakan tawaran dari pria yang ada di hadapannya. Melainkan dirinya yang ditawar dengan harga segitu. Sungguh, Gina merasa dinistakan oleh kecantikan dan kemolekan tubuh yang setiap malam dipuja oleh para zombie di luar sana.

Bukannya merasa takut lagi dengan pria yang ada di hadapannya sekarang, gadis itu justru beringsut dan berjongkok di tempatnya. Menyembunyikan wajahnya di ujung lutut. Membuat pria yang menawarnya tadi menatap heran.

Perasaan dia belum menyentuh gadis di depannya, namun kenapa gadis itu seolah terlihat sedang menangis. Terbukti dari bahunya yang gemetar.

"Hei! Lo kenapa?" tanya pria itu mendekat ke arah Gina yang semakin keras nangis nya.

Karena takut dikira dirinya yang membuat gadis itu menangis seperti ini. Bahkan sampai gelenjotan seperti anak kecil yang tidak dikasih mixue.

"Huwaaa ....!" rengek Gina yang semakin menjadi. "Lo tega banget nawar gue dua puluh ribu! Sialan banget sih jadi orang. Kagak liat gue cantiknya minta ampun, hah!"

Gina terus saja merengek serta mengeluarkan uneh-unegnya pada pria yang kurang ajar menawar dirinya dengan harga yang membuatnya tertawa.

"Gue tau gue bukan orang kaya, Om! Tapi naikin dikit dong kalau mau nawar. Lipstikku aja harganya lima kali lipat dari tawaran lo!" teriak Gina.

Lalu tanpa di duga oleh pria yang kini juga ikutan berjongkok di depan Gina, Gina melayangkan pukulan demi pukulan ke arah pria itu.

Otomatis pria itu langsung menghindar serta mencrkal tangan Gina.

"Gimana kalau seratus ribu?" tawar nya lagi yang memang tidak punya hati. Seolah olah tengah menawar cabai di pasar.

Membuat Gina yang mendongak, menatap pria berkacamata dengan frame tipis tersebut mengerjapkan mata beberapa kali. Entah, sebenarnya pria yang ada di hadapannya ini mengerti apa tidak.

"Lo nggak sedang bercanda kan, Om?" tanya Gina menghentikan pukulan terhadap orang yang main masuk ke ruang gantinya tanpa ijin.

Kemudian Gina memutuskan untuk berdiri. Tentu, dengan menolak bantuan dari pria kurang ajar di depannya saat ini. Mengusap pipinya yang tidak basah sama sekali. Karena memang gadis itu tidak benar-benar menangis. Menangis tanpa air mata? Gina jagonya.

"Memangnya mau apa kok sampai nawar gue? Minta ditemenin tidur?" mulut Gina memang tidak bisa direm sama sekali jika sudah berhadapan dengan orang yang kurang ajar menurut gadis itu. "Kalau memang itu, apa lo nggak liat penampilan gue sekarang? Seratus ribu? Apa pantas?"

Gina pun memutar tubuhnya di hadapan pria itu. Kain yang menutupi kaki jenjangnya tadi masih dia kenakan. Sehingga kini yang terlihat begitu menggoda jalan bagian atas tubuh Gina.

Pria dengan wajah datar itu hanya menatapnya tanpa memberi tanggapan.

"Sebutkan saja!" perintah pria itu.

Gina menghela napas panjang. Memutar malas bola matanya.

"Hidup sedang capek-capeknya, malah ditawar seperti ini. Unik sekali memang hidup lo, Gi," gumam gadis itu. Mengabaikan tawaran yang diberikan oleh pria di dekatnya.

Gina memilih membuka lemari kecil yang berisi pakaian ganti miliknya, lalu berniat mengganti baju di toilet saja. Tidak lupa membawa topeng yang dia pakai tadi.

"Tunggu!" cegah pria itu. Membuat Gina benar-benar ingin mengunyah pria gila itu secara mentah-mentah. Tanpa perlu ada sambal terasi sebagai pelengkapnya.

"Apa lagi, Om! Gue udah capek banget ini. Dingin juga makai beginian lama-lama!" protes Gina.

Kalau saja tidak ingat ini club milik orang tua Tania, mungkin sudah Gina bikin pincang pria di hadapannya saat ini.

"Gue tidak menerima penolakan." tekan pria itu sangat tidak punya malu sedikit pun.

Gina mendengkus seraya menarik sudut bibirnya ke atas.

"Lo kira gue penari topeng monyet, apa! Enak bener main tawar menawar kayak gini. Ogah! Cari aja yang lain!" ujar Gina yang mulai tersulut emosinya gegara pria ini.

Tidak ingin mengeluarkan tenaganya hanya untuk berdebat dengan pria ini, Gina membalikkan badannya. Berniat untuk keluar dari sana. Akan tetapi, sepertinya memang pria ini ditakdirkan untuk menguji kesabaran yang dia miliki malam ini. Mana stoknya sudah sangat menipis.

Brak!

Pintu yang sudah Gina buka, terpaksa tertutup kembali karena di dorong dengan sangat keras oleh orang yang berada di belakang Gina. Membuat gadis itu tersentak kaget. Bahkan sampai terjingkat.

"Lo apa-ap—" Gina membalikkan badannya, berniat untuk mengomeli pria asing yang seenaknya saja masuk ke dalam ruang ganti tersebut.

Namun, suara Gina terpaksa tertelan kembali di saat posisinya begitu dekat dengan orang itu. Bahkan keningnya hampir saja menyentuh dagu pria yang jauh lebih tinggi dari nya. Padahal perasaannya ia sudah lumayan tinggi untuk ukuran perempuan.

Sementara itu, pria yang dari tadi membuat Gina naik tensi, langsung menarik kembali tangannya dari pintu yang sengaja dia tutup.

"Dua miliyar," ucap pria itu tiba-tiba sembari menjauhkan tubuhnya dari Gina. Membuat Gina mematung mendengar nominal yang disebutkan barusan. "Dua miliyar, sembuhkan penyakit impotenku." bisik pria itu yang semakin memberi spasi di antara mereka.

Gina tediam. Matanya berkedip lambat dengan mulut terbuka. Seolah tengah mencerna sesuatu yang sangat sulit sekali untuk diuraikan.

"Du-dua miliyar?" ulang Gina tergagap.

Pria yang ada di depannya mengangguk mantap dengan tatapan begitu tajam.

"Gue akan bayar dua miliyar, asal lo bisa sembuhkan penyakit impotenku," jelas pria itu lagi.

Sementara Gina menggelengkan kepala. Bukan maksud menolak. Hanya ingin menyegarkan otaknya agar bisa menelaah tawaran ini dengan benar.

Sangking shock nya, Gina krmbali duduk di kursi yang terbuat dari stainless di dekat pintu. Duduk di sana sambil memikirkan uang yang disebutkan nominalnya barusan. Karena memang selama dirinya hidup dua puluh dua tahun, Gina sama sekali belum pernah memiliki uang dua miliyar di rekeningnya.

Dan juga sebagai kaum yang sangat haus serta lapar akan duwid, tentu Gina tidak boleh gegabah dalam tawaran yang sangat menggiurkan ini. Kapan lagi coba dirinya mendapat tawaran seperti ini.

"Gue nggak bi—"

"Sudah gue bilang, gue nggak menerima penolakan!" tekan pria itu lagi dengan nada tinggi. Lagi dan lagi membuat Gina terjingkat, karena kaget.

Gadis itu pun dengan beraninya memukul pria yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk sekarang.

"Gue nggak budek, Om!" pekik Gina sangking kesalnya.

"Hanya mengingatkan."

"Ck! Terahe yo angel banget ngomong sama orang sepuh," cibir Gina yang ia yakin orang ini tidak akan mengerti maksud dari ucapannya barusan yang menggunakan bahasa jawa.

Maap, kemalaman Yaang. Si Ayang minta dicayang dulu soalnya. hehehe

Terpopuler

Comments

Rose Reea

Rose Reea

puh sepuh ajarin donk puh

2024-03-09

0

Ulil

Ulil

yo omongono lek ws tuwek jo angel omongane,,,seng manuutt

2023-09-24

0

🍌ᴿᵈᗩGEᑎᑕY🍀︎Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ

🍌ᴿᵈᗩGEᑎᑕY🍀︎Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ

Om gak butuh penolakan tp maksa 🤣🤭

2023-08-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!