Chap. 6

Bab. 6

Seperti rutinitas nya seperi malam-malam sebelumnya, malam ini pun Gina juga tetap memeriahkan suasana yang ada di club Naimos. Menggoyangkan tubuhnya ke sana kemari. Memperlihatkan belahan yang begitu menggugah hasr4t setiap pria yang melihatnya. Tidak lupa gadis itu juga memberi kecupan mesra yang mengarah ke udara. Semakin membuat para Zombie yang ada di bawah sana semakin tidak karuan gilanya.

"Gue bungkus sekarang deh, Gi! Minta berapa? Mobil? Rumah? Kebun? Saham? Bilang aja!" teriak salah seorang pria di bawah sana.

Tawaran itu membuat Gina menghentikan gerakannya. Juga musik yang semulanya mengalun berisik, tiba-tiba saja berhenti ketika Gina mengisyaratkan tangannya ke atas. Tatapan matanya menatap serius ke arah pria yang belum terluka tua, dan juga tidak terlalu muda. Bisa dibilang pria setengah matang lah.

"Tumben banget tawarannya kali ini naikan dikit?" celetuk Gina.

Sampai-sampai membuat Sandi yang selalu berada di dekat asetnya itu menggelengkan kepala. Dia pikir Gina bakalan ngereog jika ada yang menawarnya secara terang-terangan seperti ini. Eh, tidak tahunya malah menanggapi dengan celetukan di luar nurminnya.

Pria yang menawarnya tadi mengangguk. "Iya! Gue tambahin. Lo bisa milih dua dari tawaran tadi, asal lo benar-benar masih perawan! Gimana?" tawar pria itu lagi yang seolah begitu bernapsu sekali kepada Gina.

"Kalau gue nggak perawan?" Gina sedikit berjongkok dengan kaki sedikit miring, demi menutupi bagian terprivasinya agar tidak terlihat. "Lo nawar berapa?" pancing Gina dengan sangat sengaja.

"Makany, gue tes dulu di sini. Kalau emang beneran lo masih perawan, lo minta apa aja, gue jabanin. Mereka yang ada di sini saksinya. Kalau enggak, ya kita senang-senang aja. Gue bakal puasin lo. Lo juga muasin gue. Jadi sama-sama untung. Ya, nggak?" ujar pria itu seenaknya sendiri.

Gina menarik napas panjang serta mengalihkan pandangan. Menetralkan rasa gemuruh di hatinya karena terbakar emosi. Bekerja di dunia malam seperti ini, memang sudah menjadi resiko bagi Gina untuk dipandang rendah seperti sekarang. Karena memang lingkupnya seperti itu. Sudah menjadi hal biasa dia ditawar dengan berbagai penawaran setiap malamnya.

Tentu, yang mereka inginkan hanyalah tubuh Gina. Penasaran serta ingin tahu sehebat apa penari yang menjadi primadona di club ini.

Prang!

"Bacot, lo!" sentak Gina seraya melempar sebuah botol minuman keras yang ada di dekatnya ke arah pria itu.

"Lo berani lempar botol ke arah gue!" pria itu tampak tak terima.

"Sudah gue lakukan, kan?" balas Gina menatapnya remeh. "Sudah tau aturannya kan kalau sama gue," ingat Gina selanjutnya dengan tersenyum remeh.

Membuat pria itu tidak terima dan ingin menghampiri Gina lalu membereskan gadis sombong tersebut. Berani-beraninya melempar botol ke arahnya. Belum tahu saja dia siapa dirinya. Pikir pria itu. Namun, beberapa orang yang masih sadar pun menghalangi orang itu agar tidak mendekati dewi mereka.

"Tenangin diri dulu, Bro. Lo tau aturan di sini, kan?" ingat salah satu dari mereka.

Beruntung botol tadi tidak sampai mengenai pria itu, sehingga dengan cepat Sandi meredam suasana yang sedikit riuh barusan dan menyuruh anak buahnya untuk menenangkan mereka. Sedangkan dirinya menarik Gina segera turun dari sama dan membawanya masuk ke dalam ruangan kerjanya.

"Jangan omelin gue, Bos!" cegah Gina langsung sebelum Sandi menyemprotnya. "Lo tau sendiri, dia yang mulai duluan. Nawar ya nawar aja, tapi jangan kurang ajar kayak gitu. Lo tau sendiri esmosi gue tuh susah keluar," ujarnya kemudian.

Membuat Sandi mengepalkan tangannya di udara. "Coba kalau lo itu bukan aset gue, udah gue jitak itu kepala lo, Gi!" gemasnya yang tidak berani menyentuh Gina.

"Sebelum lo berhasil jitak gue, tangan lo udah dipatahin sama Tania duluan, Bang!" sahut Gina sambil mengangkat alisnya, merasa menang dalam perdebatan mereka.

"Baru kali ini gue punya karyawan yang bersikap kurang ajar sama bosnya," gerutu Sandi kesal sendiri. Karena tidak bisa meluapkan emosinya pada gadis di hadapannya sekarang ini.

Sementara Gina tertawa senang, karena suami dari sahabatnya ini tidak bisa meluapkan emosi kepada dirinya.

"Ya udahlah, jangan marah-marah terus. Cepat tua loh nanti lo, Bang. Lalau keliatan tua, bakalan dibuang ke sungai ntar lo," ujar Gina yang semakin memicu tensi Sandi naik.

"Sial banget memang istri gue kenal sama lo," sindir Sandi. Pria itu meremas rambutnya dan menuju ke kursi kerjanya.

Gina melepas topengnya. Lalu duduk di sofa panjang yang ada di sisi ruangan.

"Lo yang harus nya berterimakasih sama gue. Karena gue, lo bisa kenal sama Tania, Bang. Awas aja lo kayak kedelai lupa ama kulitnya."

"Kacang, Gi! Kacang!"

Siapa saja yang berhadapan dengan Gina, pasti kesabarannya akan cepat menipis. Padahal Sandi terkenal sebagai orang yang sangat sabar selama ini. Meskipun tampang pria itu terlihat begitu sangar.

Sedangkan Gina hanya meringis, menampilkan deretan gigi putihnya yang tertata rapi. Benar-benar tidak merasa bersalah sedikit pun, meskipun sudah membuat masalah begitu besar di luar sana. Bahkan Gina tidak akan pernah menduga masalah apa yang akan dia hadapi setelah ini.

Akhirnya ... bisa mulai gila lagi aku, Yaang!

Terpopuler

Comments

Baper kusut

Baper kusut

🤣🤣🤣🤣🤣🤣 suka karakter gina... kagak menye²

2024-04-05

0

Rose Reea

Rose Reea

salah oi salaaah
🤣🤣🤣

2024-03-09

0

🍌ᴿᵈᗩGEᑎᑕY🍀︎Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ

🍌ᴿᵈᗩGEᑎᑕY🍀︎Uʅαɳ RҽɱႦυʅαɳ

sabar sabar Oey 🤣🤣🤣

2023-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!