Chap. 9

Bab. 9

Sesuai dengan kesepakatan bersama, akhirnya Gina hari ini pindah ke apartemen milik Naka. Tanpa dipikirkan matang-matang, gadis itu main pindah begitu saja.

"Benar nggak sih keputusan yang gue ambil," gumam Gina yang baru selesai mengemasi semua barang-barang nya. Menatap ruangan yang ia tempati selama tinggal di kota ini.

Jika saja tidak ada kejadian semalam, mungkin Gina juga tidak akan mengambil langkah yang juga beresiko tinggi. Sebab dirinya belum mengetahui secara pasti apakah benar pria bernama Naka ifh benar-benar impoten.

Namun, kalaupun tidak, Gina juga merasa tidak terlalu begitu dirugikan. Karena ini hanya Naka seorang. Tidak seperti dua pria yang menawar dirinya semalam. Di mana mereka malah akan memakai dirinya secara bergantian. Bahkan sudah berniat melakukan kolaborasi. Gila saja. Pikir Gina.

"Huuufftt! Semoga ini sesuatu yang lebih baik dari pada yang semalam," ujar Gina mencoba meyakinkan diri.

Hidup di ibukota yang penuh akan kehidupan kontroversi dan dirinya yang berkecimpung dengan kehidupan malam, memang Gina akui besar resikonya.

"Udahlah, Gi. Jangan sesali apa yang sudah terjadi. Tinggal jalani, lakukan, dan nikmati saja. Yang penting dia tidak kurang ajar sama lo," ujarnya lagi yang kemudian menyeret koper beserta tas besar yang berisikan buku dan juga keperluan lainnya keluar dari kamar kontrakan yang dia tempati.

Sesampainya di depan, Gina bingung ketika akan menaikkan semua barang-barang nya di ke atas motor matic miliknya. Karena memang tidak muat dan takut ada barangnya yang rusak kalau sampai ia paksa.

"Apa naik taxi aja, ya," gumamnya.

Gina pun menyeret kopernya melewati gang di depan rumah kontrakan itu. Lalu ketika sampai di ujung gang yang memang mobil tidak bisa masuk, ia melihat seseorang yang tengah berdiri di samping mobil milik orang itu. Melipat tangan di.depan dada sambil menatap ke arahnya. Tidak lupa pula kacamata hitam yang bertengger di pangkal hidung mancungnya.

"Baru aja semalam bilang jangan bersikap kenal, ini malah udah dijemput aja," gerutu Gina masih belum mengenal betul sifat tuan mudanya itu.

"Buruan!" pria itu menarik koper Gina dan memasukkan ke bagasi mobil.

Sedangkan Gina menaruh tasnya ke jok bagian belakang. Lalu gadis itu duduk di belakang. Membuat Naka menaikkan alisnya.

"Ngapain masuk situ?"

"Duduk."

Petak!

Lagi dan lagi pria itu suka sekali menjitak kening Gina.

"Sakit, Om!" pekik Gina tidak tahan lagi. Karena Naka melakukan kekerasan terhadap dirinya seenaknya sendiri.

"Kamu pikir aku sopir kamu? Hmm?" geram Naka. Tatapan matanya yang tajam itu terhalang oleh kacamata hitam yang sedang dia pakai.

"Ya kan nyuruhnya bisa baik-baik. Nggak perlu makai kekerasan kayak gini!" protes Gina yang kemudian masuk setelah membuka pintu depan dan duduk di samping kursi kemudi. "Untung saja bukan suami istri. Kalau iya, udah gue laporin dengan kasus KDRT lo, Om." dumel Gina sambil memasang sabuk pengaman nya.

Sedangkan Naka yang baru duduk di tempat kemudi, menatap curiga ke arah Gina.

"Apa kamu bilang?" tanya pria itu menghadap tepat ke arah Gina.

Gina menggelengkan kepala cepat serta gerakan tangan di depan wajahnya.

"Hehe enggak ada, Tuan Muda. Aku cuma hafalan dikit," jawab Gina bohong. Untung aja nggak denger. Batinnya kemudian.

Naka tidak lagi memperpanjang. Pria itu menghidupkan mesin mobilnya lalu melajukan membelah jalanan ibu kota menuju apartemen yang akan mereka tinggali bersama.

Di sepanjang perjalanan ke apartemen, jelas Gina tidak betah jika harus disuruh mengunci rapat-rapat mulutnya. Gadis itu melayangkan beberapa pertanyaan kepada Naka. Dari yang bermutu hingga tidak penting sama sekali.

"Anda tidak kerja?" tanya Gina yang gatal sekali jika tidak bicara.

Naka yang tengah fokus pada kemudinya pun menoleh sekilas ke arah Gina, lalu melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan.

"Habis nganter kamu," jawab Naka singkat. Membuat Gina gemas sendiri. Entah, pria ini memang sangat irit bicara atau memang malas mengobrol dengan dirinya.

"Oya, makanan kesukaan anda apa, Tuan Muda?" tanya Gina berbasa basi demi memecah keheningan di dalam mobil yang kembali melanda.

"Nasi goreng," jawab Naka asal. Pandangannya mengarah ke depan, karena jalanan mulai terlihat padat.

"Hidup elit. Makannya ngirit," cibir Gina seraya membuang muka ke arah jendela. Jika lawan bicaranya balok kayu kayak gini, yang ada emosinya akan mudah meluap.

Akan tetapi, bukan Gina namanya jika tidak bisa mengajak lawan bicaranya itu membuka suara.

"Kalau hobi?"

Bukan penasaran, hanya sebagai bahan saja. Karena ia juga harus mengenal kebiasaan Naka dan pola hidup pria itu. Lagi pula akan terasa bosan jika keadaan di dalam mobil sangat sepi. Padahal ada makhluk hidupnya.

"Bunuh orang." lagi dan lagi Naka menjawabnya asal.

"What!" kaget Gina.

Gadis itu sampai beringsut ke pinggir pintu. Menatap takut sekaligus terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Naka barusan. "Lo serius!" dan bahasa yang digunakan Gina pun kembali seperti biasa. "Turunin gue disini! Gue nggak mau jadi tumbal!" pinta gadis itu.

Naka menahan rasa geramnya. Kalau boleh, dia cekik gadis yang ada di sebelahnya agar hobi yang barusan dia katakan itu terealisasikan dengan benar dan sesuai fajta. Selain menyebalkan, gadis itu juga terlalu berisik.

Terpopuler

Comments

Rose Reea

Rose Reea

orang orangan sawah gin
Jan takut

2024-03-09

0

Wati_esha

Wati_esha

Regina lupa motornya?

2023-07-31

0

π!!

π!!

bener² beruntung kamu dapat Gina Naka 🤣🤣🤣

2023-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!