Fiona mengerti bahwa Emune tidak percaya dia sudah melihat hantu tapi ada hal lain yang sedang mencuri perhatiannya. Sambil menarik Emune agara menepi ke tembok, ia melihat ke luar. Suara ribut di luar berasal dari rombongan berkuda yang memasuki kastil.
“Datang juga. Orang-orang lamban. Kalau semua pasukan kerajaan seperti kalian, dalam seminggu seluruh Arsyna bisa dikuasai perampok,” gumam Viona. Ia geram pada pasukan istana yang dianggapnya tidak cakap mengerjakan tugas mereka. “Ayo, kita harus berkumpul dengan yang lain.”
“Pasukan kerajaan. Apa mereka akan menginterogasi dan menggeledah kita?” Emune cemas mengingat sesuatu yang sangat berharga dan berbahaya ada dalam bawaannya.
“Ya. Apa ada yang ingin kau sembunyikan?” tanay Viona iseng.
“Aku? Apa yang harus kusembunyikan?” tanya Emune. Ia berusaha sebisa mungkin menyembunyikan kegugupannya.
Viona menilik Emune dengan tatapan serius. Siapa pun yan gbisa membuat rombongan mereka dicurigai adalah ancaman besar. “Kau tidak membawa benda terlarang di tasmu bukan?” tanya Viona.
“Kenapa kau berpikir begitu?” Emune pura-pura tertawa. Tawanya terdengar garing di telinganya sendiri.
“Kau takut sekali meninggalkan tas itu. Apa kau membawa benda tajam?”
“Tas itu berisi kenang-kenangan dari Ayah dan teman-temanku di Ulrych. Ada belati kecil dari Paman Henry, apa itu dilarang?”
“Wow, kau berkeliling membawa belati? Apa kau ini kesatria wanita yang sedang menyamar?” Fiona memegang dagu Emune lalu menggerak-gerakkannya ke kiri dan ke kanan untuk melihat wajah Emune.
“Kau sendiri bagaimana?” Emune menepis tangan Fiona.
“Tidak masalah. Belati-belati itu untuk berjaga-jaga.” Fiona tersenyum.
Begitu turun dari tangga, keduanya disambut dua orang kesatria yang menyuruh mereka menyerahkan bawaan mereka dan bersiap untuk digeledah. Emune menoleh ke arah Ronald yang berdiri di samping pemimpin pasukan kerajaan. Anggukan Ronald membuatnya merasa tenang.
Fiona digeledah lebih dulu. Sekejap saja Fiona sudah mengeluarkan semua senjata yang dia miliki. Dua sarung kulit yang masing-masing berisi tiga belati kecil, sebuah belati kecil yang terikat di betisnya dan sebuah rantai dengan bandul besi.
“Proteksi,” ucap Fiona kalem.
Kesatria itu mundur setelah komandannya memberi tanda. Perempuan yang bisa menjaga diri bukanlah mainan yang menyenangkan, menurutnya.
Emune digeledah dengan kasar oleh kesatria lain. Seringai nakal yang tersungging di bibirnya membuat Emune muak. Saat tangan kesatria itu dengan sengaja menyentuh dadanya, Emune menggerakkan tangan untuk menepisnya namun gerakannya masih kurang cepat dari Fiona yang menarik kesatria itu kuat-kuat hingga terjatuh ke lantai. Kesatria itu menggeram, cepat-cepat bangun dan siap menyerang Fiona.
“Cukup! Komandan Cronel, kau boleh memeriksa semua orang tapi tidak kuijinkan melecehkan siapa pun. Bawa pasukanmu pergi!” Suara berwibawa Lord Berham menghentikan kesatria itu.
Komandan Cronel menatap tajam pada bawahannya yang berbuat tidak pantas. “Maafkan kelakuan bawahanku, Nona,” ucapnya pada Emune yang hanya menunduk. Komandan Cronel menghampiri Lord Berham dan berbincang sebentar dengan suara pelan lalu memimpin pasukannya pergi dari kastil.
Lord Berham mempersilahkan para tamunya untuk beristirahat atau melakukan apa yang mereka suka. Semua akan berkumpul untuk makan malam di halaman belakang kastil.
Lord Berham mendekati Emune. “Aku tidak pernah melihatmu. Siapa namamu?”
“Emune, Tuanku,” jawab Emune sambil membungkuk hormat.
Lord Berham adalah pria yang sangat disegani tidak hanya di Arsyna tapi juga di seluruh Artamea. Ia adalah salah satu keturunan langsung Raja Arsyna yang memilih menyerahkan tahta Arsyna kepada adiknya. Ia menyukai kehidupan yang tenang lebih dari tahta dan kemegahan istana. Istrinya telah wafat bertahun-tahun lalu dan putranya beserta keluarganya saat ini tinggal di Istana Arsyna.
Menjamu para pelancong adalah salah satu kegemarannya. Ia memperlakukan mereka sama seperti tamu-tamu bangsawan yang datang mengunjunginya. Keramahtamahan Lord Berham terkenal di seantero Arsyna. Beliau berbaik hati menyediakan tempat bermalam bagi para pelancong tanpa imbalan apa pun.
“Maukah kau menyenangkan orang tua ini sebentar? Aku ingin mendengar ceritamu.” Lord Berham berbicara lembut pada Emune.
“Baik, Tuanku,” jawab Emune sopan.
Masih beberapa saat lagi menuju malam. Karena cuaca cerah, tenda tidak diperlukan. Mereka akan makan malam dengan diterangi api unggun. Anggota rombongan pedagang tidak tinggal diam, mereka membantu menyiapkan meja-meja dan bangku-bangku panjang.
Maddy dan para wanita ikut membantu di dapur, tidak ada yang bermalas-malasan. Anak-anak kecil berlarian dan bermain di halaman dengan gembira. Jarang sekali mereka bisa bermalam di tempat seperti ini.
Lord Berham dan Emune duduk-duduk di halaman belakang, terpisah dari orang-orang yang menyiapkan perjamuan makan malam. Teh dan kue-kue manis menemani bincang-bincang mereka. Sedikit sekali yang bisa Emune ceritakan karena ia baru kali ini melakukan perjalanan.
“Tidak ada yang menarik, Tuanku. Saya hanya gadis yatim piatu biasa.”
“Meski begitu kau sangat berani memutuskan untuk kembali ke Alder. Sebaiknya tunda dulu sampai situasi aman.” Lord Berham meneliti wajah Emune. Gadis yang cantik. Ada yang berbeda tentangnya, pikir Lord Berham.
“Ronald belum memberi tahu rencana selanjutnya.”
“Kau bisa tinggal di sini selagi kau mempertimbangkan akan ke mana setelah ini. Apa ada tempat yang ingin kau datangi selain Alder?” tanay sang bangsawan baik hati.
“Saya sangat ingin berkeliling Amartea, terutama Eimersun. Negeri bermandi matahari. Apakah seindah cerita orang-orang?” Mata Emune seperti bercahaya karena penuh bayangan akan keindahan Eimersun.
“Indah. Tidak ada musim dingin yang akan membuatmu membeku. Kau bisa menyusul Arrand,” saran Lord Berham.
“Itu ide yang luar biasa, Tuanku.” Emune berdeham. “Tapi saya hanya merepotkan Arrand,” ucapnya sedih.
“Tentu saja tidak. Arrand mengurus begitu banyak orang selama puluhan tahun. Kau seorang tidak akan membuatnya kelelahan.” Lord Berham tersenyum. “Emune, darimana kau belajar tata krama bangsawan?”
“Saya punya seorang kawan baik di Ulrych yang mengajarkan banyak hal. Ia seorang terpelajar dan selalu menjejali saya dengan berbagai macam cerita dan pengetahuan.”
“Bagus sekali.”
Lord Berham memperhatikan Emune sejak tadi. Lord Berham seperti pernah melihatnya namun kapan dan di mana ia sendiri tidak ingat. Caranya berbicara, berjalan dan bertingkah laku tidak seperti gadis desa kebanyakan. Ada sesuatu yang menarik tentang gadis ini. Kisah tentang orang tuanya yang telah meninggal dan keinginannya untuk kembali ke Alder kedengaran biasa-biasa saja, seakan bukan bagian dirinya yang tampak bercahaya.
“Tadi saya bertemu hantu. Maaf, bukan maksud saya mengatakan kastil ini berhantu tapi dia tampak sangat nyata.”
“Kau bilang apa tadi?” Lord Berham tersadar dari pikirannya tentang Emune yang menurutnya berbeda dengan gadis-gadis lain. “Hantu? Di sini memang berhantu.”
“Ah, bahkan di sore hari?” tanya Emune takjub.
“Bahkan di sore hari. Hantu apa yang kau panggil?”
“Saya tidak memanggilnya. Hantu gadis kecil itu tadi tiba-tiba muncul dan membantu saya yang sedang tersesat. Manusia bisa memanggil hantu?” Emune sedikit bingung jadinya.
“Keinginan yang kuat dari manusia bisa menarik hantu namun hantu yang datang belum tentu hantu yang diinginkannya. Hantu apa yng ingin kau temui?”
“Voispir,” jawab Emune.
“Voispir?” Lord Berham menegakkan duduknya.
“Fiona mengatakan kalau Voispir akan menceritakan sejarah seseorang. Saya ingin tahu tentang mendiang ibu saya.”
“Voispir adalah hantu yang sangat kuat. Untuk mendengar ceritanya, kau akan dibuat kehilangan kesadaran. Jika tidak terbangun segera, kau bisa mati. Kau pasti sangat merindukan ibumu.” Lord Berham tidak pernah bertemu langsung dengan Voispir namun seorang sahabatnya pernah hampir mati karena tertarik kekuatan Voispir.
“Saya tidak pernah melihatnya. Ibu meninggal saat usia saya baru beberapa hari. Saya ingin tahu.”
“Aku turut berduka. Jika itu sangat penting menurutmu, berharap saja Voispir mendatangimu.”
“Apa benar Voispir ada di halaman belakang ini?” tanya Emune. Ia ingin memastikan Fiona tidak mengerjainya.
“Tunggu saja nanti malam. Ia bisa muncul di sampingmu kapan saja.”
“Benarkah?”
“Benar. Ingat Emune, hanya kebahagiaan dan harapan yang bisa menghentikan Voispir dari merenggut kesadaranmu untuk selamanya.”
“Te-terima kasih, Tuanku,”
“Nah, sepertinya makan malam akan segera dimulai. Ada yang harus aku lakukan.” Lord Berham berdiri. “Katakan pada Ronald bahwa aku akan menjumpai kalian nanti,” pesan Lord Berham pada Emune.
Emune membungkuk hormat. “Baik, Tuanku."
Makan malam berganti menjadi pesta dansa diiringi musik dan nyanyian yang dilantunkan oleh keluarga Howitt. Selain berdagang pernak-pernik, mereka juga disewa untuk menghibur di kota-kota persinggahan. Semua bergembira ria.
Bayi-bayi meringkuk dipelukan ibu mereka. Anak-anak kecil berusia tiga sampai tujuh tahun bermain dan menari-nari. Orang-orang dewasa meminum bir dan anggur tanpa henti, termasuk Ronald dan Fiona. Malam begitu ceria di kastil itu.
Emune hanya meminum air madu dan sedikit sari apel buatan Maddy. Ia tidak tahan dengan kegaduhan di meja makan dan menepi di bawah pohon. Sari apel yang manis dan sedikit asam mengeluarkan aroma segar.
Emune menatap ke langit yang cerah dengan deretan bintang-bintang. Ia ingin menikmatinya tanpa terganggu oleh cahaya api unggun jadi Emune menjauh lagi, mencari tempat duduk yang tenang dan lebih gelap.
“Di sini lebih baik,” ucap Emune.
Awalnya ia ingin duduk di bawah pohon tapi ia tidak akan puas menatap langit di bawah naungan ranting dan dedaunan jadi ia memilih tanah yang cukup lapang tanpa pepohonan rimbun. Ia menggelar kain sebagai alas dan berbaring menatap keindahan malam. Bintang-bintang yang berkelip begitu jauh namun masih terlihat jelas. Emune menjulurkan kedua tangannya ke angkasa seolah-olah hendak memetik bintang. Ia bertepuk tangan gembira walaupun tangannya hanya menangkap angin.
“Kau di sana rupanya, Emune. Aku berkeliling mencarimu,” tegur Fiona.
“Ayo berbaring di sini. Lihat langit itu. Tenang tapi berkilau.”
“Kau pasti sedang berkhayal di sana ada pemuda-pemuda tampan yang berkedip padamu,” goda Fiona.
“Hahaha tidak ada yang seperti itu. Fiona, apa kau punya kekasih?”
“Tentu saja, belati-belatiku,” jawab Fiona.
“Bukan, maksudku pemuda yang kau cintai.” Emune merengut.
“Tidak ada. Laki-laki tidak peka jadi tidak, aku tidak berminat pada mereka. Mungkin sepuluh tahun lagi.”
“Sepuluh tahun lagi? Saat itu para pemuda sudah menikah dan punya banyak anak. Kau tidak akan kebagian.” Emune terkikik pelan.
“Ha-ha-ha biar saja. Aku akan menyelesaikan perjalanan niaga ini sampai Imperia. Setelah itu aku akan menyusul Arrand ke Eimersun.”
“Benarkah? Bagaimana dengan Ronald dan rombongan?”
“Kami punya banyak pegawai dan rekanan, kehilangan satu orang tidak akan jadi masalah besar.”
“Aku ingin ke Eimersun. Boleh aku ikut?” tanya Emune. Negeri dengan dua musim pasti menyenangkan, pikirnya.
“Hai, ada apa dengan rencana ke Alder?” tanya Fiona heran.
“Aku berubah pikiran. Kalau aku ingin menetap di Alder, setidaknya aku harus berkeliling Artamea dulu. Melihat dunia luas sebelum hidup menyepi. Bagaimana menurutmu?”
“Kedengarannya bagus.”
Emune tersenyum. “Dunia yang luas penuh petualangan.”
Fiona mendesah pelan. “Nikmati saja. Kau punya banyak waktu untuk Menyusun sendiri rencana hidupmu.”
“Yang menjadi kekhawatiranku saat ini adalah bekalku hanya untuk perjalanan ke Alder. Aku harus bekerja dan mengumpulkan uang untuk biaya perjalanan sampai ke Eimersun.” Emune mendesah berat. Ia tidak ingin merepotkan siapa pun.
Fiona tertawa. “Bekerja? Emune, kau ini anak angkat Arrand. Semua kebutuhanmu sudah dijamin jadi kau tenang saja. Arrand sudah berpesan untuk menjagamu baik-baik.”
“Sungguh? Arrand tidak mengatakan apa pun tentang itu,” sungut Emune.
“Uuum … ya.”
“Arrand bersahabat baik dengan Ayah. Lebih seperti saudara menurutku.”
“Jadi kau sudah di tangan yang benar. Kau akan selalu dijaga.”
“Aku sangat berterima kasih.”
“Apa kau mau tidur di sini? Embun akan membuatmu sakit.”
“Ayo kembali ke kamar saja. Hidangan makan malam tadi sangat lezat. Aku makan banyak sekali sampai cepat mengantuk.”
Keduanya beriringan kembali ke kastil. Mereka menyelinap mengabaikan keramaian orang-orang yang berpesta di halaman belakang. Sekilas Fiona bisa melihat Ronald dan Anzei sedang beradu panco di meja makan. Ia tertawa geli.
Kamar mereka sudah rapi saat Emune dan Fiona kembali ke kamar. Emune berbaring dengan baju lengkap. Ia sangat mengantuk. Ia tidak lagi ingat pada Fiona yang sekamar dengannya. Voispir, aku ingin bertemu denganmu.
Tanpa sadar Emune sudah terlelap dalam tidur yang begitu dalam dan gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments