Dia Disini

Akhirnya Ameera menginjakkan kaki di Jakarta.

Dia menghela nafas berat, mengeluarkan ponselnya memastikan taxi online yang dia pesan sebentar lahi akan sampai. Tidak jauh dari tempatnya berdiri ada mobil yang berhenti, terdapat wajah Alaric yang tertempel di kaca belakang mobil membuatnya tersenyum kecil, semakin tersadar jika Alaric seterkenal itu di Jakarta.

"Hacim ..."

Ameera bersin karena cuacana Malang yang dingin membuatnya flu, buru-buru dia memasang masker mencegah agar tidak menularkan flunya pada orang lain.

"Selalu saja cepat kalau urusan kerjaan"

Telinga Ameera sayup-sayup mendengar auara yang tidak lagi asing ditelinganya.

Kepala Ameera langsung berputar mencari sumber suara itu, dan mata Ameera menyipit karena tersenyum lebar setelah menemukan sosok Alaric yang berjalan kearahnya.

Meski Amalric menggunakan masker, Ameera masih mengenali sosok pria itu.

"Mbak Ameera?"

Kepala Ameera tertarik lagi, didepannya ternyata sudah ada seseorang yang berdiri sambil membuka pintu mobil.

"Iya Pak" jawab Ameera sambil mengecek ponselnya jika orang yg berdiri di depannya adalah supir taxi yang dia pesan online, "barang-barang saya hanya ini."

Ameera mendorong dua koper ditangannya pada sang driver, untuk dimasukkan kedalam bagasi mobil.

Tidak jauh darinya, pria yang tadi mengendarai mobil dengan poster wajah Alaric berlari kecil membuka pintu.

Alaric tidak langsung masuk dia menghentikan langkahnya menatap tajam pada pria didepannya, terlihat jika dia kesal.

Ameera melangkah kaki kearah taci yang dipesannya, membua pintu mobil namun mengurungkan niat untuk masuk sejenak.

"Hai Alaric Lorenzo Romanov, long time not see" ucap Ameera sesikit nyaring sebelum akhirnya menutup pintu mobil.

Terlihat jika Alaric menatap dengan pupil mata melebar kearah mobil yang dipungkangi Ameera seakan tidak percaya membuat Ameera terkekeh kecil.

"Sesuai aplikasi ya mbak"

"Ya Pak" jawab Ameera cepat.

Mobil perlahan mulai melaju.

Alaric yang masih terdiam ditempatnya.

Ameera membuka masker, membuka kaca pintu disampingnya dan mengeluarkan kepalanya sambim melambaikan tangan pada Alaric.

"Dada Ric ..." serunya.

Pria itu seketika tersadar lalu berlari kecil mengejar mobil yang ditumpanginnya membuat Ameera tertawa lepas dan kembali menutup kaca pibtu mobil.

Dret ...

Ponselnya bergetar, pasti panggilan dari Alaric dan setelah melihat layar ponselnya ternyata tebakannya benar, Ameera tertawa kecil.

Alaric pasti terkejut.

Jangankan Alaric, dirinya juga terkejut saat melihat Alaric juga berada disana, Ameera pikir pria itu masih akan kembali ke Indonesia lusa atau lima hari lagi.

"Kamu beneran di Jakarta?, terus kanapa ..."

Baru saja Ameera mengangkat panggilan dari Alaric dan hendak mekatkan ponselnya ketelinga, seketika Ameera kembali menjauhkan ponselnya, malas mendengar rentetan pertanyaan Alaric.

^-^

"Apa perut kamu baik-baik saja?"

Alaric memutar bola matanya mendengengar pertanyaan yang sama untuk kesekian kalinya Bidi lontarkan sejak dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia hari itu juga.

Setelah kejadian penusukan oleh musuh dari Czerom, Bidi membawanya ketempat dokter keluarga Romanov tampa boleh memberi tahu Enzo, Hana maupin Emma, dan setelah di obati tampa babibu Alaric memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Bukan karena Alaric pengecut lari dari konflik antar dua keluarga besar yang saling bermusuhan, tetapi dia tidak mau apa yang terjadi padanya semakin menghobarkan api permusuhan diantara mereka.

Dendamnya akan dia atasi sendiri tampa harus melibatkan keluarganya seperti dulu.

"Aku akan merobek mulutmu jika mendengar kalimat itu lagi" ancam Alaric dengan tatapan mengintimidasi, "ingat jangan mengatakan apapun pada Daddy dan Yogi."

"Kalau Yogi ber ..."

"Katakan saja kita sedang latihan pedang dan tidak sengaja kamu menusukku, jangan bilang yang sebenarnya karena mulutnya seketika akan berubah sangat ember jika diberi uang Daddy."

"Dan mengorbankan leherku untuk .."

Plak ...

Satu kali tabokan dari tangan Alaric di mulut Bidi, seketika membuat Bidi bungkam.

Dari jauh terlihat Yogi berjalan kearahnya dengan cengiran yang selalu membuat Alaric kesal setiap kali melihatnya.

Langkahnya terhenti kala melihat beberapa orang yang berdiri tidak jauh dari Yogi, pria yang selalu dia temui kala kembali dari negaranya.

Dulu, setelah sebulan Alaric menginjakkan kaki di Indonesia ada beberapa mafia yang tidak sengaja berpapasan dengannya dijalan, dan entah kenapa labar keberadaannya sampai di polisi Indonesia sehingga dia pernah dipanggil, untung saja Abra menjadi penjamin sehingga Alaric bisa bebas kemanapun.

Salah satu alasannya pulang pergi kenegaranya tampa membawa apapun kecuali identitasnya dan berkas yang dibutuhkan, tidak lain tidak bukan karena dia malas harus diperiksa sedemikian rupa nantinya.

"Apa kita akan diperiksa?"

Alaric tersenyum kecil mendengar ucapan Bidi, ternyata Bidi juga melihat apa yang dia lihat.

Tampa menjawab pertanyaan Bidi, Alaric kembali melanjutkan langkahnya melewati Yogi dan beberapa pria yang sejak tadi mengikuti Yogi dari belakang.

"Pakai masker dulu Bang"

Tampa menghentikan langkah bahkan melirik pada Yoga, Alaric mengambil masker yang Yogi ulurkan dengan gondok.

Dia masih saja kesal dengan Yogi yang seenaknya bertindak tampa bertanya apalagi meminta persetujuannya, andai saja sudah tidak nyaman dengan Yogi pasti Alaric sudah memecat Yogi dari dulu.

"Loe masih marah bang?"

Alaric terus melangkah tidak menghiraukan.

Bahkan saat Yogi berlari membuka untuknya, Alaric tidak langsung maauk namun berdiri dan menatapnya tajam.

"Hei Alaric Lorenzo Romanov, long time not see"

Kepala Alaric berputar mearah suara yang baru saja dengan lantang memanggilnya.

Seorang perempuan menggunakan masker masuk kedalam mobil dan menutup pintu mobil.

Kening Alaric mengerut menatap aneh, buat apa perempuan itu meneriaki namanya tetapi malah pergi.

Perlahan mobil itu bergerak pergi, tayapan Alaric masih tertuju pada mobil itu menerka-nerka siapa sebenarnya perempuan aneh tadi.

"Dada Ric"

Mata Alaric membulat seketika.

Ternyata Ameera ...

Segera Alaric berlari mengejarnya tetapi Ameera mala terkekeh, dan mobilnya semakin menjauh.

Alaric mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Ameera, bisa-bisanya perempuan itu semalam tidak mebgatakan apapun saat Alaric menghubunginya.

"Amor ..." teriak Alaric kesal, "barusan beneran kamu?, kamu beneran di Jakarta?, kenapa gak bilang?" Alaric kesal bukan main. "Jangan bilang kalau Regan tahu tetapi kamu gak bilang ke akau, padahal semalam kita ..."

"Berisik deh Alaric!"

Mata Alaric mengerjap, suaranya tidak bisa keluar dari tenggorkannya seketika kala Ameera membentaknya dari sebrang.

"Regan gak tahu, dan siapapun gak tahu aku disini. Awas saja kalau kamu malah nyebarin, jangan harap aku mengangkat teleponmu dan mau menemanimu."

Tutttt ....

Panggilan teleponnya Ameera tutup dengan sepihak, padahal dia yang menghubungi Ameera lebih dulu.

Ameera selalu saja susah untul ditebak.

"Jangan menunduk!"

"Essshhh ..."

Alaric mendesis kala Bidi memegangi pinggangnya.

"Loe kenapa Bang?, dia kenapa?"

Yogi lagsung panik, menuntut penjelasan pada Bidi yang menekan pinggangnya agar tidak babyak lagi darah yang mengalir dari lukanya yang terbuka.

Si*l ...

Alaric terkekeh kecil membodohi dirinya sendiri, dia sampai lupa jika pinggangnya masih terluka, bahkan jahitannya masih belum sehari semalam.

"Ah ... Dia disini"

"Siapa disini?" Tanya Yogi.

Ternyata Alaric tampa sadar menyuarakan apa yang terlintas dikepalanya.

^-^

.

Terima kasih sudah mampir 🙏

Jangan lupa 👍 and 💬

Love you 😘

Unik Muaaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!