Para Raja

Tok tok tok ...

Meski ini adalah rumahnya sendiri Ameera kali ini malah mengetuk pintu sebelum masuk kedalam rumah karena semalam dia memutuskan menginap di rumah Rio dengan Belda, dan membiarkan keempat pria itu tinggal dirumahnya.

Bukan karena permintaan Regan dan Alaric yang memintanya untuk membawa Belda keluar karena mereka mau membicarakan hal penting, tetapi karena Ameera menghindari fitnah yang pasti akan bertebaran, terlebih karena statusnya yang selalu di pandang negatif.

Saat pintu terbuka, dia melihat Regan dengan rambut acak-acakan berdiri didepannya membuat Ameera tertawa kecil melihat penampilan temannya itu.

"Memangbya semalam tidur jam berapa?" Tanya Ameera sebelum masuk kedalam rumahnya.

"Baru tidur setelah subuh" jawab Regan lirih.

Langkah Ameera terhenti seketika.

Ruang tamunya penuh denga kertas, bahkan Aslan, Javir dan Alaric tidur dengan posisi tidak beraturan bealas tikar bersama dnegan kertas di keliling mereka.

Mata Ameera tertuju pada kertas didekat kakinya, dia memungut kertas itu dan membaca cover pertama yang tercetak jelas 'Hotel Rja Throne'.

Ameera menghela nafas dan kembali meletakkan kertas itu di tempat semula, "jadi hotel dengan empat puluh tiga lantai itu beneran milik kalian?" Tanya Ameera sambil menatap ketiga pria diruangan itu.

Terlihat sebelah alis Regan terangkat, "dari mana kamu tahu?."

"Dia ngasih clue semalam" tunjuk Ameera pada Alaric yang masih tertidur, "dan dengan status kalian aku bisa menyimpulkan jika hotel dengan empat puluh tiga lantai itu milik kalian."

"Empat puluh empat"

Itu suara Javir yang terlihat baru saja membuka mata dan duduk sambil meregangkan totonya.

"Hotel kami empat puluh empat lantai" Regan menjelaskan tampa Ameera pinta, "satu basement khusus yang hanya bisa diakses kami."

Kapala Ameera mengangguk-angguk paham sebelum kembali melanjutkan langkah kakinya kearah dapur untuk menyiapkan makanan yang dia bawa tadi. Pagi-pagi sekali Ameera sudah membeli sarapan untuk Rio dan adiknya dirumah sakit, jadi sekalian dia membeli sarapan untuk semua orang dan membiarkan Belda yang masih tidur dirumah Rio.

"Maaf ya kalau selama disini nanti kalian makan nasi bungkus" ucap Ameera setelah menyadari keberadaan Regan didapur.

"Kenapa minta maaf, santai aja."

Regan mengambil piring ditangan Ameera dan menata beberapa gorengan dan jajan pasar yang juga dibawa Ameera.

"Je tidur lagi"

Sejenak Ameera melirik Regan, "terus?."

"Sebelum mereka bangun aku akan menjawab semua pertanyaan dikepalamu."

Ameera terkekeh mendengar ucapan Regan, meski sudah berpisah nyatanya feeling mereka masih kuat.

Kepala Ameera menggeleng pelan, "enggak. Meski banyak pertanyaan di otakku, aku tidak akan bertanya sebenarnya profesimu apa atau pekerjaan kalian berempat apa, karena Belda saja tidak tahu."

Tak ...

Regan menyentil kening Ameera membuat Ameera mengaduh.

Sentilan jari Regan cukup sakit sehingga Ameera mengelus keningnya sambil terkekeh kecil.

"Kalimatmu barusan mangnya bukan pertanyaan?"

"Enggak dong" bantah Ameera, "aku kan gak pakek nada bertanya."

Regan berdecak, "sama aja."

Ameera kembali terkekeh dan melanjuhkan menyiapkan makanan. "Kata Belda kamu itu pemilik toko sayur dan terkadang bekerja sebagai bodyguard, setahuku kamu itu dokter dan ahli waris Ganendra group. Aslan Bekerja diperusahaan Induk Ganendra, Javir di perusahaan keamanan Ganendra, Alaric seorang artis. Tapi sepertinya kalian lebih dari itu" Ameera menoleh pada Regan, "dan aku tidka berani membayangkan lebih dari itu."

"Emangnya kenapa?."

"Karena orang pulau yang biasa saja jauh dari kata sederhana bisa mengenal kalian, bahkan bersahabat dengan orang macam kamu."

Regan mendelik pada Ameera, "orang macam apa yang kamu maksud?."

Ameera tertawa menlihat Regan yang tidak terima dengan perkataannya.

Sebagai seorang yang hidup biasa saja dan tiba-tiba baru mengetahui jika sahabatnya bukan orang biasa saja, Ameera jadi bingung sendiri mau mendeskripsikan Regan seperti apa.

"Raja itu singkatan dari nama kami" Ameera menghentikan aktifitasnya dan menatap Regan menunggu apa yang akan di katakan sahabatnya itu. "Regan, Alaric atau Aslan, Javir dan A yang terakhir ya antara Alaric atau Aslan whatever yang bikin nama itu bukan kami dan aku tidak perduli nama siapa yang lebih dulu."

Ameera tersenyum simpul, Regan tetap saja sama seperti dulu, tidak perduli dengan apapun yang tidak penting baginya.

"Aku memang seorang dokter, tetap menjadi salah satu petinggi perusahaan Ganendra, menjabat sebagai Accounting di hotel kami dan memiliki beberapa usaha kecil lainnya demi membantu orang kecil."

Dan Ameera yakin yang dimaksud Regan kecil bukan sekecil yang ada dalam bayangan Ameera sekarnag ini.

"Pekerjaan utama Alaric tetap aktor dan modeling, dia hanya sebagai Duty Manager dan brand ambasador. Karena Je tidak harus bekerja full di perusahaan keamanan Ayah, dia menjadi General Manager hotel yang bertugas dan tanggung jawab untuk mengontrol segala hal di hotel. Aslan memang bekerja di Ganendra sebagai salah satu petinggi juga, memiliki studio foto juga, dan dihotel dia memiliki tanggung jawab dibagian Sales & Marketing."

Kali ini Ameera hanya bisa mengerjapkan mata mendengar penuturan Regan, semua benar-benar diluar ... bahkan melebihi apa yang dia fikirkan.

Pekerjaan mereka tidak main-main, tetapi masih saja memiliki bisnis yang bisa berkembang pesad dalam kurung waktu lima tahun.

Bagaimana cara mereka memutar otak?.

"Dalam seminggu ada satu hari wajib untuk kami kumpul di Raja Crown, lantai teratas hotel kami" lagi-lagi Regan bisa membaca apa yanga da dalam otak Ameera. "Semua pekerjaan selama seminggu harus selesai dalam satu hari, kalau belum selesai tidak boleh turun dari lantai itu, atau uang gaji selama sebulan hangus dan harus membersihkan seluruh ruangan dilantai Crown."

"Otak kalian gak pernah konslet gitu?"

Regan tertawa ngakak mendengar pertanyaan Ameera, padahal Ameera bertanya serius karena dia saja yang bekerja sebagai perawat terkadang merasah lelah dan kepalanya pusing jika harus banyak bekerja sekaligus berfikir dalam satu waktu.

Meski Regan sejak dulu memang memiliki otak diatas rata-rata, tetapi apa dia tida capek selalu menggunakan otaknya sedemikian rupa?.

Dan yang tidak habis pikir ketiga orang pria itu sepertinya bisa mengimbangi cara kerha otak Regan.

^-^

"Aku tahu kalau aku ganteng, jadi biasa aja."

Mulu Ameera terbuka mendnegarnya.

Sejak tadi perempuan itu melihat kearah Alaric yang sedang melakukan photoshoot dengan Aslan yang menjadi fotografernya.

Sesekali Ameera menatap leptop yang menampilkan hasil jepretan Aslan dan takjub dengan hasilnya.

Salah satu kamar dirumah Ameera disulap menjadi ruang studio foto Aslan seketika, dan Ameera yang masih berada disana hanya tercengang dengan apa yang mereka lakukan setelah sarapan.

Semua langsung bagi tugas, jika Alaric dan Aslan melakukan sesi foto, Regan sedang fokus dengan leptopnya, sedangakan Javir beberapa kali menelfon ornag yang berbedan membahan sesuatu yang tidak Ameera mengerti, terkadang pria itu juga berbicara bahasa inggris dengan ornag disebrang.

"Aku tidak percaya bisa mengenal para Raja" bukan sarkasme, tetapi itu yang di pikiran Ameera sekarang. "Bedanya raja yang aku kenal pada gila kerja padahal uang mereka udah melimpah."

Terdengar tawa ngakak Javir yang berjalan memasuki kamar yang dijadikan tempat foto oleh Aslan dan Alaric.

Sepertinya perkataan Ameera barusan terdengar sampai ruang tamu hingga Regan juga berjalan masuk kekamar itu.

"Tapi ini jadi suatu kebanggaan bukan?" Tanya Jabir berdidi disamping Ameera ikut memperhatikan hasil jepretan Aslan.

"Enggak" bantah Ameera dengan penuh keyakinan.

Semua yang berada disana menoleh kearahnya, bengan berbagai ekpresi di wajah mereka.

Merasa diperhatikan, Ameera mengangkat wajahnya darj layar leptop didepannya dan menatap mereka satu persatu secara bergantian.

"Kenapa?" Tanya Ameera keheranan melihat tatapan tidak terima mereka.

"Kemapa kami tidak bisa dibanggakan?" Javir balik tanya.

"Wajah kami tidak seburuk itu Mel!" Desis Aslan.

"Emangnya kami memalukan?" Timpal Alaric.

Mata Ameera mengerjap, menoleh dengan tatapan tidak mengerti pada Regan yang hanya mengangkat kedua bahnyanya.

"Maksudku bukan begitu" cicit Ameera, "bagaimana aku bisa membanggakan diri kalau diantara kalian ada artis kesayangan ibu-ibu?, yanga ada aku banyak hater nanti."

Satu detik ....

Dua detik ...

Akhirnya Ameera bisa menghela nafas setelah melihat wajah empat pria didepannya tidak seperti tadi.

Tangan Regan tiba-tiba merangkulnya dan menyeret Ameera mendekat pada Aslan yang masih berdiri di posisinya tadi.

"Kalau begitu kita foto saja, setidaknya kamu bisa bangga pada diri kamu sendiri."

^-^

.

Jangan lupa tinggalkan jejak 👍 dan 💬

Love you 😘

Unik Muaaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!