Jangan salahkan Alaric yang selalu mengulang kata 'panas', karena memang kenyataannya pulau Madura panas.
Setelah mengejutkan Regan atas kedatanga mereka yang tiba-tiba, mereka semua duduk didepan rumah Rio sahabat masa SMA Regan dengan seceret teh dingin yang menemani mereka.
"Al sama Taufiq belum balik?"
"Belum" jawab Aslan lirih.
Regan, Adam Regan Zeroun Ganendra, atau yang kerap mereka panggil Ar duduk disamping Javir sambil meletakkan makanan diatas meja didepan mereka.
Penampilan Regan kali ini terlihat jauh dari perawakan seorang pewaris perusahaan GG Comp dan seorang dokter.
Kaos polos dan celana selutut yang dia kenakan berbanding terbalik dengan pakaian yang dikenakan Javir dan Aslan yang terlihat cukup wah meski tampa jas resmi yang biasa mereka pakai.
"Emangnya tadi mau kemana?" Regan menuangkan air dari ceret kegelas yang kosong didepan Javir.
"Keapotik" jawab Javir dengan suara malas, "mungkin cari obat penenang."
"Gue takut dia lepas kontrol tadi"
Kening Regan mengerut mendengar kaliamat Aslan barusan, "maksudnya?."
Aslan memperbaiki duduknya, dia duduk dengan tegak dan menatap Regan dengan tatapan serius. "Jalan dari bandara ke sekolah loe dulu itu emang gak lagi berlubang, tetapi tetep aja bergelombang" Aslan menjelaskan sambil menggerak-gerakkan tangannya. "Dan dia terlihat panik lalu menggedor pintu mobil, keluar dan muntah."
Kening Regan semakin mengerut dalam, "dia masih dihantui kejadian itu?."
Aslan hanya menjawab demgan mengangkat kedua bahunya.
Sebelum berangkat Javir memang antisipasi dengan trauma Alaric yang satu itu meski sudah beberapa tahun ini mereka tidak melihat sedikitpun tanda-tanda trauma itu.
Dret ...
Mereka bertiga saling melirik ponsel masing-masing.
Kebiasaan mereka adalah menggetarkan ponsel, dan entah kenapa mereka tidak suka menggunakan nada dering dan hobi menggukan getaran.
Ponsel Javir.
Nama Taufiq muncul dilayar ponselnya.
Aslan yang melihat Javir masih malas bergerak mengangkat panggilan Taufiq dan menload speakernya.
"Javir, telepon teman kamu aku tunggu didepan rumah sakit."
Sontak mereka bertiga langsung saling pandang, tampa mengatakan papaun.
Kata 'Rumah sakit' seakan-akan menjadi rambu-rambu peringatan untuk mereka bertiga.
"Tadi disuruh masuk gak mau, tapi tiba-tiba lari masuk kedalam rumah sakit."
"Kenapa kamu gak ngikutin dia masuk?" kali ini Javir duduk dengan tegap, suaranya sedikit meninggi.
"Dia cuma bilang Pacar Online lalu lari"
Mereka bertiga kembali adu pandang dan menghela nafas setelah tahu apa yang memancing Alaric nekat masuk kedalam Rumah sakit, padahal pria itu anti mau mendekati rumah sakit.
Kalau sakit, yang ada dokter yang datang menemui Alaric bukan sebaliknya.
"Dia tiba-tiba nyebrang lalu lari, aku gak bisa langsung lari ngejar, kalau sepeda motorku hilang gimana?."
Terdengar suara Taufiq disebrang juga mulai meninggi.
Regan menepuk pundak Javir, mengambil ponsel Javir dimeja dan berdiri sambil memberi isyarat pada Aslan agar menutup pintu rumah temannya.
"Bentar lagi kita kesana Fiq" Regan berjalan terlebih dahulu masuk kedalam rumah menggandeng tangan Belda sambil terus berbicara pada Taufiq, "Hp Al mati gak bisa dihubungi, terima kasih."
Setelah menutup panggilan Taufiq, Aslan dan Javir dengan buru-buru berlari menuju mobil yang terparkir cukup jauh dari rumah teman Regan barusan.
Mau tidak mau, Belda yang melihat mereka berlari juga ikut berlari meski tidak tahu ada apa sebenarnya.
"Otaknya dipenuhi Pacar Online dari berangkat" geram Aslan kesal.
"Kalau sampai lost control, gue yang akan buat dia K.O" seru Javir.
Perkataan mereka sayup-sayup Regan dengar, meski sebenarnya Regan kesal, tetapi dia hanya tertawa ngakak tampa ikut menyumpah serapah dan megata-ngatai Alaric seperti kedua temannya itu.
Pacar Online Alaric adalah sahabatnya sejak SMP, Ameera Latusha. Meski mereka berpisah sepuluh tahun lalu karena Regan harus ikut Ayahnya ke Jakarta dan kuliah diluar negeri, mereka mesih berhubungan dan menanyai kabar bahkan terkadang masih saling curhat satu sama lain.
Meski sahabatnya itu menghilang dan tidak mau lagi berhubungan dengan Alaric, Regan dan Ameera tetap saling kontakan tampa sepengetahuan Alaric tentunya.
Karena itu permintaan dari Ameera Latusha sahabat masa sekolahnya saat memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengan Alaric Lorenzo. Ameera salah satu sahabat terpentingnya selain Aslan dan Javir sejak sepuluh tahun lalu.
^-^
Iris mata itu bukan hitam seperti perkiraannya selama ini.
Saat mereka video call iris mata Ameera terlihat hitam, namun jika dilihat dari jarak yang cukup dekat seperti posisi mereka saat ini, mata itu berhasil menarik seluruh perhatian Alaric.
Meski tatapan mata Ameera tidak padanya, posisi mereka yang cukup dekat membuat Alaric tenggelam menela'ah iris mata wanita didepannya itu.
Iris mata Ameera terlihat Coklat dengan bulu mata panjang namun tidak begitu lentik, terlihat natural dan bening meski terlihat sama-samar lingkaran hitam dibawah matanya.
"Ameera Latuzha"
Alaric membaca name tage yang dikenakan Ameera.
"Amor"
Mata Ameera semakin membola membalas tatapan mata Alaric membuat Alaric tersenyum lebar menyukai mata almond Ameera dengan iris kecoklatan.
Satu detik ...
Dua detik ....
Pada akhirnya Ameera menghela nafas dan memutuskan tautan mata mereka membuat Alaric kecewa.
Tangan Alaric terangkat hendak membuka maskernya memperlihatkan wajahnya pada pacar onlinenya itu, namun tangan Ameera langsung menahan tangan Alaric bahkan rait wajahnya berubah panik.
"Alaric jangan macem-macem"
Suaranya mendesis sambil melirik kanan dan kiri seakan memastikan sesuatu dengan wajahnya terlihat panik.
Alaric malah terkekeh.
Bukan bahagia melihat kepanikan Ameera didepannya, tetapi dia bahagia Ameera menganalnya tampa harus membuka masker dan mengenalkan dirinya terlebih dahulu.
Tangan Ameera menggandeng tangan Alaric untuk mengikutinya.
Dibalik masker, senyum Alaric masih merekah menatap Ameera dari belakang.
Ameera menggenggam tangan Alaric dan menariknya pergi dari lorong rumah sakit.
Setelah sekian lama akhirnya Alaric bisa bertemu dengan Ameera secara langsung.
Sepanjang perjalanan Alaric membalas genggaman tangan Ameera, tampa protes dia mengikuti langkah Ameera entah kemana wanita didepannya membawanya.
"Aku peringatkan jangan pernah buka masker" tegas dan penuh penekanan.
Ameera membawanya kesamping bangunan rumah sakit yang cukup sepi dan jauh dari keramaian.
Langkahnya terhenti, begitupun dengan Alaric yang ikut berhenti melangkah.
Saat Ameera melepaskan genggaman tangannya, sesaat Alaric menunduk menatap tangannya dengan kecewa sebelum menatap wanita didepannya yang ternyata melipat kedua tangannya didada menatap Alaric tajam.
Bukan tatapan lembut, kagum atau menyala-nyala seperti beberapa orang yang pertama kali melihatnya, tatapan mata Ameera terlihat datar dan biasa saja.
"Kamu kesini sendirian?, kalau mau jemput Regan dan Belda seharusnya langsung temui dia kenapa malah disini?, yang lain kemana?, gak mungkin kamu kemadura sendirian!." Ameera terus berbicara panjang, "Regan tahu gak kamu disini?. Kam ..."
"Ya Tuhan ..." keluh Alaric menghentikan cerocosan Ameera yang sepertinya masih panjang. "Kita baru saja bertemu, tidak bisakah kalimat pertama di mulai dari 'hai pacar online how are you?, akhirnya kita bisa ketemu' tidak bisa begitu?."
Sebelah alis Ameera terangkat menatap Alaric dengan tatapan seakan-akan jijik.
Apa semua teman Regan aneh?.
Pertama kali beremu dengan Regan, Aslan dan Javir juga begitu, reaksi mereka saat bertemu dengannya biasa saja seakan Alaric bukan seorang Model terkenal.
Tapi setidaknya dia sudah naik pangkat, Alaric bukan hanya seorang model, tetapi dia model international dan tiga tahun terakhir ini memulai karir sebagai aktor. Beberapa kali mendapat penghargaan, jadi apa salahnya jika dia mengharap reaksi Ameera yang kegirangan atau setidaknya bahagia dengan tatapan mata berbinar melihat pacar onlinenya.
"Ameera Latuzha, Mi Amor"
Nada suara Alaric terdengar begitu lembut.
"Alaric Lorenzo Romanov!" Seru Ameera dnegan mata melotot, "jangan ganti nama orang seenaknya."
Bukan kesal mendengar omelan Ameera padanya, Alaric malah tersenyum lebar. "Ah ... mendengar suaramu mengomel secara langsung begini lebih asik."
Ameera mendengus kesal, "Al ..." desis Ameera menahan kesal.
"Apa Amor?"
Suara Alaric terdengar lebih lembut dari sebelumnya.
Mereka terdiam beberapa saat, saling tatap satu sama lain namun memancarkan tatapan yang berbeda.
Alaric dengan tatapan berbinar dan lembutnya menatap Ameera.
Sedangkan Ameera menatap Alaric dengan tatapan yang perlahan dingin dan datar, membuat Alaric menaikkan sebelah alisnya saat menyadari tatapan Ameera itu.
"Lebih baik tunggu di ruang inap Ibu Rio" Ameera memutus tautan mata mereka dan berjalan pergi, "jangan lepas maskermu dan jangan mengatakan apapun. Cukup diam dan tunggu sampai Regan dan yang lainnya datang."
Dengan terpaksa, karena tidak tahu arah akhirnya Alaric mengikuti Ameera dari belakang, menatap pinggung perempuan itu dengan senyum.
Dia masih bahagia bisa bertemu Ameera, meski entah kenapa perempuan itu seakan membuat dindidng tak kasap mata diantara mereka.
^-^
.
Love you 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments