Saat masuk gapura perumahan rumahnya, Ameera menghela nafas lega, akhirnya dia bisa berbaring di kasurnya sebentar lagi setelah mengendarai motor cukup jauh.
Kening Ameera mengerut saat melihat mobil yang terparkir dijalanan masuk gangnya rumahnya, karena tidak biasa warga diperumahan itu memarkirkan mobil mereka di jalan perumahan sembarangangan jika bukan didepan rumahnya, namun tidak mau banyak berfikir karenah lelah kembali fokus kejalan didepannya.
Kepala Ameera menunduk sebentar menyapa ketua RT yang berdiri didepan rumahnya sambil menyiram tanaman, hal yang sangat tidak biasa.
Satu persatu motor yang mereka kendarai berhenti didepan rumah Ameera, cepat-cepqt Alaric turun dari goncengan Regan dan berjalan menghampiri Ameera.
"Kuncinya mana?, aku mau mandi duluan" pintanya sambil menjulurkan tangan.
Ameera memberikan kunci rumahnya tampa mengatakan apapun lagi meski sebenarnya dia ingin mandi terlebih dahulu, karena dia sudah melasa lelah dan tidak mau berdebat.
Satu persatu motor masuk kedalam garasi rumahnya, Ameera turun dari motornya saat Regan menyentuh stang motornya memintanya untuk turun dari motornya agar pria itu bisa memasukkan motor Ameera ke garasi.
"Ameera"
Kepala Ameera menoleh kearah sumber suara, Pak RT berdiri tidak jauh darinya.
Meski lelah, Ameera tersenyum sopan dan melangkah mendekati beliau. "Iya Pak" ucapnya lembut.
"Mereka siapa?" Tanya Pak RT dengan suara datar dan tatapan tidak suka, "kenapa tidak melapor jika ada tamu yang menginap?"
"Maaf Pak saya ..."
"Dan status kamu janda, apa tidka berfikir jika memasukkan orang sembarangan bisa membuat orang disekitar kamu berfikir yang tidak-tidak tentang kamu?."
Tenggorokan Ameera serasa tercekat mendengar perkataan panjang Pak RT yang memutuskan kalimatnya.
Wajah Ameera perlahan berubah, tidak lagi menunjukkan senyum ramah seperti sebelumnya, bahkan tangannyaa yang masih memegang helm memutih menahan diri.
"Terlebih mereka laki-laki" lanjut Pak RT seakan tidka perduli dengan Ameera akan tersinggung atau tidak, "saya tidak mau lingkungan ini jadi tercemar."
Kepala Ameera menoleh kelain arah, mencoba menahan diri agar bersabar dan tidak lepas kendali.
Mencoba menulikan telinganya unuk tidak mendengar lebih banyak lagi perkataan Pak RT yang masih berdiri didepannya dan tidak menyadari jika ucapannya sudah menyinggubg Ameera.
Mobil itu ....
Mata Ameera menatap plat nomor mobil yang tadi terparkir dijalanan masuk gangnya yang sedang berbelok dan pergi, kepala Ameera serasa memanas seketika.
"Saya minta maaf atas nama teman saya"
Bukan Ameera yang mengatakan itu, namun Regan yang sepertinya menanggapi ucapan Pak RT.
"Lagi pula kami tidak tidur satu rumah" Aslan ikut nimbrung, "Ameera tidur dirumah temannya dan kami dirumah ini."
"Tetapi tetap saja mas, jika bikan warga sini dan lebih dari dua puluh emat jam harus melapor."
"Tapi seharusnya bapak bicara dnegan baik-baik" Belda ikut bersuara.
Ameera memejamkan matanya sejenak mencoba tenang, mengenyahkan sejenak apa yang dia terka-terka setelah yakin siapa pemilik mobil itu.
Ini urusannya, dan dia tidak ingin yang làin ikut terlibat.
"Lagi pula semalam karena saya pulang malam dan rumah bapak sudah gelap" sebenarnya ingin mengatakannya dengan lembut, tetapi yang keluar dari mulut Ameera malah terdengar datar. "Tadi pagi rumah Bapak juga di tutup, saya pikir Bapak dan keluarga keluar kota."
Tatapan Ameera bahkan tampa gentar langsung membalas tatapan tidak suka Pak RT didepannya, dan ini pertama kali dia bersikap seperti sekarang.
Kepala Ameera menoleh sejenak pada Regan, "masuk" ucapnya tegas lalu kembali menatap Pak RT didepannya.
Setelah merasa semua ornag masuk kedalam rumah, barulah Ameera menghela nafas dan kembali berusaha tersenyum pada Pak RT, meaki pria didepannya itu menatap tidak suka padanya.
"Bapak tahu sendiri jika saya perawat, dan tidak bisa sembaranban pegang ponsel. Kemarin saya masuk sampai jam sembilan, jikapun saya mau melapor pada Bapak selaku RT, sepertinya saya tidk etis jika menelpon Bapak malam-malam. Terlebih saya seorang janda, saya tidak mau istri bapak berfikir yang tidak-tidak" senyum Ameera semakin lebar saat mengucapkan.
Bahkan dia sengaja menekan kata 'Janda' dan 'tidak-tidak' dengan maksud mengingatkan apa yang sudah di ucapkan Pak RTnya tadi menyinggungnya.
Ameera sadar jika dirinya memang jadan, tetapi saat mendengar kalimat yang dilontarkan Pak RT tadi seakan janda adalah orang yang tidak benar dan selalu dipandang buruk. Toh siapa yang ingin menyandang status janda?, jadi pada hibungan toksik dan tersakiti, lebih baik mundur bukan?.
Setelah menyelesaikan kesalah pahaman dengan Pak RT, Ameera melangkah masuk kedalam pekarangan rumahnya dengan senyum lebar mencoba untuk terlihat baik-baik saja.
Lanjkahnya terhenti kala melihat Regan, Aslan dan Javir hendak keluar dari pintu rumahnya bersama dengan Alaric yang menyusul dibelakang mereka.
"Kalian mau kemana?" Tanya Ameera dengan senyun yang perlahan luntur dibibirnya.
"Kamu sama Belda disini" ucap Javir menepuk pundak Ameera, "malam ini kita menginap di rumah Rio dan besok berangkat pagi ke bandara."
^-^
"Gue gak habis pikir dengan apa yang dikatakan Pak RT tadi" ucap Aslan setelah merebahkan tubuhnya di sofa panjang rumah Rio.
"Padahal gue gak tahu kalau Mela sudah menikah" ungkap Javir, "gue shock tadi denger si Pak RT itu bilang Mela janda."
Alaric yang tidak mendengar pembicaraan apa yang terjadi diluar tadi hanya menoleh pada Regan yang terdiam dengan punggung menyandar di sandaran sofa, menatap kelangit-langit ruang tamu.
Aslan dan Javir bahkan terlihat malas untuk bercerita, terlihat jelas dari raut wajah mereka saat Alaric menatap mereka berdua satu persaju.
Jadi menyesal dia masuk kedalam rumah Ameera dan mandi terlebih dahulu.
"Loe sebagai mantan emangnya gak tahu jalau Ameera sudah nikah dan sekarang udah jadi Janda?" Tanya Javir pada Alaric.
"Tahu" desis Alaric, "tapi gue bukan mantannya" tegasnya.
Javir dan Aslan mencibir mendnegar ucapan Alaric barusan.
"Jadi di Pak RT itu ngatain Ameera janda?" Tanya Alaric secara langsung tidak lagi manahan diri untuk menebak-nebak dan menunggu ketiga temannya menceritakan apa yang terjadi.
"Gak usah di pikirin" ujar Aslan, "loe juga mantan."
Alaric berdecak, melempar bantal sofa pada pada Aslan yang di tepis Aslan sambil terkekeh kecil.
Perhatian Alaric teralih pada Regan yang tiba-tiba berdiri dan mengubek-ubek tas yang dia bawa dari rumah Ameera tadi.
"Cari apa?" Tanya Javir.
"Leptop gue sepertinya ketinggalan dirumah Mela"
"Pakek punya gue aja, sekalian pulihin" Javir meletakkan leptopnya diatas meja tepat didepan Regan, "emangnya loe mau ngapain?, ini udah malam mendingan tidur."
"Cari info tentang mantannya" jawab Regan datar lalu melirik pada Alaric yang mengangkat sebelah alisnya, "bukan loe yang hanya mantan pacar online, gue mau cari info mantan suaminya."
Meski Regan berbicara dengan nada datar. Tetap saja Alaric paham jika kalimat itu adalah kalimat sindiri membuat Alaric mengeram kesal.
^-^
Ameera menatap layar ponselnya yang menampilkan nomor telepon dengan nama 'B***st', tangannya bahkan mencengkram ponsel ditangannya hingga buku tangnnya memutih.
Mobil yang tadi terparkir dijalanan masuk gang rumahnya milik Andre, mantan suaminya. Dan Ameera yakin seratus persen, jika apa yang terjadi malam ini karena pria itu.
Setelah beberapa menit menatap layar ponselnya, akhirnya jemari Ameera men deal nomor itu, menghubungi Andre.
"Apa kurang puas membuat hidup saya hancur?" Pertanyaan itu yang pertama Ameera lontarkan saat panggilannya diangkat oleh Andre, "saya sudah berdiam diri meski tahu bahwa hidup anda baik-baik saja bahkan berbanding terbalik dengan hidup saya."
"Hidup saya memang ...."
"Apa mau anda sebenarnya?, ayo selesaikan" ujar Ameera, dia sudah lelah dengan gangguan Andre selama ini. "Kecuali hubungan kita kembali seperti dulu, saya tidak bisa untuk itu."
Hening beberapa saat, Andre tidak langsung menrespon perkataan Ameera.
"Meski kamu mengatakan memaafkanku, aku tidak tenang Ameera" terdengar lirih. "Karena aku tahu kamu sebenarnya tidak benar-benar memaafkanku, benar begitu bukan?."
Senyum sinis Ameera terbit seketika, dia menghela nafas dan menyandarkan punggungnya disandaran sofa.
Dia memang tidak bisa memaafkan Andre karena apa yang dia lakukan berdampak seratus delapan puluh derajat pada keluarganya. Bahkan dia kehilangan seseorang yang sangat dia sayangkan.
Sudut mata Ameera melihat sesuatu diatas meja, senyum sinis di bibirnya semakin merekah.
"Boleh saya melakukan sesuatu pada anda agar saya benar-benar memafkan apa yabg anda lakukan?" Tanya Ameera tetap sengan senyum sinis lebarnya.
Andre menghela nafas sebelum menjawab "ya" terdengar pasrah, "lakukan apapun dan aku menunggumu kembali."
Kepala Ameera menggeleng sambil terkekeh, "tidak untuk kembali Pak Andre Santoso, selamat malam."
Ameera mengakhiri panggilannya, mengetuk-ngetukkan tangannya pada benda pipih didepannya sambil tersenyum miring.
"Hanya sekedar mantan, dan dia sudah menjadikan hidupku begini. Jadi tidak masalah bukan aku membalasnya."
^-^
.
Hayu Readers jangan lupa tinggalkan jejak demi mendukung karya Author dan membuat Author semangat updatenya 😇
Terima kasih ... 🙏
Tiap hari sudah setiap menunggu updatean
Beside You 🥰
Tapi jangan lupa 🌟 Rate 🔖Vote 🎁 Hadiah💖 Favorit 👍 Like and 💬 Comment
Love You 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments