Bidi dan Yogi berdiri tepat didepannya.
Langkah Alaric langsung terhenti dan menghela nafas malas menatap kedua orang didepannya.
Bahkanntangan Alaric langsung menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal saat melihat tangan Yogi memegang sesuatu yang tidak lagi asing dimatanya, pasport dan tiket penerbangan.
Emma pasti sudah menghubungi Yogi dan Bidi untuk bekerja sama agar dia pulang kenegatanya.
"Kenapa gak bilang loe mau pulang?" Tanya Aslan menoleh pada Alaric.
Dengan malas Alaric hanya mengangkat bahu dan kembali melangkah mendekagi Yogi dan Bidi.
"Istri Pak sutradara kena kasus, jadi syuting di pending dan ...."
"Apa kalian tidak bisa tanya keputusan gue ...."
"Tidak bisa" Bidi menotong kalimat Alaric yang barus saja memotong kalimat Yogi, "because Mr. Enzo insists that you come home soon" tegasnya.
Mr Enzo adalah Daddy Alaric, beliau sendiri yang menghubungi Bidi dan Yogi yang berarti memang sedang ada kegaduhan yang harus dia urus, dan pastinya apa yang terjadi pada istri sutradara pasti ada campur tangan Daddynya.
Tampa banyak bicara Alaric berbalik badan dan berjalan begitu saja kembali masuk kedalam bandara, diikuti dengan Bidi dibelakangnya.
Regan yang baru saja menghampiri mereka setelah Belda dijemput dengan temannya, Regan menatap punggung Alaric yang semakin menjauh dengan kening mengerut sebelum menoleh pada Aslan dan Javir.
Sejenak mereka bertiga terdiam seakan berbicara melalui tatapan mata mereka tampa mengungkapkannya secara lisan.
"Beberapa hari lalu dia baik-baik saja" hela Aslan, "udahlah ... ada Emma yg pasti bisa menghendle."
Regan berbalik badan sambil mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Emma.
Trauma Alaric tidak bisa dianggap enteng, meski entah kenapa Alaric masih baik-baik saja setelah melihat tubuh orang yang kecelakaan dipenuhi darah, Regan masih tidak tenang membiarkan sahabatnya itu pulang kenegaranya yang pasti tidak akan jauh dari beberapa hal yang bisa memancing sisi gelap Alaric.
^-^
Ameera menguap sambil meregangkan ototnya sambil berjalan kearah parkiran motor karyawan, baru saja dia menyelesaikan shift siangnya dan akan pulang untuk istirahat sebelum besok kembali masuk pagi.
"Ameera"
Kedua tangan Ameera yang semula terentang ketasan perlahan turun dan berbalkk badan menatap Andre malas.
Seharian dia sudah tidak melihat Andre, dia pikir Andre sudah pulang ke Malang, ternyata pria itu masih di Madura dan pasti akan mengganggunya.
"Cerita tentang kita menyebar dikampus"
Wajah Ameera masih menatap malas pada Andre terlihat tidak perduli dengan apa yang dikatakan pria didepannya.
Berbanding terbalik dengan wajah Andre yang terlihat panik dengan penampipan berantakan. Hidup Andre terlihat seperti jalan tol yang mulus, setelah kejadian dua hari setelah pernikahannya Sinta memaafkan kelakuan Andre dan masih menerimanya kembali. Pria itu bahkan menjadi Dekan dan digadang-gadang masuk dalam jajaran dosen yang akan menjadi Rektor, sangat berbanding terbalik dengan kehidupan Ameera.
"Apa kamu bisa membantuku menjelaskan pada dewan kampus?" Tanya Andre dengan tatapan cemas.
Senyum Ameera terbit, Andre tetaplah pria yang sama seperti dulu, jika menginginkan sesuatu akan berusaha namun tidak akan berfikir dua kali jika menyangkut nama baiknya.
"Apa bapak takut tidak bisa menjabat sebagai rektor?" Ameera malah balik tanya.
Kening Andre mengerut, menatap curiga pada Ameera, membuat Ameera semakin tersenyum lebar. Entah kenapa Ameera ingin mempermainkan pria didepannya setelah melihat wajah kebingungan, panik dan khawatir di wajah Andre.
"Ameera, jika kamu yang melakukan ini, ini benar-benar tidak lucu."
"Oh ya?"
Grap ...
Andre mencekal lengan Ameera dengan kuat, hingga Ameera mengeratkan rahang menahan ringisan kesakitan.
Sorot mata Andre terlihat menggelap menatap Ameera tajam, tidaka da kegelisahan seperti tadi. Ameera sangat kenal betul dengan sorot mata amara Andre yang pernah menjadi dosennya saat Ameera kuliah dulu.
"Jangan bermain-main seperti ini!" Hardik Andre.
Wajah Ameera kembali datar menatap Andre dingin, "apa yang akan anda lakukan jika itu benar saya yang melakukan?" Sangat tenang mengucapkannya, "dan bagaimana jika itu bukan saya" lanjut Ameera ketika melihat Andre membuka mulut akan megatakan sesuatu.
Tatapan mata mereka saling bertautan, namun memancarkan tatapan yang berbeda, hingga ponsel Ameera berdering memutuskan tautan mereka berdua.
Ameeta menarik lengannya hingga terlepas dari genggaman Andre dan mengeluarkan ponselnya dari dalam saku.
Al
Dua huruf itu yang muncul dilayar ponsel Ameera membuat Ameera mengerutkan kening, Alaric menghubunginya.
"Saya turut prihatin apa yang terjadi pada anda" Ameera kembali mengangkat wajahnya menatap Andre dengan senyum kecil dibibirnya, "saran saya lebih baik anda menghentikan romor itu dari pada reputasi anda semakin buruk. Bukan malah disini, permisi."
Tidak ingin terlalu lama berbicara dengan Andre, Ameera berbalik badan dan melangkah pergi begitu saja sembari mengangkat panggilan dari Alaric. Dia tidak betah berbicara lama-lama dengan mantan suami yang menyakitinya dulu.
"Amor" seru Alaric disebrang.
Senyum Ameera terbit mendengarnya, ini kali pertama dia mendengar Alaric memanggil namanya dengan panggilan Amore melalui sambungan telepon. Setelah beberapa tahun akhirnya dia kembali merasakan perasaan kesal dan senang dalam kurun waktu bersamaan.
Dan jika Ameera tidak menjawabnya, suara Alaric akan terdengar merengek.
"Amooorrr"
See ...
Ameera terkekeh, tebakannya ternyata benar, Alaric tetap Alaric yang dulu.
Kekehan Ameera tiba-tiba lenyap kala sadar akan sesuatu, "dapat nomorku dari mana?" Tanya Ameera dengan otak yang mulai menebak-nebak karena Regan hidak mungkin memberi tahu nomornya pada Alaric.
Terdengar kekehan dari Alaric disebrang, "dari Gana barter dengan foto bareng."
Bola amta Ameeta langsung berotasi mendengarnya, sabah satunya itu memang tidak bisa diajak kerja sama.
"Amor" panggil Alaric lagi, kali ini terdengar serius. "Aku pulang kenegaraku ya" pamitnya.
"Kenapa bilang padaku?"
Alaric tidak langsung menjawab pertanyaan Ameera.
Tangan Ameera menjauhkan ponselnya sejenak memastikan jika panggilan mereka masih tersambung.
"Entahlah" ucapnya setelah menghela nafas, "aku hanya memastikan sesuatu."
"Memastikan apa?"
"Jika aku sedang gusar .... apa dengan menghubungimu bisa kembali tenang seperti dulu."
Kedua alis Ameera terangkat dan tertawa kecil, seandainya dia adalah sosok Ameera lima atau tujuh tahun lalu, mendengar perkataan seperti barusan, dia pasti akan salting.
di umur dualuluh delapan kata-kata manis atau gombalan sudah tidak lagi dapat meresap dalam hatiny, terlebih setelah kejadian dua hari setelah pernikahannya dengan Andre, Ameera benar-benar menutup hatinya, tak terkecuali Alaric juga meski mereka pernah pacaran didunia maya.
"Jangan mengada-ngada Al, kamu i ..."
"I'm serious Amore" potong Alaric, "sejak dulu entah kenapa dengan menghubungimu aku merasa tenang. Jika tidak percaya tanyakan pada sama Regan, Aslan atau Javir" papar Alaric.
Gerakan Ameera terhenti seketika, kakinya yang hendak naik keatas motor terpaku ditempatnya berdiri.
Beberapa kali Ameera menghela nafas pelan, "Alaric tidak bisa kah ..."
"Sudahlah kalau tidak percaya" kembali Alaric memotong ucapannya, "pesawat akan take off. Boleh tidak setiap aku menghubungimu jika tidak sibuk kamu angkat."
"Lihat aja nanti."
"Amor please, janji selalu angkat telepon dariku."
"Ih ... kenapa harus janji segala?."
"Aku artis terkenal, aku akan mengungkapkanmu sebagai pacarku biar hidupmu tidak tenang."
Mulut Ameera ternganga mendengarnya, "apa kamu gila?."
"Ya" jawab Alaric tegas, "dan akan semakin menggila jika kamu menghilang lagi. Aku serius, dan tadi bukan hanya sekedar ancaman, bye my Amor."
^-^
.
Mohon bagi para Readers yang baik hati
Jangan lupa ...
Selalu tinggalkan jejak 😇
👍Like and 💬Comment
Demi mendukung karya Author dan menyemangati Author 😍
Love You 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments