"Beneran gak mau ikut?"
Itu kalimat pertanyaan yang kesekian kali Regan lontarkan padanya, dan untuk kesekian kalinya Ameera menggelengkan kepalanya menolak ajakan Regan untuk ikut bersamanya dan bekerja di Jakarta dirumah sakit milik keluarga Regan.
Kali ini mareka sudah tiba dibandara udara Trunojoyo Sumenep, tepat didepan pesawat bertulisan Ganendra Crop terlihat elegen, menjadi pertanda jika itu pesawat pribadi milik keluarga Ganendra, keluarga Regan.
Tangan Ameera menepuk pundak Regan dengan senyum, "pergilah ... Bunda Ara pasti sudah menunggu" Ameera mencoba menenangkan Regan. "Terima kasih sudah berkunjung, dan jangan mengkhwatirkanku. Masih ada Rio dan Gana, kalau aku ..."
"Meski ada mereka didekatmu, kamu tidak bercerita apapun pada mereka" potong Regan menatap Ameera tajam.
Ameera tersenyum kecil, "aku masih bisa ..."
"Maaf aku lancang mencari tahu masa lalumu" kali ini terdengar lirih, "kapanpun kamu butuh bantuan, aku selalu siap membantu, seperti kamu dulu yang selalu siap membantuku kapanpun aku dan Bunda butub bantuan."
Sejenak Ameera mengulum bibirnya dan hanya bisa menganggu haru.
Tangan Regan menepuk pundak Ameera sebelum melangkahkan kakinya masuk kedalam pesawat.
Rio menarik tanga Ameera menjauh dari pesawat, sedangkan tangan Gana merangkul pundak Ameera, mereka sama-sama menatap kearah pesawat yang mulai bergerak menjauh.
Terdeengar helaan nafas Gana membuat Ameera menoleh padanya.
"Sepuluh tahun baru ketemu" keluh Gana, "dan hanya dua minggu dia disini."
"Dia itu direktur perusahaan" ungkap Ameera menyandarkan kepalanya kepundak Gana, "seorang dokter dan juga memiliki beberapa toko sayuran. Ar lebih sibuk dari kita bertiga, masih belum percaya jika memiliki sahabat kaya raya."
"Punya pesawat pribada lagi" celetuk Rio.
Ameera tertawa kecil.
Saat Regan menatapnya penuh kekhawatiran dan beberapa kali mengajaknya untuk ikut bekerja dirumah sakit miliknya, Ameera sudah menebak jika sahabatnya itu pasti mengetahui apa yang terjadi meski tidak keseluruhan cerita hidupnya.
Selama tiga tahun ini dia menyimpan rapat semua yang terjadi, Rio dan Gana hanya mengetahui dia bercerai setelah dua hari menikah, tampa mengetahui apa penyebanya.
"Regan nitip kamu sama aku dan Gana" ucap Rio saat mereka sudah didalam mobil milik Rio, "apa Regan mengetahui sesuatu yang tidak kami ketahui?."
Benar bukan ....
Regan masih saja menggunakan keahlian hecker, meski leptop pria itu semalam tertinggal di rumah Ameera.
^-^
Sorot mata tajam Alaric tidak lepas dari Ameera yang sednag menyebderkan kepalanya kepundak Gana, meski pesawat yanh ditjmpabginya menjauh tetap saja dia menatap kearah mereka.
Perasaannya berkecamuk tak menentu, sampai-sampai Alaric beberapa kali menghela nafas dan menatap kosong kedepan setelah Ameera dan yang lainnya tidak lagi bisa terlihat.
"Pasti dikepala loe lagi menyusun rencana agar balikan sama dia" celetuk Aslan.
Kepala Alaric menoleh kesamping menatap Aslan malas.
"Jangan samain dia sama deretan cewek yang pernah loe deketin Al" Javir mengatakannya dengan tatapan tajam, "sekali loe mainin Ameera, imbasnya pasti akan tidak baik" lanjutnya sambil menatap pada Regan yang duduk bersebalahan dengan Belda.
Selain Aslan, Regan juga memiliki saudara angkat bernama Gea, tetapi sangat terlihat jelas jika Regan lebih perduli pada sahabatnya dari pada Gea.
Sejak semalam Regan terlihat gusar, beberapa Alaric memancingnya untuk bercerita apa yang dia temukan saat mencari informasi Ameera dan mantan suaminya, tetapi Regan selalu mengubah topik pembicaraan. Bahkan tadi dia melihat sorot mata Regan yang berbeda saat bertemu dengan Ameera, terlihat khawatir dan sendu.
Apa yang sebenarnya terjadi pada perempuan itu?.
^-^
Tatapan matanya tertuju pada layar ponsel yang menampilkan sederet kalimat yang membuatnya tersenyum samar namun tatapan matanya terlihat sendu.
Dadanya bergemuruh, berbagai perasaan berkecamuk menjadi satu, namun tidak ada perasaan yang dia rasakan.
Memori dalam otaknya yang semula dia coba kubur menyeruak dan berputar perlahan, matanya semakin sendu dan berkaca-kaca.
Flash back
Tiga tahun yang lalu.
Debaran masih dia rasakan kala tangan hangat itu menggenggam tangannya yang terlihat begitu kecil, padahal sebelim menikahpun mereka berdua sudah beberapa kali bergenggaman tangan, tetapi Ameera merasakan kebahagiaan yang lebih luar biasa saat tangan itu menggenggam tangannya setelah mereka berdua memiliki status suami istri.
Hari ini adalah hari kedua mereka menilah, sebelum dia dan suami kembali ke kota kelahiran suami, Ameera menyempatkan diri untuk berjalan-jalan bersama sang suami, Andre.
"Bapak capek tidak?" Tanya Ameera menatap suaminya dengan lekat.
"Mas Andre Ameera ..." tegur suaminya dengan nada lembut, "kita bukan dikampus, dan kita sudah menikah."
Ameera mengulum bibirnya menahan diri agar tidak tersenyum lebar, pipinya bersemu merah mendengar kata sudah menikah dari Andre, sang dosen yang sekarang beralih status menjadi suaminya.
Sebelah tangan Andre yang bebas menarik kepala Ameera agar bersandar pada pundaknya, dan dia bisa mendaratkan ciuman di puncak kepala Ameera, membiat Ameera semakin salanh tingkah.
"Sehatusnya yang tanya capek itu mas" ujar Andre, "semalam kamu langsung tertidur setelah mandi. Dari awal padahal sudah Mas peringatkan jangan banyak-banyak mengundang orang dipernikahan kita karena takut kamu kelelahan."
"Aku sudah bilang sama Ibu" sanggah Ameera, "tapi Ibu mah begitu ... kalau bahagia suka lupa diri."
Terdengar suara kekehan renyag Andre, membuat Ameera tersenyum lebar.
Rumah Ameera sudah semakin dekat, meski mereka sudah menikah Ameera masih malu jika ada orang terdekat yang melihat kemesraan mereka, sehingga dia mengangkat kepalanya dan memilih merangkul lengang Andre erat.
Langlah Andre tiba-tiba terhenti, sehingga Ameera juga menghentikan langkahnya dan menoleh pada Andre dan terdiam menatap lurus kedepan dengan sorot tatapan yang tak terbaca.
Seorang perempuan berdiri disamping mobil yang terparkir disebrang rumahnya, perempuan itu menoleh kearah mereka berdua dan menatapnya tajam.
Terasa genggaman tangan Andre menguat, Andre kembali melangkah kali ini cukup lebar sehingga Ameera sedikit kesusahan menyeimbangkannya.
"Apa kamu tidak mau memperkenalkan istri keduamu padaku?"
Deg ...
Langkah Ameera langsung terhenti, kakinya serasa dipaku ditempat sehingga sulit melangkah dan Andre ikut menghentikan langkahnya.
"Ameera masuk dulu aku ..."
"Siapa istri kedua?" Tanya Ameera menatap Andre dengan tatapan tak mengerti, "apa aku istri kedua?."
Terlihat jelas wajah Andre mulai gusar, kedua tangannya menyebtuh pundak Ameera seakan meminta fokus Ameera hanya padanya.
Kebahagiaan yang membuncah tadi sirnah seketika.
"Aku akan jelaskan, kamu masuk dulu."
Kalimat yang dilontarkan Andre secara tidak langsung terdengar membenarkan tebakan Ameera.
Perlahan Ameera mundur dua langkah menatap Andre dengan tatapan kecewa.
Lebih dari dua tahun mereka dekat, berpacaran lalu memutuskan menikah, kenapa Ameera tidak tahu jika Andre telah menikah?, apa karena pria itu begitu pintar menyembunyikan statusnya?.
"Aku kira perjalanan dinas kemana hingga satu bulan" ujar perempuan itu, menarik perhatian Ameera dari pada Andre yang masih berusaha menyentuh pundaknya namun Ameera tepis dengan kasar. "Pantas saja kamu jarang pulang dengan alasan sibuk dengan tugas mahasiswamu, ternyata tugas menikahi mahasiswamu. Lulus angkatan keberapa?" Kali ini perempuan itu bertanya sambil menoleh pada Ameera.
Nada suaranya terdengar ada getaran meski wajahnya terukir senyum tipis seakan menunjukkan ketenangan, bahkan terlihat anggun.
"Santi jangan ...."
"Baru lulus tahun kemarin" sela Ameera sambil melangkah mendekati perempuan yang dia ketahui bernama Santi itu, "berapa tahun kalian sudah menikah?."
Meski berat rasanya untuk melontarkan pertanyaan itu, tetapi Ameera ingin tahu semua yang Andre sembunyikan darinya.
Tangannya mengepal menahan diri mencoba tenang seperti Santi.
"Sudah lima tahun, bahkan anak kami sudah dua."
Kepala Ameera pening seketika, tangan kanannya menyeka rambuynya dan mencengkramnya menyalurkan perasaan sesak yang mulai muncul.
Sudah menilah lima tahun dan memiliki dua orang anak, yang benar saja ... Ameera tidak pernah berfikir menikah dengan pria beristri, apa dia sekarang memiliki status sebagai pelakor dan istri kedua?.
"Bagaimana bisa kamu sudah memiliki dua anak?."
Suara itu terdengar lirih dan penuh getaran, namun seketika membuat Ameera tersentak dan mengalihkan Ameera dari Sinta.
Sang Ayah berdiri tidak jauh dibelakang Andre, sambil memegangi dada dan bersandar pada pagar rumah agar tubuhnya tidak jatuh.
"AYAH" Ameera berlari menghampiri Ayahnya.
"Dia istri Andre?" Tanya Ayah Ameera dengan nafas yang tak beratur, "Andre mempunyai anak?, lalu kamu ..."
"Aku tidak tahu Ayah" Ameera mencoba menjelaskan sambil memapah tubuh Ayahnya yang mulai limbung. "Bagaimana bisa kamu tidak tahu dan merebut suami orang."
"Aku benar-benar tidka tahu"
Pertahanan Ameera runtuh, dia menangis dan semakin histeris kala tubuh Ayahnya merosot dan tidak sadarkan diri dalam pelukannya.
Flash end
Sejak saat itu semua kehidupan Ameera berubah seratus delapan puluh derajat.
Meski menyimpan kebenaran dari semua orang, nyatanya kematian Ayahnya dan disusul dengan penceraiannya hang baru saja menikah membuat para tetangga berspekulasi yang tidak-tidak, membuat Ameera dan keluarga tertekan.
Ameera memang sudah memaafkan, tetapi tidak dipungkiri jika perasaan kecewa, amarah dan sebagainya masih dia rasakan pada Andre. Bahkan setelah melakukan sesuatu yang Ameera yakini bisa menghancurkan karir pria itu, perasaan yang sudha terlanjur memenuhi diri Ameera masih tersimpan bahkan tidak berkurang sedikitpun.
"Anda yang meminta" gumam Ameera lirih sambil menatap layar ponselnya, "jadi jangan salahkan saya Pak Andre."
^-^
.
If you don't mind please leave a 👍Like and 💬Comment
Because it means a lot to me 😇 Thank you 😉 have a nice day 😄
Love You 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments