Ameera memejamkan mata menghirup udara sejuk disekelilingnya, ini pertama kali dia pergi ketempat wisata setelah beberapa tahun menyibukkan diri dengan pekerjaan yang ada.
Hari ini mereka semua berada ditempat wisata bernama Bukit Tinggi yang masih berada di kota Sumenep Madura, tempat wisata yang ingin Regan kunjungi beserta yang lainnya sebelum mereka berlima pulang kembali ke Jakarta. Dan setelah mereka berlima kembali ke Jakarta, maka rutunitas Ameera akan kembali ke semula, bekerja dan menyibukkan diri agara bisa melanjutkan hidup dan tidak meratapi masa lalu.
"Nih minum"
Suara Alaric yang terdengar begitu dekat ditelinganya membuat Ameera membuka mata dan menoleh kesamping.
Pria itu masih menggunakan masker, meski sudah tidak lagi menggunakan topi seperti hari-hari sebelumnya setelah sampai di pulau Madura. Tangan Alaric yang sedang menjulurkan sebotol susu kemasan rasa coklat bergerak-geram memberi isyarat agar Ameera cepat mengambilnya.
Sebenarnya Ameera enggan untuk menerimanya, tetapi demi menghargai Alaric dia mengambilnya dan tersenyum kecil sebagai ucapan terima kasih.
"Amore disini tinggal sendirian?" Tanya Alaric sambil menyandar pingganggnya pada pagar dari ranting yang menjadi pembatas jalan setapak.
"Iya" jawab Ameera lirih, "ibu dan adikku ada di Malang tinggal dengan Kakak dan istrinya."
"Dari pada sendirian kenapa tidak tinggal di Jakarta aja, kerja dirumah sakit milik Regan."
Sebelah alis Ameera terangkat dia menoleh pada Regan yang berdiri tidak jauh dari tempat Ameera dan Alaric bersama dengan Belda dan yang lainnya, kemarin Regan ditak bercerita jika dia pemiliki rumah sakit.
Mata Ameera sampai membola mendengaf informasi baru yang dia terima dari Alaric.
"Kalau kamu kerja di Jakarta kita bisa sering ketemu, juga bisa pindah status dari pacar online ke pacar didunia nyata, gimana?."
Tatapan Ameera beralih pada Alaric sejenak, sebelum kembali menatap Regan. "Emangnya siapa yang mau jadi pacarmu?, aku tidak berminat jadi pacar online mu lagi, apalagi menjadi pacarmu didunia nyata."
"Wah ... baru sekarang ada yang nolak aku secara langsung, apalagi tampa mikir atau mempertimba ..."
"Gak perlu" potong Ameera tegas.
Ameera tidak membutuhkan waktu untuk berfikir atau mempertimbangkan semua, dia tahu diri siapa dirinya dan siapa seorang Alaric Lorenzo.
"Pesona seorang Alaric Lorenzo sepertinya sudah luntur"
Itu bukan kalimat yang dilontarkan Ameera, tetapi itu kalimat sindiran dari Regan yang berjalan menghampiri mereka berdua.
Ameera tersenyum saat Regan membuka botol susu strawbery ditangannya dan menjulurkan pada Ameera yang mengambilnya dengan semangat.
Sepertinya Regan masih menginat dengan jelas jika Ameera lebih suka susu strawbery dari pada susu coklat, makanya tadi dia enggak menerima susu coklat yg di sodorkan Alaric dan tidak langsung meminumnya.
"Kenapa kamu malah ngambil minuman yang aku kasih ke Amor?"
Alaric tidak terima Regan mengambil susu coklat dirangan Ameera ditangan Ameera dan meminumnya tampa permisi.
Sedangkan Ameera malah tidak perotes dengan tindakan Regan.
"Dia tidak suka susu coklat" kata Regan tampa menatapa Alaric dan malah mengacak-acak rambut Ameera pelan, "tatapan matamu seperti lares menatap susu strawbery ditanganku."
Ameera tergelak kecil.
Regan menepuk pincak kepala Ameera sebelum melangkah pergi kembali berdiri disamping Belda yang ternyata menatap kearah mereka, perempuan itu pasti salah paham atas perlakuan bodyguardnya pada Ameera.
Cepat-cepat Ameera memalingkan muka dan tampa sengaja tatapannya bertautan dengan tatapan mata biru Alaric yang menatapnya dengan tatpan dingin terkesan jika pria itu sedang kesal, membuat Ameera mengangkat sebelah alisnya.
"Jika aku tidak tahu bagaimana cerita persahabatan kalian sejak dulu, pasti aku cemburu" ungkap Alaric tampa Ameera meminta penjelasan.
Mata Ameera langsung berputar mendengarnya, "mau kamu cemburu atau enggak, emang aku perduli."
^-^
Kesal ...
Meski alam didepannya tampak indah dan sejuk, tetapi tidak dengan moodnya kali ini. Dia benar-benar kesal pada Ameera ataupun dengan Regan, sehingga dia banyak diam dan tidak seantusias biasanya yang akan mengabadikan setiap moment yang dia punya.
Perempuan itu baru saja menolak untuk menjadi pacarnya, lalu secara terang-terangan mengatakan tidak perduli jika Alaric cemburu atau tidak. Come on man ... dia Alaric Lorenzo Romanov, yang melalau menjadi impian perempuan dan dengan senang hati perempuan akan rela melemparkan diri padanya, kenapa bisa Ameera menolaknya tampa perempuan itu membutuhlan waktu untuk berfikir, apa pesonanya memang sudah luntur seperti apa yang dikatakan Regan?, ah ... mengingat Regan Alaric jadi semakin kesal rasanya.
Pandangan Alaric tertuju pada Regan yang sejak tadi membuntuti Belda, dengan enggan pria itu mengikuti apa kata Belda yang memintanya menjadi fotografer dadakan, senyum Alaric tiba-tiba terbit saat sekelebat ide melintas dibenaknya.
Tangan Alaric menepuk pundak Aslan tampa menatap temannya itu, "gue minta tolong fotoin gue sama Ameera" sangat lirih Alaric mengucapkannya.
"Emangnya dia mau foto bareng loe?."
Senyum Alaric luntur seketika, kepalanya langsung menoleh pada Aslan yang berdiri disampingnya. "Candid aja, dia itu sok jual mahal sama gue."
Ya ... Mau mau Ameera dengan senang hati mau berfoto bersamanya, kemarin saja dia merasa beruntung bisa foto tepat disamping Ameera saat mereka berfoto bersama.
"Emangnya loe mau bayar gue berapa?."
"Sejak tadi loe diem-diem motoin Regan ama Belda tampa minta imbalan, kenapa kegue loe malah minta imbalan?."
Aslan menyengir, "beda kasus bro ... kalau foto Ar sama Belda gue bisa dapet sesuatu dari Bunda, kalau dari loe gue dapet apa?."
Alaric berdecak malas, "paling-paling Bunda cuma masakin makanan kesukaan loe doang. Gue bantu siasatin Zia Valery biar kerja sama bareng kita atau jadi brand Ambasador sekalian biar loe sering-sering ketemu dia."
Tampa menunggu jawaban Aslan, Alaric berjalan menghampiri Ameera yang sejak tadi hanya terdiam menatap lurus kedepan entah memikirkan apa.
"Hai Amore" sapa Alaric setelah duduk disamping Ameera.
"Namaku A.mee.ra atau Mela. Jangan seenaknya ganti nama orang deh Al" keluh Ameera tidak suka.
Alaric terkekeh mendengarnya, tatapan Ameera yang menatapnya jengkel membuatnya gemas sendiri.
"Aw ..."
Alaric menarik tangannya terlepas dari genggaman tangan Ameera, perempuan itu baru saja menggigit pergelangan tangannya sebelum Alaric menyadari Ameera menyentuhnya karena terlalu fokus menatap mata hitam pekak perempuan didepannya.
"Ya Tuhan Ameera ... main gigit aja" keluh Alaric, "kalau mau gigit mendingan disini." Alaric menunjuk bibirnya dengan senyum jahil.
Tangan Ameera mendorong wajah Alaric menjauh, "Ih ... apaan sih ..." ucapnya dengan mata melotot kesal.
Alaric terkekeh karena berhasil menggoda perempuan itu, terlihat telinga Ameera memerah meski wajah perempuan itu menunjukkan kekesalan.
Dengan cepat Alaric meraih tangan Ameera sebelum tangan perempuan itu menjauh dan menautkan kedua tangan mereka berdua.
Lagi-lagi bukan seperti perempuan pada umumnya yang diam dan semakin tersipu karena tangan mereka bertautan, Ameera malah menarik-narik tangannya agar terlepas dari genggaman tangan Alaric yang membuat Alaric semakin erat menggnenggamnya dan memasukkan kedalam saku hoodi yang dikenakannya sebelum berdiri dan melangkah menjauh dari ketiga teman-temannya yang sejak tadi diam-diam memperhatikannya dan Ameera.
Mau tidak mau Ameera pada akhirnya ikut melanglah mengikutinya.
"Al lepas atau aku gigit tanganmu" ancam Ameera penuh peringatan.
Bukan karena takut dengan ancaman Ameera, Alaric melepaskan tautan tangan mereka karena merasa cukup jauh dari keempat orang yang menatap penuh keingin tahuan.
"Kenapa kamu seolah tidak suka denganku?" Langsung saja Alaric bertanya tampa lagi basa-basi.
"Bukan tidak suka Al."
"Terus?"
"Ya biasa aja."
"Bohong"
Ameera berdecak, terlihat wajah perempuan itu semakin kesal. Bahkan saat menghadap padanya dan menatap Alaric secara langsung, Alaric menemukan tatapan dingin dan terlihat jelas ketidak sukaan Ameera padanya.
"Karena aku tidak berminat bermain-main denganmu."
Kening Alaric mengerut, mencoba memahami apa kata 'bermain-main' yang Ameera maksud.
Perempuan itu menghela nafas sebelum tersenyum lebar kearahnya, "dulu aku bisa bermain-main denganmu sebagai pacar online, tetapi tidak dengan sekarang Al."
Beberapa detik Alaric terdiam sambil mencerna perkataan Ameera sebelum tertawa kecil mengutuk kebodohannya sendiri.
Sepertinya hanya dia yang berfikir hubungan mereka tidak bisa dipandang sebelah mata meski hanya berstatus sebagai pacar online, bahkan Ameera dengan gampangnya menghilang dan menikah dengan pria lain.
"Berarti selama ini hanya aku yang menganggap serius hubungan kita?"
Mata Ameera mengerjab san tersenyum lebar, "ayolah .... jangan berkata seperti itu. Kita hanya sebatas pacar online didunia maya, sedangkan kita hidup didunia nyata. Kita bahkan tidak ..."
"WAH!" Seru Alaric dengan suara sedikit nyaring sengaja untuk menghentikan perkataan Ameera. "Aku ternyata salah tentangmu."
Hening ...
Selama beberapa menit mereka terdiam hanya saling tatapa dengan tatapan mata yang memancarkan emosi yang berbeda.
Alaric mencoba menyelami apa yang Ameera sedang fikirkan melalui tatapan mata perempuan itu, tetapi dia hanya menemukan sesuatu yang seakan sengaja ditutup secara rapat, terbukti kala Ameera memalingkan muka memutus tautan mereka.
"Jangan seoalah-olah hanya aku yang salah" kali ini nada bicara Ameera terdengar datar, "kamu juga pernah pacaran dengan salah satu artis bahkan model juga saat itu."
"Itu hanya untuk menaikkan ..."
"Sudahlah Al" Ameera kembali menatap pada Alaric, kali ini senyumnya terlihat lebar. "Kita kali ini hanya sahabat, dan jangan bersikap childish. Dita sudah dewasa dn mari ber ..."
"Aku tidak mau bersahabat dengamu" Alaric melanhkah pergi meninggalkan Ameera begitu saja.
Alaric pikir Ameera akan merasa bersalah dan mengejarnya, nyatanya perempuan itu malah tertawa membuat Alaric kesal saja.
Berbalik bada, kembali menghadap Ameera dna berjalan cepak kearahnya sebelum memiting leher perempuan itu dengan kesal.
^-^
Saat matahari mulai condong kebarat, mereka memutuskan pulang tidak lagi mampir kebeberapa wisata di Sumenep.
Kali ini Ameera bergoncengan dengan Belda, meski Alaric memaksa mau dibonceng Ameera, perempuai itu mengomel panjang dan memarahi Regan meminta sahabatnya itu membantunya.
Terlebih Ameera ingin berbicara dengan Belda, sepanjang perjalanan.
"Aku dan Regan bersahabat sejak kami SMP"
Ya ... Ameera ingin menekankan pada Belda jika dia hanya sahabat Regan.
Tatapan Belda saat Regan memberi susu Strawbwry padanya membuat Ameera tidak tenang, sehingga dia tidak bisa mengkonsep ucapannya saat berbicara dengan Alaric.
"Dengan Alaric juga?" Tanya Belda dengan suara nyaring, mungkin dia berfikir hembusan angin dapan menenggelamkan suaranya disaat motor yang mereka kendarai melaju.
"Dengan semua juga" jawab Ameera tidak kalah kencangnya, "jadi jangan cemburu hanya karena Regan ingat rasa susu kesukaanku."
"Siapa juga yang cemburu!"
Ameera terkekeh pelan mendengar jawaban sewot Belda. "Kami hanya bersahabat tidak lebih, meski berjarak jauh kami tetap bersahabat."
"Dengan Alaric juga?."
Beberapa detik Ameera terdiam sebeljm tersenyum dan menganggukkan kepala membenarkan, "ya ... sahabat."
^-^
.
Jangan lupa setelah baca tinggalkan jejak 👍dan 💬 kemi mendukung karya Author
Love you 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments