Flash Back
"Apa tidak terlalu muda menikah di usia kita?"
Tangan Alaric semakin menggenggam erat tagan perempuan disampingnya, mengangkat tangan dalam genggaman itu dan menciumnya lembut.
Danise, juniornya didunia modeling, namun usurnya dua tahun lebih tua dari Alaric.
Malam itu mereka berdua baru saja menemui Hana dan Enzo di mension keluarga Romanov, Alaric yang telah memutuskan untuk hidup mandiri berniat akan mengantar Denise kerumah kontrakannya sebelum Alaric pulang keapartemennya.
"Kita sudah membahas ini berkali-kali" tutur Alaric, "lagi pula apa yang di khawatirkan?, Mummy dan Daddy tidak masalah kita menikah, apa lagi Mamamu."
"Tatapi Daddy sepertinya..."
"dia memang seperti itu" potong Alaric, tangannya terulur mengusap lembut kepala Denise, merasa nyaman perlahan kepala Denise bersandar pada pundak Alaric.
Meski sedang menyetir, Alaric tidak merasa keberatan dan tidak terganggu karena jalan yang mereka lewati legang.
"Daddy memang miskin senyum dari dulu, jadi jangan diambil pusing."
Denis menghela nafas, melingkarkan tangannya di pinggang Alaric dari samping.
Tidak sengaja mata Alaric melirik pada kaca spion disampingnya dan mengerutkan kening melihat dua mobil mengikutinya sejak tadi.
Lambang nama Romanov atau Czarom tidak ada dimobil itu, membuat mencengkram setirnya erat mencoba tenang tidak membiarkan Denise panik.
"Duduk yang benar pakai sabuk pengaman" perintah Alaric namun tetap dengan nada tenang dan lembut, "sudah semakin larut dan aku harus segera mengantarmunpulang."
"Oh my god Beb, it's still ..."
"Seatbelt please" kali ini penuh penekanan.
Danis berdecak, menjauh dari Alaric dan menatap keluar jendela.
Mobil dibelakang Alaric tiba-tiba melaju dengan kencang dan sangat amat cepat melaju kearahnya namun Alaric dapat menghindar.
"Aw ..."
Konsentrasi Alaric terpecah, dia menoleh pada Danise yang terpekik kesakitan, "Bab seatbelt please" seru Alaric.
"Kamu pelan-pelan dong biasanya juga ...."
Brak ...
Kanan dan belakang mobilnya tiba-tiba ditabrak sebelum fokus Alaric kembali sehingga mobil yang dikendarainya oleng.
Flash End
Telinga Alaric mendengung, kepalanya berdenyut sakit karena dipaksa untuk mengingat secara detail kejadian kecelakan saat itu.
Umurnya masih belasan tahun dan hampir lulus Senior High School, kejadian itu cukup lama namun masih begitu membekas.
"Hah ... Hah ..."
Nafas Alaric memburu, sehingga perlahan tubuhnya bersandar pada pintu mobil.
Dia berada di tepi jurang tempat terjadinya kecelakaan dirinya dan Danise, setelah secara tidak sengaja mendengar apa yang dibicarakan Emma dan Enzo, tujuan pertama yang muncul dalam benak Alaric adalah tempat ini.
Jujur saja, ini pertama kali Alaric berada disini dan mencoba mengingat setiap detail apa yang terjadi malam itu.
Daf tercipta setelah kecelakaan malam itu terjadi, dan untuk mengenyahkannya pasti Alaric harus kembali memutar masa lalunya namun siapa sangka dia harus benar-benar menahan sakit dikepalanya, mencoba sekuat tenaga menjaga kesadarannya.
"Waw ... Siapa ini?"
Tap Tap Tap ....
Langkah kaki semakin mendekayinya, Alaric tidak mengenal suara itu milik siapa, yang jelas dari anda bicaranya terdengar sarkasme.
Mata Alaric mengerjab beberapa kali sebelum menegakkan tubuhnya dan menoleh kearah sumber suara.
Tidak jauh dari tempatnya berdiri, seseorang menatap learahnya dengan tatapan mencemoh. Dijaket bagian dada sebelah kakan ada lambang yang tidak lagi asing dimata Alaric membuat Alaric berdecak malas.
"Aku sudah lama menunggu untuk bertarung denganmu satu lawan satu."
Tak ...
Pria itu mengeluarkan pisau dan pistol dari belakang tubuhnya dan meletakkannya diatas kap mobil milik Alaric.
"Kamu membawa senjata sepertiku atau tidak?."
^-^
Seharian ponselnya tidak berdering, ada perasaan lega dan juga bertanya-tanya kenapa pria pengganggu itu tidak lagi menghubunginya seperti biasa.
Setiap kali ponsel Ameera berdering entah itu hanya bunyi alaram atau sekedar pesan dari operator, Vian juga melihat kearah ponselnya membuat Ameera sedikit risih. Maka dari itu, meski Ameera keheranan Alaric tidak menghubunginya dari kemarin, Ameera juga merasa lega akan hal itu.
"Apa kamu dekat dengan seseorang atau sudah punya pacar?"
Kepala Ameera yang sejak tadi menunduk menatap ponselnya yang tergeletak di samping piringnya langsung menoleh pearah Yuli, sang Ibu yang sedang menyabtap makanannya di ujung meja makan.
Ameera melirik pada Vian yang tidak merasa terganggu terus mengunyah dengan tenang, padahal Ameera tegang luar biasa.
"Seharian kamu hanya menatap ponselmu" ucap Yuli lirih, "sama seperti dulu saat kamu berpacaran dengannya."
Jemari Ameera yang sedang memegang sendok mengerah hingga memutih, Yuli pasti masih mengingat kesalahannya dimasa lalu.
"Apa kamu kesini karena mau meminta restu untuk menikah?"
Tenggorokan Ameera tercekat mendengarnya, dadanya mulai naik turun berdetak tidak karuan, diam-diam dia menggigit bibir bawah bagian dalamnya mencoba menunjukkan ketenangan.
"Apa kamu sudah ..."
"Mel mau tinggal di Jakarta Bu" akhirnya Ameera dapat mengagakan sesuatu meski tercicit, "rumah peninggalan Ayah dna rumah perumahan milik Mel mau dikontrakkan" lanjutnya dalam satu kali tarikan nafas.
"Kanapa?"
Ameera menghela nafas sebelum tersenyum, mengangkat wajahnya membalas tatapan Yuli. "Mencari suasana baru, lagi pula Mel sendirian di Madura."
Sunyi ...
Dentingan sendokpun tidak lagi berbunyi.
Yuli manatap Ameera dengan tatapan tak terbaca seperti biasanya.
Dret ....
Ponsel Ameera bergetar, menarik perhatian Ameera.
Nama yang sejak kemarin dia tunggu-tunggu muncul dilayar ponselnya.
Alaric selalu saja menghubunginya disaat yang tidak tepat, namun secara tidak langsung meyelamatkannya dari kegugupan.
"Mel permisi"
Ameera berdiri dan berjalan masuk kedalam kamar Riski yang menjadi kamarnya selama dia menginap dirumah sang kakak.
^-^
"Apa kabar Amor?, merindukanku?."
Alaric terkekeh setelah melontarkan dua pertanyaan itu.
Terdengar decakan disebrang.
"Sebentar lagi aku akan kembali ke Indonesia" meaki tidak mendapat tanggapan Alaric terus saja mencoba mengajak Ameera mengobrol, "ah ... Andai saja aku sampai dan kamu berada di Jakarta juga."
"Memangnya apa yang akan kamu lakukan kalau aku berada di Jakarta?"
Alaric kembali terkekeh kecil, akhirnya dia mendengar suara Ameera.
Tiba-tiba Alaric meringis, tangan kanannya yang memegang ponsel menjauhkan ponsel dari telinganya sejenak. Menghela nafas beberapa kali sebelum kembali mendekatkan ponselnya ketelinganya dan menunduk menatap kearah perutnya yang terluka.
Tangan Kirinya menekan luka diperutnya agar tidak semakin banyak mengeluarkan darah, didepannya ada Bidi yang sedang berjalan terbiruh-buruh kearahnya setelah berhasil mengalahkan seseorang yang terkapar diaspal.
Tangan Alaric memberi tanda agar Bidi tidak berbicara apapun.
"Kembali memintamu untuk menjadi pacarku" ucap Alaric sambil berjalan pelan dibanth Bidi masuk kedalam mobil.
"Al, sudah aku bilang ..."
"Jujur aku sebenarnya membutuhkanmu untuk sesuatu" potong Alaric, "dan hanya kamu yang bisa membantuku."
Sesekali Alaric meringis sambil terus memegangi perutnya.
Deng ....
Kepalanya seketika sakit.
Disebrang Ameera kembali terdiam.
Mobil yang ditumpangi Alaric melaju cepat, entak kemana Bidi membawanya dia tidka perduli sekarang.
"Tolong katakan sesuatu Amor" ucap Alaric lirih disela-sela kesakitan antara perut dan kepalanya, "aku membutuhkanmu untuk menjaga keaadaran."
"Kesadaran apa?" Tanya Ameera dengan nada sewot, "kamu mau pingsang jangan malah menelponku. Kejahuan yang mau nolong, mendingan kamu cari tempat yang babyak orangnya nanti pasti ...."
Ameera terus mencerocos panjang dengan nada khawatir dan terkadang diselingi dengan omelan padanya.
Sakit dikepalanya perlahan menghilang, menerbitkan senyum dibibir Alaric merasakembali berhasil menekan Daf ubtuk menguasai dirinya meaki Alaric bertarung sengit hingga perutnya terluka dan keluar darah.
Munkin dia hanya butuh fokus mendengarkan seseorang yang mengomel atau mengalihkan perhatiannya dari traumanya, seperti apa yang sedang Ameera lakukan.
Segera, Alaric akan kembali ke Indonesia dan memberitahu penemuannya pada Regan, bahwa sebenarnya Daf bisa ditekan asal Alaric fokus terhadap sesuatu.
Dan kali ini yang dapat menarik fokus Alaric adalah Ameera Latuzha.
^-^
.
Maaf Telat Update 🤭
Terima kasih sudah mampir 🙏
Jangan lupa 👍dan 💬 ya Readers 😇
Love You 😘
Unik Muaaa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments