...Cerita ini hanya bersifat fiksi atau karangan saja, jika terdapat kesamaan dalam bentuk apapun—mungkin karena ketidaksengajaan semata....
...Perhatian!...
...Cerita mungkin akan mengandung unsur yang dapat menyebabkan sebagian pembaca trauma, harap bijaksana dalam membacanya. Konten cerita disini tidak membenarkan apalagi mewajarkan suatu tindakan, sekali lagi dihimbau agar menjadi pembaca yang bijaksana....
...Terima kasih,...
...selamat membaca....
...________________________...
...Roar of the Ocean...
...________________________...
...__________...
...____...
..._...
"Tunggu—?!" Ilda mendongak, sesuatu baru saja masuk melalui hidungnya. Tercium sangat kuat.
Dengan wajah tegang, lelaki tersebut memutuskan berjalan—menjauh dari tempat penelitiannya menuju kearah pinggiran kolam.
Dia tidak salah.
"Mengapa ada aroma darah manusia menyeruak dari sana?" gumamnya, penasaran. Meski Ilda agaknya sudah tahu, milik siapakah darah itu.
Satu-satunya manusia di sini.
Siapa lagi kalau bukan—T I V A N A.
"Apa yang telah kau lakukan pada dia... Òsedian?"
.
.
.
.
.
Degh!
Tivana tersentak, suara titikan air yang jatuh dari langit-langit gua membuat dirinya kaget. Pendengaran wanita tersebut sekarang sangatlah tajam, begitu juga dengan kuku-kuku miliknya. Berubah seperti cakar.
Tivana mendekam dibawah jubah besar, memeluk erat tubuh dengan kedua tangan—berusaha menyembunyikan seluruh badan yang perlahan-lahan sudah menyerupai seekor ikan atau tepatnya seekor siren.
Kadang kala wanita tersebut gemetar, tidak seperti sosok sebelumnya. Padahal Tivana sudah berusaha dengan baik untuk beradaptasi, tapi apalah daya kebencian dan amarah yang dia miliki sekarang tidaklah cukup.
Tidak cukup sama sekali untuk menutupi raut muka penuh rasa ketakutan yang dimiliki oleh Tivana.
Saat ini wanita tersebut sedang ditinggal sendirian, di dalam gua dengan suhu lembap dan cahaya api alakadarnya dari sebuah sihir. Beberapa waktu lalu kejadian konyol terjadi, dimana Ilda menyeret paksa Òsedian dengan dalih berburu—padahal jika dilihat sekilas saja pasti akan tahu bahwa sosok itu hanya ingin memberikan ruang berpikir untuk Tivana. Jadilah kondisi wanita itu seperti sekarang. Meringkuk takut dengan wajah pucat didalam sebuah jubah yang besar.
Setelah kejadian 'itu' kembali terulang. |
Tivana harap, dia dapat melupakannya. Tapi sesuatu yang mengalir dan meninggalkan jejak lengket diarea pangkal paha tidak dapat membohongi pikiran. Bahkan bagian bawah dari perut Tivana rasanya bergejolak, mual.
Dia ingin muntah tapi tak bisa.
Rasanya penuh. Perut atau? Lebih tepatnya rahim milik Tivana.
Untaian ingatan tentang kejadian beberapa waktu lalu kembali muncul, berputar-putar didalam kepala hingga membuat wanita tersebut merasa pusing. Panas. Dia harap, dia dapat melupakannya, begitu terus ujar dewi batin Tivana meski nyatanya jelas tidak bisa.
Semakin dia mencoba, semakin jelas ingatan tersebut menghantui pikiran Tivana. Sial! Sial! Sial. Rutuk wanita itu.
Rasa ingin menangis saja.
Dia tidak kuat lagi.
Tivana menunduk, menyembunyikan wajah di kedua lutut berlapis jubah.
Memohon pada Tuhan.
"Bisakah Engkau membuat ku lupa?" Dibarengi titikan air mata yang tanpa disadari telah jatuh membasahi kedua lututnya.
Tes~
Tivana tampak lelah. |
Dia kemudian menangis begitu keras—sejadi-jadinya hingga raungan pilu itu menggema diseluruh celah yang ada pada gua.
...***...
"Ini hukuman karena membuat ku cemburu pada Ilda." bisik Òsedian pelan dengan nada yang sensual. Jemarinya bergerak membuka paksa mulut Tivana. Lidah makhluk tersebut lalu menjulur keluar, di-antara taring-taring tajam.
Perlahan wajah Òsedian maju, mendekati wajah Tivana hingga hidung dari kedua makhluk berlainan ras tersebut saling membentur—kemudian tanpa pikir panjang Òsedian langsung menyelipkan lidah miliknya masuk kedalam rongga mulut Tivana. Wanita yang berada di dalam pelukan hangatnya tersebut.
Cup~
Mencumbu ria dengan ciuman yang sangat dalam tanpa sedikitpun celah diantara mereka.
Rasanya manis.
Bagai candu, Òsedian semakin ganas mencium bibir Tivana. Menjelajah tiap inci rongga mulut wanita tersebut dengan lidah panjangnya.
Ah~
Dia tegang.
Kedua tangan milik Òsedian berpindah, meraba-raba punggung yang tampak sudah mulai bersisik. Perubahan tubuh Tivana kembali berlanjut. Makhluk setengah ikan tersebut men-transferkan sejumlah saliva untuk Tivana telan.
Perlahan tapi pasti, beberapa sisik bermunculan—menutupi area yang belum bersisik. Òsedian senang, dia menyudahi ciuman panjangnya lalu tersenyum bangga.
Seperti tengah melihat sebuah maha karya.
Warna dari sisik Tivana ternyata peach. Bertolak belakang dari warna sirip Òsedian yang didominasi oleh warna emerald tapi tak apa. Warna merah muda bercahaya layaknya buah persik sangatlah cocok untuk Tivana.
Tak terbayang seberapa cantiknya nanti Tivana jika dia sudah berubah menjadi seekor siren secara sempurna.
Òsedian kemudian melingkarkan ekor. Sial, aset pribadi milik makhluk itu terlihat mendesak—meminta agar bisa keluar dari tempatnya. Menuruti naluri panas tersebut, benda yang pernah menjebol Tivana akhirnya kembali muncul. Bergesekan dengan pangkal paha wanita yang saat ini tengah tak sadarkan diri, siapa lagi kalau bukan Tivana.
Aku ingin masuk kedalam Ana, batin makhluk setangah ikan tersebut.
Meraba area perut dekat rahim Tivana. Jelas hal ini merujuk kearah hubungan intim antara dirinya dengan sosok wanita itu, singkatnya Òsedian ingin kawin. Menghamburkan semua cairan yang nantinya akan jadi cikal bakal telur mereka tepat kedalam tubuh Tivana.
Tch!
Pandangan Òsedian semakin ditutupi oleh kabut. Dia begitu bergairah.
"Benar, tidak apa-apa?" gumamnya sendiri dengan pelan, menimang-nimang keputusan. Dia tidak ingin membuat Tivana mengalami overdosis asupan seperti terakhir kali tapi Òsedian saat ini sudah berada diambang batas. Dia tak tahan lagi.
Makhluk setengah ikan tersebut tiba-tiba teringat Ilda tadi sempat berucap 'nikmati waktu kalian'—itu artinya?
Dia boleh menggagahi tubuh Tivana.
Iyakan?!
Benarkan!
Dan bisa ditebak setelah itu apa yang terjadi pada Tivana.
Òsedian begitu gila, melakukan hubungan intim dengan gerakan yang cukup kasar. Kesetanan. Dia dipenuhi oleh rasa girang, seperti ada efek dopamin yang mempengaruhi alam bawah sadarnya.
Terus berulang, sampai semua cairan yang diproduksi oleh aset pribadinya memenuhi perut Tivana. Bahkan membuat sang empunya tubuh terbangun dari pingsan karena kesakitan.
"Argh!" dia meringis, hendak menangis.
Kedua mata Tivana membola dengan sempurna, tangan yang berada di pundak Òsedian sudah berubah menjadi tajam—selayaknya cakar. Tivana lantas menancapkan benda itu. Òsedian bergeming. Tak merasakan sakit sedikitpun.
Walau jelas ia menyaksikan wajah shock luar biasa dari Tivana, Òsedian tampak mencoba tidak peduli. Melanjutkan kegiatan sampai ringisan sakit berubah menjadi erangan nikmat.
"Ah~" Òsedian melenguh puas, berbarengan dengan Tivana yang sudah menampilkan wajah lemas.
Berapa lama?
Sudah berapa lama mereka melakukan hal bejat tersebut? Tanya dewi Tivana, bersandar diantara lekuk pundak milik Òsedian. Ia pikir lenguhan panjang tadi adalah isyarat bahwa semua ini akan berakhir, ternyata kenyataan tidak seperti yang Tivana bayangan.
Òsedian kembali melanjutkan. Terus, terus, dan terus. Hingga rasanya Tivana ingat dia mengalami pingsan akibat kelelahan sebanyak 5 kali.
Lelah!
"Ak-ku... le—Lah Òse-dian..." bisik Tivana tepat disamping daun telinga milik makhluk setengah ikan tersebut. Dan dengan ajaib, Òsedian berhenti. Wajah harunya muncul.
Ini pertama kalinya Ana memanggil nama ku, batin sosok itu. Merasa sangat, sangat, sangat senang—kembali mendengar Tivana memanggil namanya setelah lewat beberapa tahun sejak perpisahan mereka.
"Ber... henti-i..." bisikan lirih dari mulut Tivana kembali terdengar.
Mengulum senyuman, Òsedian lalu berkata—
"Baiklah Sayang~" ucapnya.
"Mari KITA LANJUTKAN nanti."
Deg!!!
...***...
...T b c...
...Jangan lupa tinggalkan jejak like, vote, dan comments diakhir cerita sebagai wujud apresiasi terhadap karya penulis....
...Terima kasih,...
...ketemu lagi nanti....
...Bye...
...:3...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Queen Yeol
Good semoga nanti happy endding🫶🏻
2023-07-27
1