Hari demi hari. Ataar sudah usai di operasi, Altar memberi tahu istrinya bahwa Ataar mempunyai kanker otak. Aisha sempat terkejut. Dia sedikit bersyukur karena mengetahui penyakit sang anak di saat masih stadium awal.
Pernikahan Fisha dan Kainal sebentar lagi di laksanakan. Semua kerabat terdekat sangat gembira, menunggu momen tersebut. Tidak dengan satu lelaki yang murung memikirkan ini semua.
Xaviel duduk di tepi kolam. Kakinya dia turunkan di kolam dan ia gayungkan.
"Besok hari pernikahan Fisha dan Kainal. Gue tahu Fisha hanya mencintaiku, kami saling mencintai, gue dan Alya sudah berpisah. Apa nanti ada keajaiban buat gue dan Fisha bersama?" tanya pada diri sendiri. "Gue baru sadar kalau gue begitu mencintainya, kenapa selama ini gue gak sadar?"
Vieara datang dan duduk di dekat abangnya. "Gimana bang? Udah sadar?"
Xaviel menoleh dan tidak menjawab ucapan sang adik. Ternyata benar, penyesalan akan datang terakhir.
"Makanya, jangan mainin hati cewek. Aku juga gak suka dengan perilaku ini," ketus Vieara.
"Ara,"panggil Xaviel membuat adiknya itu berdehem. "Kalau Fisha mencintai kakak, apa nanti saat aku menyatakan perasaanku kedia. Dia akan membatalkan pernikahannya?"
Vieara memutar bola mata jengah. Otak abangnya benar-benar butuh diterapi dengan rutin.
"Bang, besok pernikahan kak Fisha dan kak Kainal. Apa abang yakin di saat menyatakan perasaan abang. Kak Fisha akan memaafkan abang?" tanya Vieara. Xaviel terdiam benar juga apa kata sang adik.
"Sulit bagi kak Fisha untuk kembali lagi sama abang. Mungkin dia sudah berusaha move on, menghilangkan rasanya pada abang. Apa abang membalas penantiannya selama lima tahun? apa kakak bisa menepati janji abang? Dan Sekarang dengan seenak jidatnya, abang ingin datang ke depannya menyatakan perasaan dengan tak tau dirinya? Abang berharap kak Fisha akan menerima cinta abang lagi? Wanita memang sangat sabar, baik itu menunggu dan baik pun mengobati luka yang begitu banyak di dalam hatinya, tapi jangan salah. Kalau dia sudah disakitin berulang kali. Sumpah demi Tuhan, jangan berharap lagi akan mendapatkan kesempatan. Benar kak Fisha mencintai abang, tapi itu berlaku dulu! Bukan sekarang. Dia menerima perjodohan ini? Karena dia tau kalau jalan ini bisa membuatnya keluar dari bayang-bayang abang," jelas Vieara. "Bukan ingin membuat abang berpikir tidak-tidak, tapi mungkin kan? Kak Kainal begitu baik pada kak Fisha, aku yakin kak Fisha sudah nyaman bersamanya walaupun dulu abang lebih baik dari pada dia, tapi baik dan kepercayaannya ke abang. Abang buang sia-sia," lanjut Vieara.
"Terus abang harus gimana?" tanya Xaviel.
"Jalan satu-satunya, abang harus merelakan kak Fisha dan kak Kainal. Dulu kak Fisha juga seperti itu," saran Vieara. Saat usai memberi masukan pada abangnya, gadis itu beranjak berdiri dan masuk ke dalam rumah kembali. Meninggal Xaviel sendirian.
Xaviel mencernah setiap ucapan demi ucapan oleh adiknya. Semua yang di katakan Vieara semuanya benar. Dia sudah sangat bodoh.
Lelaki itu mengacak rambutnya furstasi. "Sialan," pekik Xaviel meninju lantai sehingga dia mendapatkan rasa sakit.
"Fisha, maaf," gumamnya. Dia berdiri dan berjalan masuk ke dalam kamar.
Xaviel menghela napas, melihat kedua orang tuanya sedang bucin di ruang tengah.
"Warning, di larang bucin di tempat terbuka," teriak Xaviel menyindir, berlari memasuki kamarnya.
Revandra dan Gracel menoleh lalu saling memandang, tapi Revandra tidak mempedulikan ucapan sang anak. Dia tetap bermanja pada istrinya.
"Mas," cegah Gracel menjauhkan tubuh Revandra.
"Sayang kita main lato-lato yok," bisik Revandra mengangkat tubuh Gracel kedalam kamar.
"Udah tua juga, masih aja mesum," ketus Gracel. "Kita tuh tinggal nunggu menantu dan cucu," lanjutnya.
"Emang kalau udah tua, udah gak bisa bucin-bucinan. Kalau kita buat adik buat mereka lagi. Di saat mereka udah punya pasangan masing-masing, kita gak akan kesepian."
"Tapi udah gak mau. Mereka pasti juga akan malu! Dulu yang bilang, gak mau nambah anak lagi siapa?"
"Yaudah, mas pake pengaman." Revandra membuka dress istrinya. Namun, tiba-tiba ketukan pintu membuat mereka menoleh.
"Daddy," teriak Vieara dan Xaviel, mengetuk pintu dengan sangat keras.
💗💗💗💗💗💗
Fisha membantu mendekor gedung di mana nanti dilaksanakannya akad nikah, walaupun besok hari pernikahannya, tapi dia ingin juga membantu-bantu dan memilih hal yang dia sukai di hari pernikahannya.
"Pak di geser ke sini aja!" pinta Fisha. Dia kembali berjalan, melihat orang-orang pada mendekor tema yang dia suka untuk hari pernikahannya.
Dia duduk di kursi lalu menghela napas. "Besok. Aku benaran akan mengganti status? Aku akan menjadi istri orang yang tak sama sekali aku tak tau gimana perasaanku padanya. Aku berharap pernikahan ini membawaku ke jalan yang baik, aku percaya itu," guammya. Tiba-tiba, pipinya yang ketutup cadar terasa dingin. Dia mendongak dan langsung menurunkan pandangannya. Dia beradu pandang dengan seorang yang tak lain adalah Kainal.
Kainal tersenyum. Dan menyuruh Fisha mengambil air meneral dingin tersebut.
"Makasih," ucap Fisha membuat lelaki itu mengangguk.
"Kenapa datang ke sini?"
Fisha menoleh dan memasuka botol ke dalam cadarnya. Sebelum berucap dia meneguk air tersebut. "Aku sedikit ingin Mendekor. Apa tak masalah aku merubahnya dikit?"
"Astaga, gak papa. Aku suka dengan dekor yang kau masukan," ucap Kainal.
Fisha manggut-manggut. "Tapi gak papa, temanya kebanyakan warna biru langit dan putih terang."
"Gak papa, ini hari pernikahamu, kenapa sungkan?"
"Hari pernikahan ku sendiri? Gak kan, aku juga butuh pendapatmu."
"Pendapatku? Lumayan bagus sih, tapi..."
"Tapi apa?" tanya Fisha.
Fisha tersenyum dan mengangguk. "Bagus juga, gitu aja. Tadi juga aku bingung yang ini harus di apakan."
Kainal tertawa kecil. Namun, tangannya tergores paku tindis. "Aw," rintihnya.
"Eh." Fisha baju dan memegang tangan Kainal. Memegang menggunakan kain kerudungnya.
Kainal meringis di saat Fisha menyuruhnya duduk, untungnya di sana ada kotak p3k, karena Fisha membawanya dari rumah. Takut para pekerja ada yang terluka nantinya.
Kainal membuang pandangannya kesembarangan arah. Berusaha tak memandang calon istrinya itu.
"Ayolah, Kai. Tahan dikit lagi, besok kau bisa memandangnya sepuas yang kau mau," ucap Kainal dalam hatinya.
Setelah mengobati Kainal. Fisha buru-buru melepaskan tangan lelaki itu.
"Makasih," ucap Kaina. Fisha pun mengangguk.
"Mau makan gak?" tanya Kainal, dia menoleh kebelakang dikit. Dia mengambil paperbang yang dia bawa, mengeluar seporsi nasi goreng untuk Fisha, dan satunya untuk dirinya sendiri.
"Ini aku sendiri loh yang buat," seru Kainal. Fisha menaikan alisnya dan mulai memasukan nasi goreng itu kemulutnya.
"Gimana? Apa kamu suka? Asin?"
Fisha menggeleng. "Enak kok, cobain sendiri kalau gak percaya. Ternyata adik aku ini pintar juga," ucap Fisha diiringi tawaan. Kainal mendengus, di saat Fisha memanggilnya adik.
"Adik-adik gini bentar lagi jadi suami kamu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Rita Riau
Xaviel Xaviel,,, nyesel kan,,,ga guna Fisha udah mau nikah,,,
2023-12-24
0
bintang Harahap
up dong thor
2023-07-11
0
Junida Susilo
baru terasa kan saat kehilangan,kamu terkalu bodoh mengartikan rasa mu pada alya
2023-07-11
0