"Jadi kak Fisha tuh punya adik?" tanya Celi.
Kaira mengangguk. "Namanya Ataar, kemarin gue ke rumahnya. Terus ketemu dia, tapi dapat kabar, katanya dia dilarikan ke rumah sakit, karena tenggelam di bathun kamar mandi," jelas Kaira.
"Gue baru tau, kak Fisha punya adik. Setahuku dia anak tunggal, ternyata punya adik yang seumuran kita,"sahut Saifara.
"Jadi kita jenguki, yok?"
"Gak papa nih kita jengukin. Terus nugasnya?" tanya Ufik yang sedang menulis kerangka.
"Bentar ajalah, gue penasaran sama wajah adiknya kak Fisha. Apa dia tampan kaya om Altar?"
Saifara dan Kaira mengeplak kepala Celi. Mereka membereskan buku-buku mereka ke dalam tas, niatnya berkumpul untuk mengerjakan tugas kelompoknya. Namun, mendengar kabar duka. Mereka pun tak jadi, mungkin sebentar baru mereka melanjutkannya.
"Eh kalian mau kemana?" tanya mami Celi yang baru saja datang membawakan cemilan.
"Mami, mami gak tau? Adiknya kak Fisha masuk rumah sakit, tahu," ucap Celi pada maminya.
"Ataar?" tanya papi Evan yang baru saja turun dari anak tangga. Celi mengangguk sebagai jawaban.
"Gak tau namanya siapa, yang jelas adiknya kak Fisha." jawab Celi. "Sekarang kita mau jengukin dia ke rumah sakit," lanjutnya.
"Pih, kita ikut yok," ajak mami Kiara pada suaminya. "Lagian kita udah lama gak ketemu Aisha dan Altar," lanjutnya.
"Yaudah, kamu siap-siap. Kalian sama mami dan papi aja perginya."
"Ok," jawab mereka spontan bersama.
Mereka semua pun pergi menuju rumah sakit. Devon boncengan dengan Tofik, sedangkan ufik membonceng adiknya. Celi, Kaira berada di mobil bersama papi Evan dan mami Kiara.
"Pih, pernah lihat adiknya kak Fisha gak? Cel baru tau kalau kak Fisha punya adik. Soalnya setiap om Altar main kerumah pasti cuma nyebut kak Fisha bukan adiknya, padahal adiknya katanya seumurankan, Ai?"
Kaira mengangguk.
Kiara dan Evan saling memandang dan memilih diam. Mana bisa mereka menceritakan, hidup Ataar yang begitu suram? Tak seperti kehidupan Fisha, yang di penuhi kasih sayang. Semua keluarga dan sahabat pada tahu kalau Altar tidak menyukai anaknya Ataar.
Aisha koma begitu lama, dia tidak mengetahui perbuatan suaminya di saat dia koma. Altar selalu menyiksa Ataar setiap saat. Sudah banyak yang menasehatinya. Namun, lelaki itu keras kepala tetap menyalahkan Ataar atas semua masalah yang terjadi di hari kelahirannya. Istrinya koma bertahun membuatnya semakin membenci anaknya sendiri, darah dagingnya. Mereka semua masih mengingat saar Ataar pernah tak di beri susu seharian saat berumur dua bulan. Di saat itu Altar tak bisa di kendalikan, semua orang di ancam, jika ada yang memberikannya susu, dia tidak segan akan membunuh anak itu. Terpaksa Rigel serta keluarga yang lain tidak bisa menolong bayi dua bulan tersebut.
Di saat Aisha telah sadar dari komanya, semua orang terdekat merasa lega. Altar tak lagi menyiksa anaknya. Namun, tapi di usia keenam belas tahun, lelaki itu kembali menyiksa anaknya secara sembunyi-sembunyi. Kalau Ataar menceritakan kisah hidupnya pada dunia, dunia pun tak sanggup berada di posisinya.
Kembali ketopik utama.
Sesampainya mereka di rumah, Kiara langsung memeluk sahabat lamanya, Aisha.
"Kia," lirih Aisha membalas pelukan sang sahabat.
"Turut berduka, maaf ya aku baru datang," ucap Kiara mengelus pundak sahabatnya.
Sedangkan Evan, dan ketiga sahabatnya yang lain menyeret Altar pergi dari sana.
Bruk!
Evan melayangkan pukulan keras di rahang Altar. Begitu pun dengan sahabatnya yang lain.
"Altar sadar sialan. Itu anak lo, gue yakin lo yang buat dia seperti ini," teriak Kendra.
"Lo kira fisik dan mentalnya kuat? Coba lo yang ada di posisinya. Kalau dia ingin, mungkin dia memilih saat itu untuk tidak di lahirkan, tapi bayi yang dulu masih merah itu tidak sedikit pun bersalah. Itu semua sudah takdir Allah," ucap Cakra.
"Apa lo gak ngerasain sakitnya berada posisi anak itu saat ini? Altar ingat dia anak lo, tidak sepantasnya lo memperlakukannya seperti ini. Lo udah tua, tapi otak lo masih sama di waktu kita masih muda. Hilangkan sikap kekana-kanakan lo ini. Fisha dan Ataar sudah dewasa, tapi pikiran papahnya masih seperti bocah ingusan," sungut Vier.
"Gue yakin, kalau Aisha tahu perlakuan lo ini melebihi iblis, mungkin dia tak segan-segan membencimu," ujar Evan memegang kerah kemeja Altar. "Kami kecewa sama lo Tar, lo yang mengajarkan kami tentang bersyukur, dan menerima apa yang Allah berikan. Namun, lo sendiri yang perilaku seperti ini."
"Gue cuma bilang, jangan menyesal di kemudian hari di saat lo benar-benar tidak bisa memeluk dan menyayangi Ataar, jangan sampai anak lo menaroh dendam yang amat dalam di hatinya terhadap papahnya sendiri."
Altar hanya diam tidak membalas ucapan demi ucapan yang di keluarkan dari mulut para sahabatnya. Entah dia sadar atau tidaknya, hanya pria itu yang tau.
Keempatnya meninggalkan Altar sendiri, dan kembali ke depan ruangam Ataar.
Dokter yang menangani Ataar sempat terkejut dan tak percaya melihat semua luka-luka yang berada di tubuh anak itu.
Kainal datang dan memberikan Fisha sebotol air mineral. Fisha yang sedang menunduk langsung mendongak, terlihat matanya yang sudah membengkak karena menangis. Ingin rasa Kainal memegang mata itu dan menghapus mening yang terus mengalir.
"Udah jangan nangis, minum ini. Kamu akan dehidrasi kalau menangia terus-menerus dan tidak minum. Tenangkan dirimu, kamu harus berpikir positif. Yakinlah Ataar akan baik-baik saja, dia lelaki kuat. Dia adikmu, aku yakin dia akan bertahan demi kakaknya ini," jelas Kainal tersenyum.
Fisha mengambil air mineral tersebut dan menenguknya. Dia memang benar-benar merasa dehidrasi.
"Tenang ya!" bujuk Kainal. Fisha hanya mengangguk, dia menghapus air matanya sendiri, Kainal memberikan nya tisu.
Fisha tersenyum dan melap air matanya menggunakan tisu tersebut. "Makasih," lirihnya. Kainal mengangguk dan menghela napas lega.
Mereka semua menunggu di depan ruangan darurat, di depan ruangan itu di penuhi orang-orang yang menyayangi Ataar. Perlu anak itu tau, walaupun papahnya tidak menyayanginya. Namun, ada orang lain yang menyayanginya dengan tulus, contohnya sang kakak dan umi.
Dokter mencoba memberi napas kembali untuk Ataar.
"Dokter," ucap suster kelihatan panik.
Dokter mengode menyuruh suster itu tenang, dokter yakin anak itu akan selamat. Sudah tiga dokter yang menangani Ataar di dalam ruangan.
para dokter melepaskan masker masing-masing dan melap keringat. Mereka menggeleng dan menghela napas.
"Tolong, obatin luka-luka yang berada di punggung dan perut anak ini. Saya akan memberi tau keluarganya yang berada di luar," pinta dokter pada suster.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Rita Riau
pengen nya si bapak dilaporkan ke polisi,,, itu udah tindakan kriminal,,, nyiksa anak sendiri hewan yg buas aja ga makan anaknya,,,
2023-12-24
0
bintang Harahap
lanjut dong thor
2023-07-10
0
Pujiastuti
kak boleh reques nga pengen deh Aisha tahu kelakuan Altar sama Anaknya Ataar setidaknya bekas luka yang dibuat sama Ataar biar si Altar dapat hukuman dari istrinya,,,,,
beneran aku kasihan sama Ataarnya diakan ngak tahu apa² saat dia lahir 😭😭😭😭😭tapi malah disiksa terus sama apahnya
2023-07-10
1