Penantian Seorang Gadis
Di Sma pertamika sedang merayakan hari kelulusan kelas 12.
Lelaki tampan yang menjadi incaran para kaum hawa di sana, hanya menampakan senyumannya pada gadis bercadar yang merupakan sahabatnya dari kecil.
"Xaviel kamu akan lanjut di mana? Kita akan sama-sama lagi kan?" tanya Fisha yang di ajak duduk oleh lelaki yang bernama Xaviel.
Lelaki itu tampak diam dan tidak membalas ucapan sang sahabat. Dia mengeluarkan setangkai bunga mawar dan memberikannya pada gadis di depannya.
"Kamu harus tahu, kalau Xaviel dan Fisha akan selalu bersama sampai kapan pun," ucap lelaki itu memasangkan mahkota yang terbuat dari bunga yang dia buat kusus gadis bernama Fisha.
"Gimana cantik gak? Ini aku buat sendiri loh," ucap Xaviel.
"Mana aku bisa lihat El, kan kamu masangnya di atas kepala aku," ketus gadis itu.
Xaviel terkekeh, dia mengeluarkan ponselnya dan memotret sahabatnya.
Gadis itu pun mengambil gaya karena tau Xaviel akan memotretnya.
"Nah coba lihat," ucap Xaviel memberikan benda pipih itu pada Fisha.
"Cantik, aku gak percaya kalau kamu yang buat," kelit gadis itu.
"Kamu meragukan kemampuan babang El?" tanya Xaviel.
Fisha mengangguk membuat lelaki itu berdecak sebal, baru Fisha yang meragukan kemampuannya dan tidak pernah mengatakanya kalau dia sangat tampan.
"Udah yok El, aku udah mau pulang," ucap gadis itu mengambalikan ponsel milik Xaviel.
Xaviel berdiri dia membantu Fisha berdiri menggunakan kain agar tidak bersentuhan. Dan itu yang mereka lakukan selama ini, tidak pernah bersentuha kulit sama sekali. Xaviel juga kalau mengajak gadis itu berjalan akan membawa mobil.
"Lah udah mau balik aja, cemen banget," sindir seorang gadis yang menyindir Xaviel yang lewat di kerumunan para murid yang party merayakan hari kelulusan.
Xaviel tidak sama sekali merespon ucapan gadis yang selalu membuatnya kesal itu, entah takdir apa sehingga dia selalu bertemu dengan gadis tersebut.
"Bentar malam main ke rumah ya? Ajak orang tua kamu juga. Di suruh daddy," ucap Xaviel.
"Ngapain?" tanya Fisha.
"Makan malam, kata daddy kita sudah lama gak makan malam bersama," jawab Xaviel.
Fisha mengangguk. "Nanti akan ku tanya papah aku dulu ya."
Xaviel mengangguk. Dia pun menjalankan mobilnya membelai jalan kota jakarta yang begitu panas.
"Kamu belum memberi tahu aku, kamu lanjut kuliahnya di mana?" tanya Fisha.
"Nanti kuberi tahu saat di rumah nanti ya," jawab Xaviel.
Fisha hanya manggut-manggut. Padahal lelaki itu tinggal bilang susah banget.
Fisha melambaikan tangannya saat lelaki itu sudah menurunkannya di depan gerbang.
"Hati-hati ya," peringat Fisha dan langsung di angguki lelaki itu.
Gadis itu senyum memegang beberapa tangkai bunga yang di berikan Xaviel untuknya, dia berjalan memasuki rumah.
"Asslamualaikum," ucap Fisha melangkah masuk ke dalam.
"Walaikumsalam," ucap wanita paruh baya.
Fisha menyium tangan uminya.
"Kamu ganti pakaian lalu turun makan ya," ucap sang umi dan di angguki Fisha.
Anak gadis itu menaiki kamarnya, dia berhenti di saat melewati kamar sang adik.
"Ataar," panggil Fisha memasuki kamar adiknya. "Astaghfirullah, Ataar," pekik gadis itu menyalahkan lampu kamar.
Terlihat adiknya belum melepaskan pakaian sekolah serta sepatunya masih terlabut di kaki.
"Bangun gak!" teriak Fisha.
Uminya yang mendengar dari bawah, hanya geleng-geleng kepala, kedua anaknya itu memang sering bertengkar setiap saat. Fisha yang tidak suka dengan kemalasan dan tidak kerapian harus mendapatkan seorang adik yang pemalas seperti Ataar adik laki-lakinya.
"Kak Fisha," pekik lelaki berusia 13 Tahun itu beranjak bangun dan menggaruk belakang kepalanya.
"Kebiasaan kamu, pulang sekolah langsung tidur tanpa makan dan buka pakaian. Kamu mau buat umi susah?"
laki-laki itu mendengus dan berusaha membuka matanya, dia berdiri dan membuka sepatunya.
"Awas setelah aku selesai ganti pakaian, dan kamu belum juga selesai. Aku aduin ke apah," ketus Fisha keluar dari kamar sang adik.
"Awes seteleh ake selesei genti pekeien, den keme belem jege selesei. Ake adein ke epah," cibir anak itu mengikuti ucapan sang kakak.
Dia mengganti seragamnya dengan pakaian rumahan lalu turun untuk makan siang.
"Umi masak apa?" tanya Ataar saat melihat uminya membawa makanan ke meja makan.
"Sup ayam," jawab Aisha.
Ataar manggut-manggut dan menunggu sang kakak dan papahnya datang.
"Apah belum datang umi?" tanya Fisha yang baru datang dan membantu uminya.
"Belum katanya lagi di jalan ke sini," jawab Aisha. "Kalau kalian udah lapar, makan aja gak usah nunggu apahmu," lanjutnya.
"Gak usah deh, kami tunggu apah datang aja," ucap Fisha duduk di samping sang adik.
"Kak kuliah ambil jurusan apa? " tanya Ataar pada kakanya.
"Pai dong," sela sang umi. Dia memang menyuruh sang putri untuk mengambil fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
"Asslamualaikum." Suara baroton terdengar indra pendengaraan mereka.
"Walakimsalam, apah." Kedua anaknya menyalimi sang papah.
Perlu di garis bawahi, bahwa Ataar sama papahnya tidak akur seperti ayah dan anak pada umumnya. Saling berbicara kalau bukan ada hal yang perlu untuk di bicarakan tak akan berbicara.
"Papah, umi. Fisha tadi di beri tau El kalau sebentar malam kita di undang ke rumahnya untuk makan malam," sahut Fisha. "Papah gak sibuk'kan?" tanya Fisha.
"Tidak, kita akan ke sana," jawab Altar.
"Ataar gak mau ikut," sela Ataar.
"Kenapa?" tanya uminya.
"Ga pengen ketemu sama Vieara adik kak El yang cerewet itu," jawab Ataar.
"Yaudah gak usah ikut," kelit Fisha membuat Ataar mendengus lalu kembali makan.
Malam hari, selain Ataar mereka semua sudah bersiap untuk pergi.
"Ataar benaran kamu tak ingin ikut?" tanya Fisha.
"Ga!" jawab anak itu berteriak dari dalam kamar.
"Yaudah tutup pintu jangan bukain pintu sembarangan orang," ucap Fisha.
"Iya bawel," ketus Ataar.
Mereka bertiga pun pergi meninggal Ataar sendiri di rumah.
"Kak Fisha," teriak seorang bocah berusia 13 tahun seusia adiknya Ataar.
"Vieara," seru Fisha tersenyum.
"Akhirnya kak Fisha main juga ke rumah," ucap Vieara adik Xaviel.
"Ayo pada masuk," ucap Xaviel tersenyum.
Mereka pun masuk ke kedalam, dan makan malam bersama.
"Xaviel lanjut kuliah di mana?" tanya umi Aisha.
"Amerika tante," jawab Xaviel membuat Fisha terkejut.
"Amerika?" tanya Fisha.
Xaviel mengangguk.
"Saya memamg menyuruhnya melanjutkan di sana, agar cepat lulus s2," sahut daddynya Xaviel.
Altar dan Aisha manggut-manggut, beda dengan Fisha yang terdiam.
Setelah usai makan malam, Xaviel minta izin untuk bicara berdua dengan Fisha yang merupakan sahabatnya.
"Kamu bilang kita gak akan pisah, kok kamu malah milih keluar negeri?"
"Maafin aku Fisha," ucap Xaviel. "Tapi kamu harus tunggu aku kembali ya? Setelah selesai s2ku aku akan kembali, dan menjadikan mu pendamping hidupku," ucap Xaviel berjongkok di depan Fisha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
reza indrayana
Kasihan kisah hidup Ataar yg di bedakn dg fisha....😥😥😥
2024-03-31
0
Happyy
💖💖
2023-12-22
1
Pujiyati Astuti
wah udah ada kamar sendiri. ni Xavier dan Fisha, udah mampir ya kak semangat kak 💪💪🤗🤗🤗
2023-07-02
0