SCARLETT (Kiss From The Darkness)
"Aku akan mati." Aku memejamkan mata dan tidak mampu menggerakkan anggota tubuhku.
Aku mendengarkan suara-suara hewan malam yang berkeliaran di hutan ini untuk mencari mangsa. Ada pula suara jangkrik di kejauhan yang bersembunyi di antara semak-semak. Samar-samar kudengar suara burung hantu di dahan yang ada di atasku. Semua suara hewan bercampur dengan gemercik gerimis yang perlahan jatuh membasahi tubuhku. Pasti aku akan basah dan terkubur dalam kubangan lumpur di hutan ini. Ironis sekali.
Aku yang sudah berkelana selama ribuan tahun, melihat banyak peradaban runtuh dan berpartisipasi dalam pembentukan dunia modern yang anehnya kini akan kutinggalkan tak lama lagi. Semua kenangan muncul seperti potongan-potongan film di benakku.
Akulah Sang Dewi dari keabadian. Meski aku merasa bosan berkelana dalam kesepian selama ribuan tahun, namun aku tak pernah menyangka bahwa akhir kehidupanku begitu miris dan menyedihkan seperti ini. Ini bukanlah kematian yang aku inginkan. Aku yang terkuat dari semua makhluk immortal di muka bumi ini.
Aku adalah vampir pertama wanita yang mampu bertahan selama ribuan tahun. Aku mampu membunuh musuh hanya dengan sedikit kibasan tangan. Namun kini aku tergeletak tak berdaya di atas tanah berlumpur di hutan yang diterangi sinar bulan purnama.
Seharusnya kini aku berada di pusat kota untuk menemui klien ku. Tak kusangka kini aku terbaring lemah dan tak berdaya. Betapa memalukannya akhir hidupku ini. Aku yang melihat sejarah dunia kini tergeletak nyaris mati. Apakah aku akan mati dalam kesendirian yang begitu mengenaskan seperti ini? Kenapa dunia tidak memberiku kesempatan untuk sekali saja merasakan cinta dan dicintai? Aku menghabiskan keabadianku dalam kesendirian. Namun di dalam lubuk hatiku yang terdalam aku mendambakan perasaan dicintai.
Jika aku diberi kesempatan lagi untuk hidup, aku ingin mencintai dan dicintai. Ah, namun sepertinya itu adalah harapan yang mustahil. Aku kembali merasakan rintik gerimis menjatuhi wajahku dan tubuhku. Kakiku sudah mulai terendam ke dalam lumpur. Aku merasakan ada sesuatu yang merayap di sepanjang kakiku. Aku mendengar desis ular. Bahkan kali ini pun aku tak mampu mengusir hewan apalagi melawannya. Menyedihkan sekali. Akhirnya Sang Dewi kegelapan telah kalah.
Aku menunggu kematian datang menjemput ku. Mungkin setelahnya aku akan langsung dilemparkan ke neraka karena aku makhluk terkutuk. Tapi setelah aku ingat-ingat kembali, ini bukanlah takdir yang ku pilih sendiri.
Dahulu aku tidak meminta kehidupan abadi seperti ini. Ini semua adalah kesalahan. Namun aku harus menghadapi konsekuensi dari apa yang tidak aku pilih. Sekejam inilah dunia. Aku sudah ribuan kali bahkan jutaan kali melihat kematian manusia di muka bumi ini. Namun aku tak pernah membayangkan bahwa kematianku sendiri akan menjadi hal paling menyedihkan. Aku hidup dalam kesendirian dan mati tanpa ada seseorang yang mengiringi kematianku. Tak akan ada yang mengingat tentang kisahku. Tak ada yang menangisi kepergianku. Aku adalah makhluk abadi yang akan segera lenyap dan terlupakan di dunia ini.
Aku merasakan darahku mengalir semakin deras dari bekas luka tusukan pisau perak di sisi tubuhku. Luka itu yang melumpuhkan aku. Aku akan kehabisan esensi kehidupanku. Bagi seorang vampir setua diriku, kekuatanku jauh melebihi vampir lainnya yang usianya jauh di bawahku namun respon tubuhku pada rasa sakit juga akan jauh meningkat. Artinya aku merasakan sakit yang jauh lebih parah saat terluka dibandingkan vampir yang masih muda. Bersama kekuatan datang pula kelemahan.
Bagaimana pemburu vampir itu mengetahui keberadaan ku di kota ini? Padahal selama ini aku menyembunyikan identitasku dengan begitu sempurna bahkan aku berbaur dengan sangat baik dengan manusia. Aku tidak pernah menyerang manusia secara langsung. Aku meminum darah dari bank darah. Aku memiliki klien yang setia menyiapkan asupan darah yang aku beli dari bank darah. Bagiku hidup manusia sama berharganya dengan jiwa mereka.
Sejak era perang telah berhenti, aku pun berhenti mengisap darah manusia secara langsung. Dahulu aku mengisap darah prajurit korban perang yang sudah sekarat dan mendambakan kematian untuk mengakhiri rasa sakit. Aku melakukan itu untuk mengakhiri penderitaan mereka. Mereka akan menyambut kematian dengan senyuman. Namun dunia telah berubah. Semenjak saat itu aku bertahan dari pasokan bank darah. Walaupun rasanya tidak memuaskan seperti ketika mengisap langsung dari urat nadi yang berada di leher manusia, namun itu sudah cukup bagiku. Aku tidak ingin menjadi monster. Bahkan aku akan melawan vampir yang mencelakai manusia. Namun kini perjalananku akan berakhir di sini. Sendiri. Terlupakan. Kini aku merasakan kesadaranku mulai berkurang. Aku membiarkan diriku dipeluk oleh hembusan angin malam yang bergerak perlahan. Ya, aku akan mati.
...
Rasa sakit menjalar di sepanjang bekas luka di samping tubuhku. Aku mengernyit menahan rasa terbakar yang menyengat. Sesakit inikah kematian. Kenapa kematianku berlangsung begitu lama dan menyakitkan. Kenapa sakit ini tidak segera berakhir. Aku mencoba membuka mata. Berat. Aku kembali mencoba perlahan membuka kelopak mataku. Pandanganku begitu samar. Aku mencoba menggerakkan jari tanganku. Ah aku bisa bergerak.
Aku melihat cahaya terang dari atasku. Perlahan kubuka mataku dengan lebar. Aku mengernyit karena silau. Apakah aku sudah berpindah alam? Mungkin aku sudah mati. Tapi kenapa aku masih merasakan sakit? Ah, apakah rasa sakit ini masih tetap terbawa bahkan ke dalam alam baka? Aku menepis pikiran buruk itu. Seharusnya dengan datangnya kematian, maka berakhir pula rasa sakit yang seolah membakar tubuhku. Tapi kenapa aku masih merasakan sakit? Aku memfokuskan pikiran dan melawan cahaya silau yang menerangi tempat itu.
Aku berada di sebuah ruangan terang berwana putih. Sepertinya ini adalah sebuah kamar. Apakah di alam baka ada kamar dengan penerangan sangat terang? Aku merasakan kasur empuk di bawah badanku. Akhirnya aku terbebas dari tanah basah yang aku benci.
Aku menoleh ke samping dan mataku terbelalak kaget ketika kulihat seorang pria berdiri di sisi tempat tidurku. Pria itu berwajah sangat tampan. Badannya tinggi dan tegap. Dadanya bidang. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dan aku melihat otot tangannya yang begitu kuat. Kenapa di alam baka ada makhluk setampan ini. Ia menatap tepat ke arahku.
"Siapa kau?" Suaraku terdengar serak di telingaku.
"Aku Roland, aku menyelamatkanmu di hutan itu." Suaranya agak berat. Serasi dengan tubuhnya yang kekar.
Aku mengedipkan mataku beberapa kali. Aku mecoba bangkit dari tempat tidurku namun usahaku sia-sia ketika aku mengerang kesakitan. Ia segera meraih bahuku dan kembali menyuruhku berbaring.
"Istirahatlah. Kau terluka sangat parah dan kehilangan banyak darah. Untuk aku datang sebelum terlambat. Aku membawamu ke rumahku. " Jelasnya sambil membenarkan selimut di atas tubuhku yang sedikit tersingkap akibat gerakanku barusan.
"Rumah?" Tanyaku dengan alis bertaut.
"Ya, ini rumahku. Tenanglah, aku tidak akan melukaimu. Aku hanya berniat menolong mu." Jelasnya seolah meyakinkan diriku bahwa dia tidak berbahaya.
"Jadi aku belum mati?" Tanyaku melotot ke arahnya.
"Kau masih berada di dunia ini." Jawabnya sambil tersenyum miring.
"Apa?" Aku tak percaya.
Aku belum mati. Ya, aku masih hidup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Chandra Dollores
spadaaaaaaaa....
q sering baca vampir laki
baru ini vampir pere... intip ahhhh
2023-07-15
0
Azkya 2021
bagus banget
2023-07-10
0