Bab 17

"Aku membutuhkan bantuan dari si manusia brengsek yang kau cintai itu." Damon bangkit dari sofa dan berjalan ke arah pintu.

"Kau mau kemana?" tanyaku sambil berdiri dari sofa tempatku duduk.

"Mencari pria yang kau cintai," cibirnya.

"Maksudmu Roland?" Aku bertanya dengan mata melotot.

"Jadi pria yang kau cium semalam bernama Roland?" Kini nada bicara Damon seperti menyembunyikan kecemburuan.

Aku memutar bola mataku mendengar ucapannya.

"Untuk apa kau mencarinya?" Aku melangkah dan berdiri tepat di hadapannya.

"Tentu saja untuk mencari informasi. Aku tidak mungkin memintanya untuk kembali ke pelukanmu!" ujarnya sinis.

"Berhentilah bicara seolah kau cemburu!" ujarku tak kalah sinis dari nya.

Dia mendengus dan berjalan keluar meninggalkan ruang tamu.

"Aku akan ikut denganmu." Aku mengikutinya tanpa meminta persetujuannya.

"Hei. Bagaimana denganku?" Erick berteriak dari dalam ruang tamu.

"Kau di sini saja!" Teriakku dari arah halaman.

Aku mendengar umpatan Erick dari arah ruang tamu.

"Kau mengasuhnya seperti anak kecil." Damon tertawa padaku.

"Ya, dia seperti adik bagiku." Aku berkata pada Damon.

Kami mengendarai mobilku. Aku membiarkan Damon yang menyetir. Aku menghubungi Roland di ponsel. Namun dia tidak mengangkat ponselnya. Apakah dia masih marah padaku? Apakah dia marah karena aku mengusirnya dari rumah atau dia marah karena tadi dia sempat melihatku berpelukan dengan Damon di balkon? Entahlah. Kisah cintaku sepertinya lebih rumit dari pada situasi di kota ini.

Damon melaju kencang ke arah pusat kota. Kami berharap bisa menemukan Roland di sana. Mungkin Roland akan berpatroli di sana bersama dengan polisi lainnya. Jadi Roland adalah seorang polisi yang juga anggota klan pemburu vampir. Apakah ada harapan bagi kami untuk bisa bersama? Aku menepiskan pikiranku. Saat ini aku harus fokus untuk mencari biang kerok pengacau kota.

Kami sampai di pusat kota. Aku dan Damon keluar dari mobil dan melihat ke sekeliling taman kota. Tak nampak tanda-tanda keberadaan Roland di sana.

"Dimana si brengsek itu?" Tanya Damon padaku.

"Berhentilah memanggilnya dengan sebutan itu!" ujarku.

Damon mendengus kesal mendengar diriku membela Roland.

"Mungkin kita harus mencarinya ke rumahnya." Aku memberinya saran.

Damon mengangguk menyetujui saranku. Kami kembali ke dalam mobil dan berkendara menuju ke rumah Roland. Aku memberitahu Damon tentang jalan menuju ke rumah Roland. Damon mengikuti petunjukku meskipun wajahnya kelihatan kesal. Jelas sekali dia cemburu pada Roland. Aku tidak pernah menyangka akan berada di posisi seperti ini.

Kami berdua sampai di rumah Roland. Aku dan Damon turun dari mobil. Aku melihat mobil Roland terparkir di depan rumahnya artinya Roland sedang berada di rumah.

Aku berjalan ke arah pintu depan. Damon berjalan di sampingku. Aku mengetuk pintu itu. Terdengar langkah kaki dari dalam rumah yang mendekati pintu. Pintu itu berderit membuka dan tampaklah Roland mengenakan celana jeans dan kaos berwarna hitam dengan pistol yang selalu tersemat di pinggangnya. Melihatnya berdiri di depanku membuat hatiku seperti berdebar-debar. Aku benar-benar seperti remaja yang sedang kasmaran. Aku menatap wajah Roland yang terkejut melihat kami berdiri di depan pintunya.

"Wow, untuk apa sepasang vampir mencari ku di siang bolong begini?" Dia berkata dengan nada sinis.

"Aku ingin bicara kepadamu." Aku menjawabnya dengan sopan. Aku berusaha menutupi kegugupanku berada di dekatnya. Sial. Kenapa aku begitu gugup.

Roland mengangkat alisnya sambil menatapku.

"Dimana pacarmu yang waktu itu bersamamu di sini? Apakah kau sudah putus dengannya? Apakah kini kau sudah memiliki teman kencan yang baru?" Dia melontarkan kalimat itu dengan sangat sinis.

Aku mengabaikan pertanyaannya.

"Aku ingin kita bekerja sama." Kali ini Damon yang bicara. Dia mengatakan itu dengan nada sinis yang sama.

"Ini pacarmu yang baru?" Roland masih mengabaikan Damon. Dia masih mengunci tatapannya padaku.

"Pria yang waktu itu bersamaku di sini, ia adalah Erick. Dia seperti adikku." Aku menjelaskan padanya.

"Oh, rupanya yang ini pacarmu." Dia menunjuk ke arah Damon.

"Jaga ucapanmu! Atau aku akan mencabik-cabik dirimu!" Damon mengancam Roland dengan nada penuh emosi.

"Hah, kau pencemburu rupanya." Roland mengucapkan kalimat itu dengan senyum sinis.

"Hentikan omong kosong mu!" Aku menatap Roland. "Jika kau ingin menghentikan kekacauan yang terjadi di kota, kita harus bekerja sama menangkap vampir yang masih berkeliaran di luar sana mencari korban berikutnya." tambahku.

"Vampir memburu vampir?" Dengusnya. "Aku sulit mempercayai ini." Dia tertawa.

"Dengar, aku bisa menjelaskan ini asalkan kau mau membantu kami." Aku berusaha sabar menghadapi Roland.

"Baiklah." Dia membuka lebar pintunya dan mempersilahkan kami masuk.

Aku dan Damon masuk dan duduk di ruang tamunya. Aku kembali mengamati sekeliling. Tepat ini masih sama persis seperti ketika aku dan Erick datang kemari beberapa waktu yang lalu. Damon duduk tepat di sampingku. Paha kami saling bersentuhan. Mungkin Damon sengaja duduk begitu dekat denganku karena ia ingin Roland melihat kedekatan kami.

Aku melihat Roland menatap ke arah kami. Aku melihat api cemburu di matanya. Kalau begitu pastilah Roland juga menyukaiku. Jika dia tidak menyukaiku, dia tidak akan menatap cemburu seperti itu. Pikiran itu membuat aku senang.

"Apa yang kalian inginkan?" Roland bertanya tanpa basa-basi.

"Kau adalah seorang anggota pemburu vampir." Damon menyunggingkan senyumnya seolah mengingatkan Roland bahwa dirinya pernah membohongiku.

Aku melihat Roland melirik ke arahku dengan tatapan bersalah.

"Kau pasti memiliki berbagai informasi tentang spesies kami. Aku membutuhkan informasi itu untuk menangkap si brengsek sialan ini." Damon mengucapkannya dengan tegas.

"Lucu sekali," ujar Roland sambil tertawa. "Vampir meminta bantuan pada pemburu vampir untuk menangkap vampir!" Kali ini ia tertawa terbahak-bahak.

'Hentikan!" Aku bangkit dari sofa dengan amarah yang seolah membuat kepalaku mendidih.

Roland menatap ke arahku.

"Kau seharusnya malu!" Aku menunjuk ke arah Roland. "Kau sengaja mempermainkan aku dan berpura-pura bahwa kau yang menyelamatkan aku malam itu hanya agar aku merasa berhutang budi padamu!" Aku mengucapkan kalimat itu sambil terengah-engah karena emosi.

Roland mengernyitkan dahinya.

"Aku memang menyelamatkanmu malam itu!" Dia mengucapkannya dengan sungguh-sungguh. "Aku berani bersumpah bukan aku yang menusuk dirimu!"

Aku menelan ludah dan menatapnya tak percaya. Bukan dia? Lalu siapa pria bertopeng yang menusukku malam itu?

"Ada banyak anggota pemburu vampir di kota. Aku bukanlah satu-satunya yang ada di kota ini." Dia mengucapkannya sambil duduk di seberangku.

"Ada orang lain yang mengetahui identitas asliku," aku mengucapkannya dengan pelan.

Roland mengangguk perlahan.

"Aku membutuhkan informasi mengenai vampir yang menyerang manusia secara terang-terangan. Hal ini pasti dilakukan vampir yang usianya ribuan tahun." Damon menjelaskan pada Roland. "Dia dengan berani menentang peraturan Sang Dewa Kegelapan."

Roland mencerna ucapan Damon.

"Kenapa kau begitu percaya bahwa aku akan berada di pihakmu?" Tanya Roland pada Damon.

"Karena kita berdua tahu, kau tidak mungkin melukai Scarlett." Damon dan Roland saling menatap satu sama lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!