Bab 3

Aku berjalan di trotoar. Mungkin sudah sepuluh menit sejak aku meninggalkan rumah itu. Tapi sepertinya aku masih tidak berjarak begitu jauh dengan rumah pria yang tadi ku tinggalkan. Luka ini membuatku berjalan lebih lambat dari biasanya. Bukannya terbiasa berjalan pelan, tapi aku lebih memilih untuk berbaur dengan manusia untuk saat ini.

Bagi kami kaum vampir, seiring dengan bertambahnya usia maka kecepatan kami meningkat. Kami bisa pergi jauh melintasi kota hanya dengan berlari dan terbang. Namun kekuatan supernatural itu hanya kami lakukan saat malam hari saja. Di siang hari kami menyerupai manusia pada umumnya. Kami mengendarai mobil dan mengikuti tren fashion dan teknologi masa kini.

Bagi manusia, kami terlihat mempesona karena itu adalah ciri alamiah vampir dimana semua vampir berwajah tampan dan cantik. Itu memang hukum alam agar mangsa kami merasa terpesona dengan keelokan wajah dan fisik kami. Tapi di kalangan para vampir, akulah yang paling cantik.

Malam itu aku berjalan mencari toko pakaian untuk mencari pakaian yang cocok denganku. Beberapa orang yang berjalan di sekitar trotoar melirikku. Mungkin penampilanku terlihat begitu aneh karena aku mengenakan kemeja dan celana kedodoran. Tapi itu semua akan termaafkan oleh paras cantikku dah tubuhku yang begitu sempurna. Ah, aku kembali teringat bekas luka di samping tubuhku, aku tak lagi sempurna tanpa cela. Pikiran itu menggangguku.

Aku akan mencari Pemburu itu setelah aku benar-benar pulih. Ia akan mendapat ganjaran setimpal karena telah mencelakai ku. Ia harus tahu bahwa ia menyerang vampir terkuat di sini. Ia akan menyesali perbuatannya. Untuk saat ini aku harus fokus memulihkan diriku dulu. Mungkin akan butuh waktu dua hari untuk kembali membuat tubuhku merasa segar.

Aku melihat sebuah toko pakaian yang terlihat sepi pengunjung. Saat itu sudah malam ketika aku pergi meninggalkan rumah itu. Artinya aku pingsan selama hampir 24 jam. Sial. Aku segera memasuki toko itu dan melihat hanya ada beberapa orang yang sedang memilih pakaian. Baguslah. Akan jauh lebih mudah bagiku untuk menggunakan kekuatan kompulsi ku di tempat yang sepi seperti ini.

Aku melirik ke arah kasir. Di sana tampak seorang wanita muda yang terlihat culun sedang melayani seorang pembeli yang mau membayar. Biasanya manusia dengan penampilan seperti itu memiliki kekuatan mental yang lemah hingga tidak perlu menghabiskan energi yang terlalu banyak bagiku untuk untuk bisa memanipulasi ingatannya dan menghapus ingatannya tentangku.

Aku kembali melangkah dengan anggun memilih beberapa gaun yang sesuai dengan seleraku. Setelah aku merasa puas dengan memilih beberapa pakaian, aku melihat sekeliling untuk mencari kesempatan. Ketika toko mulai semakin sepi pelanggan, aku berjalan mendekati kasir dengan menggendong setumpuk pakaian. Kali ini aku terpaksa 'mencuri' karena kartu kreditku yang tanpa batas ada di rumahku dan kali ini aku tidak membawa uang sepeserpun. Biasanya aku membeli barang apapun dengan uang yang aku miliki. Aku memiliki kekayaan dan uang yang berlimpah karena aku sudah hidup begitu lama. Tapi kali ini aku terpaksa bertindak seperti 'pencuri' karena kondisi darurat. Aku mendekati wanita kasir itu.

"Selamat malam." Sapanya dengan wajah ramah yang berlebihan.

Aku menatap tajam matanya dan melakukan aksi kompulsi ku,

Beberapa menit kemudian aku keluar dari toko itu mengenakan gaun berwarna violet sambil membawa beberapa bungkus pakaian. Aku melangkah dengan anggun di sepanjang trotoar. Beberapa laki-laki yang melihatku tak berkedip karena pesonaku. Aku mengerling pada mereka dan melanjutkan berjalan. Aku mengarah ke tempat sepi. Berjalan selama ini membuat aku bosan. Aku perlu terbang untuk segera mencapai rumah. Namun aku harus mencari tempat sepi terlebih dahulu. Di belokan jalan terakhir aku melihat ke sekeliling.

Aku berjalan ke balik gedung tinggi yang telah tutup. Aku memeriksa sekeliling dengan tatapan mataku yang mampu melihat di dalam kegelapan dan aku mendengarkan suara-suara yang bisa ditangkap oleh telingaku dari jarak yang tidak dapat dijangkau oleh manusia. Kami adalah makhluk yang dapat melihat dalam kegelapan dan memiliki kemampuan pendengaran yang luar biasa yang tidak mampu ditangkap oleh telinga manusia.

Setelah aku yakin bahwa aku benar-benar aman dan memastikan bahwa tidak ada manusia dalam jarak 300 meter dariku, aku mulai berubah wujud menjadi kabut asap dan meluncur ke arah rumahku.

Aku sampai di rumahku. Betapa menyenangkannya sampai d rumah sendiri setelah 24 jam terkapar tak berdaya di tempat lain. Tidak semua vampir memiliki kemampuan seperti yang ku miliki. Hanya segelintir vampir yang berusia ribuan tahun yang mampu berubah wujud menjadi kabut asap. Namun transformasi itu seolah menguras energiku. Mungkin ini efek racun dari serbuk pohon oak. Efeknya akan bertahan selama kurang lebih dua hari di dalam sistem tubuhku. Pemburu itu akan membayar apa yang telah ia lakukan padaku. Aku mengepalkan tanganku dengan penuh dendam. Berani-beraninya Pemburu itu menyerang ku. Ia tidak tahu bahwa yang di serangnya adalah Dewi Kegelapan. Ia akan segera membayar perbuatannya.

Aku menuju kamarku dan meletakkan beberapa pakaian yang tadi ku dapat dari toko itu ke dalam lemariku. Meskipun aku adalah makhluk terkutuk, namun aku menyukai kemewahan yang ada di dalam dunia manusia. Aku memilih rumah besar dan mewah untuk ku tinggali di sini. Aku juga memiliki berbagai peralatan canggih dan beberapa mobil mewah dengan edisi terbatas di garasiku. Aku memiliki seorang pelayan wanita yang telah bersumpah setia padaku. Ia adalah seorang werewolf yang telah terikat sumpah dan tidak boleh melanggar sumpah. Sumpah kuno yang mengikat makhluk immortal tidak bisa dilanggar meskipun mereka harus mengorbankan nyawa. Ia mendengar ku kembali ke rumah.

"Akhirnya kau kembali." Dia berlari menghampiriku dan berhenti dalam jarak satu meter di depanku untuk melihat kondisiku dari atas kepala sampai kaki.

"Aku baik-baik saja." Ujarku menenangkannya. Bagiku dia bukan hanya seorang pelayan, melainkan seperti saudara yang selalu ada untukku. Dia menjaga ku seperti seorang kakak yang menjaga adiknya.

"Aku hampir gila karena mengkhawatirkan mu. Bahkan ponselmu tidak bisa dihubungi." Dia terlihat begitu panik. "Apa yang terjadi?" Tanyanya penasaran.

"Aku mengalami kecelakaan kecil." Ujarku singkat sambil melenggang ke arah kulkas mengambil sekantong darah dingin. Aku menyeruput darah itu dan memejamkan mata menikmati kenikmatan cairan yang berasal dari manusia. Aku tidak menjawabnya. Aku tidak ingin membuatnya khawatir. Aku menghabiskan darah itu dan membuang kantong plastiknya k dalam sampah.

"Jangan ceroboh." Ujarnya. "Lain kali aku akan menemanimu keluar agar hal seperti ini tidak terjadi lagi." Ujarnya.

Aku memutar bola mata mendengarnya.

"Aku mau mandi." Ujarku agar dia meninggalkanku dan berhenti menatapku dengan mata penuh kekhawatiran seperti seorang ibu yang menjaga anaknya.

Ia berbalik dan pergi meninggalkanku. Selama ini, hanya dia yang menerimaku dengan seutuhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!