Aku masih terkejut dengan kemunculan pria itu yang masih mengingatku. Aku meyakinkan diriku sendiri bahwa aku sudah melakukan kompulsi kepadanya sebelum aku kabur dari rumahnya. Apakah saat ini kekuatan supernatural ku mulai berkurang karena serangan malam itu? Ataukah pria yang saat ini sedang menatapku memiliki kekuatan untuk menangkal kompulsi ku? Makhluk apakah dia sebenarnya?
Aku yakin dia adalah manusia, karena aku bisa mendengarkan detak jantungnya aku bisa melihat urat nadi yang senantiasa berdenyut di lehernya. Aku juga mencium aroma darah khas manusia yang merangsang sistem pemangsa dalam radar vampirku. Tapi kenapa kompulsi ku tidak berfungsi dengan baik padanya? Ah, pertanyaan ini mengganggu pikiranku. Artinya kali ini aku menghadapi masalah yang rumit. Ada vampir lain di kota yang sengaja secara terang-terangan memangsa manusia dan aku masih belum tahu siapa pelakunya.
Masalah kedua adalah aku harus menemukan pemburu yang menyerang ku dan aku ingin melihat wajah di balik topeng itu. Masalah ketiga adalah pria yang saat ini sedang menatapku seolah tak berkedip.
"Aku tidak ingat pernah berjumpa denganmu." Ujarku sambil melenggang ke arah pintu dan aku menggandeng lengan Erick untuk mengajaknya segera pergi dari tempat itu dan menghindari pria itu.
"Omong kosong!" Dengusnya dan menghalangi langkah kami. "Kau berpura-pura tak mengenalku padahal kau nyaris mati jika aku tak menemukanmu!" Ia memajukan wajahnya ke arahku.
"Dengar, aku sedang sangat sibuk dan aku tidak ingin bermain-main denganmu. Sebaiknya kau pergi sebelum kau menyesali perbuatanmu!" Ancamku dengan alis terangkat untuk mengintimidasinya.
"Dasar tak tahu berterimakasih!" Dengusnya.
Erick meninjunya, membuat pria itu terhuyung ke belakang sambil memegangi rahangnya. Ia melangkah ke depan untuk membalas.
Namun aku segera melangkah dan berdiri di antara mereka berdua. Bukan untuk melindungi Erick namun lebih untuk melindungi pria itu dari pukulan Erick. Pria itu bukanlah tandingan Erick. Karena aku merasa berhutang budi pada pria itu jadi tidak ada salahnya jika aku saat ini melindungi dia dari pukulan Erick.
"Hentikan!" Desisku dengan mata melotot ke arah Erick.
Erick membuang muka dan merasa muak karena ia merasa aku membela si manusia. Sebenarnya aku tidak ingin memancing perhatian di tempat seperti ini. Aku tidak ingin membuang energiku untuk menghapus ingatan-ingatan manusia yang nanti menonton perkelahian kami. Bagi vampir seperti kami, tak butuh tenaga banyak untuk melenyapkan si pria yang kini seolah menantang kami dengan mata tajamnya. Namun aku menjunjung tinggi moral dan aku menghargai nyawa mereka begitu pun nyawa pria itu meskipun saat ini aku merasa jengkel bukan kepalang padanya. Kenapa dia muncul di saat yang genting seperti ini. Padahal aku dan Erick harus segera bergerak untuk mencari dalang di balik pembunuhan yang banyak memakan korban di kota.
Aku melihat Erick menatap tajam ke arah mata pria itu. Aku tahu persis apa yang akan dilakukannya. Pasti dia akan memanipulasi ingatan si pria. Aku ragu apakah Erick akan berhasil. Aku saja tidak berhasil melakukannya.
"Kau akan melupakan apa yang kau lihat dan kau lakukan barusan. Kau bahkan akan melupakan bahwa kau pernah bertemu kami." Ujar Erick dengan nada yang rendah untuk memasukkan sugesti pada pria itu.
Aku kembali menatap pria itu dan terkejut ketika pria itu menonjok wajah Erick.
"Apa yang kau lakukan padaku, Bangsat? Kau pikir kau siapa?" Kini aku melihat pria itu benar-benar emosi. kemarahan tampak di matanya yang seperti elang.
Erick memegang pipi kirinya bekas tonjokan pria itu. Aku melihat bahwa dirinya telah dikuasai amarah. Selama menjadi vampir, ia tak pernah diintimidasi oleh manusia yang dianggap makhluk paling lemah di jagat raya. Saat ini ia malah mendapatkan tonjokan di pipinya yang berasal dari seorang manusia yang sok kuat.
"KAU!!!" Erick segera menerjang ke arah pria itu namun aku menghentikannya. Untunglah aku bergerak jauh lebih cepat daripada dirinya, kalau tidak, mungkin pria itu telah berpindah alam saat ini.
"HENTIKAN!!!" Ujarku tegas. Mereka berdua terdiam kaku melihat aku memasang wajah tegas.
"Kau tidak tahu siapa aku!" Erick mendesis ke arah pria itu.
"Erick, cukup!" Ancamku.
Dia terdiam mendengar ancaman ku.
"Hah! Kalian terlihat romantis sekali." Ujar pria itu dengan nada mengejek.
"Katakan apa yang sebenarnya kau inginkan dariku!" Ucapku langsung pada intinya.
Seandainya dia tidak setampan itu pasti aku telah menonjok wajahnya yang rupawan.
Dia mendengus dan tertawa mendengar ucapanku. Sial. Kenapa aku harus bertemu pria seperti ini.
"Kau bicara seolah-olah aku ingin menagih balas budimu terhadapku, Nona." Dengusnya.
Aku memutar bola mataku mendengarnya. Sial. Aku hampir saja kehilangan kesabaran.
"Katakan berapa uang yang harus ku bayar atas jasamu menyelamatkan aku. Setelah itu pergilah dan jangan ganggu aku!" Perintahku tegas.
"Kau pikir segala hal di dunia ini bisa kau bayar dengan uang?" Tanyanya dengan mengangkat satu alisnya dan memajukan wajahnya hingga berjarak satu sentimeter dari wajahku. Aku bisa melihat warna iris matanya yang cokelat dan guratan halus di wajahnya. Dia terlihat lebih seksi dengan gaya mengancam seperti itu. Aku menepiskan pikiran itu dari benakku.
"Lalu apa yang harus aku lakukan agar terbebas darimu, Brengsek?" Tanyaku tak sabar.
"Ada banyak hal yang harus ku tanyakan padamu. Kenapa kau bisa pulih secepat itu?" Ada nada mengancam yang tersirat dalam suaranya.
"Jangan berani-beraninya kau bicara dengan nada seperti itu padanya!" Ancam Erick pada pria itu.
Pria itu tertawa mendengar ucapan Erick seolah dia sedang menghadapi sepasang remaja nakal.
"Aku penasaran makhluk apa dirimu sebenarnya." Dia berbisik di telingaku. Caranya bicaranya seolah mengisyaratkan padaku dia mengetahui bahwa aku bukan manusia.
Aku terkesiap mendengar ucapannya. Aku juga merasakan Erick terkesiap di sampingku meski aku tidak melihat ke arahnya.
"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." Jawabku seolah aku benar-benar tidak tahu.
"Jangan berbohong padaku. Aku bisa melihat ketegangan dalam matamu." Dia masih berbisik namun kali ini tidak di telingaku melainkan tepat di depan wajahku dan dia tersenyum menampakkan giginya yang berbaris rapi. "Aku tidak mendengar detak jantungmu semalam, namun aku bisa merasakan kau bernafas. Aku melihat lukamu begitu parah ketika aku pertama kali menemukanmu di hutan, namun setelah semalam berada di kamarku, luka itu hanya meninggalkan bekas kecil seukuran koin. Kulitmu begitu dingin tidak seperti kulit manusia pada umumnya. Kau tidak memiliki bayangan di cermin." Kali ini dia berdiri tegap namun matanya menatapku tajam dengan penuh ancaman.
Brengsek. Ternyata dia meletakkan cctv di kamar mandi dan dia benar-benar mengawasi ku. Dia sudah tahu yang sebenarnya tentang diriku. Ini bukanlah hal yang bagus. Aku menggertakkan rahang. Aku memutar otak mencari jalan keluar dari situasi yang sulit ini. Kenapa saat ini otakku malah tidak mau menuruti perintahku. Aku tidak melihat ada jalan keluar dari situasi yang sedang ku hadapi, bahkan aku tidak bisa menggunakan kompulsi ku pada pria ini.
"Roland!" Terdengar sebuah suara dari arah samping Cafe yang memanggil pria itu. Ia menoleh ke arah suara itu dan melambaikan tangan.
Ya, sekarang aku ingat, pria itu bernama Roland. waktu itu dia memperkenalkan dirinya padaku ketika aku masih menjadi "tawanan" di kamarnya.
"Dengar, jika kau mau bekerja sama denganku, maka aku akan tetap merahasiakan identitasmu. Jika tidak ... " Ia terdengar mengancam dengan senyum miring yang ditujukan untuk membuatku terintimidasi.
Sepertinya kali ini jumlah musuhku bertambah. Bukan hanya si pemburu melainkan si makhluk tampan ini seolah akan menjadikanku musuhnya.
"Baiklah." Aku menyetujui permintaannya.
Erick mendengus tak percaya dengan keputusanku. Namun aku akan membuktikan padanya bahwa apa yang aku lakukan adalah pilihan yang terbaik bagi kami. Aku akan melakukan segala cara untuk melindungi diriku dan teman-temanku yang sudah seperti keluargaku sendiri. Jika saat ini aku tidak bertindak dengan hati-hati, maka bukan hanya diriku yang terancam melainkan Leda dan Erick juga terancam. Mereka berdua seperti saudara bagiku. Aku harus melindungi mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Chandra Dollores
aq bacanya bukan perkelahian tp benih cinta merekahhh
ahhh romantisnya pang kalian dua
hahaahah
((efek kebanyakan baca CEO))
2023-07-16
1