Bab 20

Aku merasa terdistraksi. Aku merasakan lantai di bawah kakiku. Namun tubuhku terasa seperti bergoyang. Mungkin ini adalah efek dari teleportasi beberapa saat lalu. Menjadi kabut dengan cara dipaksa seperti tadi membuat aku sedikit pusing. Aku kini berada di sebuah ruangan kosong. Ini seperti kamar namun tidak ada perabotan apa pun di dalamnya. Ruangan ini kosong.

Aku melihat Victor berdiri di depanku dengan mulut menyeringai yang menapakkan taringnya. Ia seperti hewan buas. Wajahnya sama sekali belum berubah sejak beberapa ribu tahun silam. Ia masih Victor yang dulu. Sang Pembunuh. Ia adalah iblis. Wajahnya tirus dan tampak mengerikan. Ia tampak tua. Matanya memancarkan keserakahan. Bibirnya begitu tipis.

Aku tidak mengerti kenapa perubahannya menjadi vampir malah membuatnya terlihat tua dan menyeramkan. Seharusnya vampir tampak mempesona namun Victor malah mendapatkan tampang yang sebaliknya. Ia justru tampak semakin mengerikan dibandingkan ketika dulu ia masih seorang manusia. Apakah ada yang salah dengan mantranya?

Dulu ia mencari Si Bijak Yang Terlupakan dan memaksa penyihir itu untuk melakukan ritual agar dirinya menjadi immortal. Awalnya penyihir itu menolak karena kebenciannya pada Victor. Namun Victor memaksanya dengan menyiksa Si Penyihir. Akhirnya Si Bijak Yang Terlupakan menuruti keinginan Victor. Namun setelah ritual itu selesai, Victor membunuh penyihir itu.

Mungkinkah ada yang salah dengan mantranya sehingga Victor tidak mendapatkan pesona alamiah vampir? Kejadian itu terjadi selang beberapa hari setelah aku diubah menjadi vampir oleh si penyihir. Aku kabur ke tempat yang jauh untuk menghindari kejaran Victor. Hingga pada suatu malam Victor tertangkap dalam peristiwa pembakaran massal. Aku melihatnya tertangkap dan dibakar bersama vampir lainnya. Apakah dulu aku salah lihat? Apakah bukan Victor yang dulu ditangkap oleh klan Pemburu Vampir?

Victor tertawa di depanku seolah dia mengetahui apa yang sedang aku pikirkan saat ini.

"Kau heran karena aku masih hidup?" Ia mengatakan itu sambil tertawa.

"Aku melihatmu tertangkap malam itu." Aku menjawabnya.

"Aku adalah makhluk abadi. Aku tidak bisa mati!" Dia mengatakan itu dengan nada bangga.

"Aku melihatmu dibakar waktu itu!" Aku mengucapkannya dengan tegas.

Dia tertawa mendengar apa yang aku katakan. Dia tampak semakin mengerikan ketika tertawa seperti itu.

"Api tidak bisa membunuhku! Aku bahkan bisa menyalakan api di tanganku!" Tawanya semakin kencang.

Apa? Dia bisa menyalakan api di tangannya? Kenapa dia memiliki kekuatan semacam itu? Aku lebih tua darinya meskipun hanya dalam hitungan hari, tapi aku tidak bisa menyalakan api di tanganku. Kenapa dia memiliki kekuatan yang tidak aku miliki? Kami diubah oleh penyihir yang sama. Namun kenapa kami memiliki kekuatan yang berbeda? Apakah mantranya salah? Ataukah penyihir itu sengaja menggunakan mantra yang berbeda? Seharusnya penyihir itu memberikan kekuatan api padaku bukannya pada Victor, sosok yang dia benci.

"Aku akan menjadi Dewa Kegelapan!" Kali ini tawanya terdengar menggelegar.

Dia selalu haus kekuasaan. Dulu dia ingin menjadi Raja Babilonia. Nampaknya hal itu tak cukup baginya. Ternyata dia ingin menjadi Dewa Kegelapan! Kini aku mengerti kenapa ia sengaja dengan terang-terangan menentang aturan yang telah diberlakukan oleh Sang Dewa Kegelapan selama seribu tahun. Ia ingin memberontak. Ia ingin melawan Sang Dewa Kegelapan. Ia ingin menjadi Dewa Kegelapan. Dasar makhluk serakah!

"Kau tidak akan pernah berhasil." Aku mengucapkannya dengan nada mengejek.

Ia berhenti tertawa mendengar ucapanku. Ia menatap ku dengan matanya yang menakutkan.

"Aku berhasil membawamu kemari," ujarnya sambil melangkah mendekat ke arahku. "Aku akan membawa Sang Dewa Kegelapan ke sini kemudian membunuh kalian berdua!" Ia kembali tertawa terbahak-bahak.

Aku terus melangkah mundur. Aku menabrak dinding dan tidak bisa lagi menghindar dari nya. Ia terus mendekati aku dengan wajahnya yang mengerikan dan tatapan matanya yang mengancam. Ia mencekik leherku dengan kencang. Aku menarik tangannya dan berusaha melepaskan diri. Namun dia terlalu kuat! Aku merasakan nafasku tersentak keluar ketika dia membanting tubuhku ke lantai. Aku segera bangkit dan menghambur ke arahnya untuk menerjangnya. Namun ia menghambur ke depan dan menangkap ku. Dia memelintir lenganku ke belakang punggungku.

"Ternyata kau tidak memiliki kekuatan apa pun layaknya seorang putri!" Dia mengejek ku.

"Aku akan membunuhmu! Aku akan membalaskan dendam ayah dan ibu ku!" Aku berteriak padanya.

"Coba saja." Dia terus mengejekku. "Kau tak akan hidup lama setelah ini." Dia semakin mempererat cengkraman tangannya di tanganku.

Aku berusaha melepaskan tanganku namun cengkraman tangannya begitu kuat. Aku tidak berhasil melepaskan tanganku. Aku meronta berusaha melepaskan diri. Dia kembali melemparkan diriku. Kali ini aku melayang dan menghantam dinding. Aku melihat dinding itu retak karena kerasnya hantaman tubuhku. Aku merasa agak pening. Aku hendak bangkit namun Victor telah menghambur ke arahku dan meninju wajahku.

Aku melihat kilatan belati perak di tangannya. Victor mengarahkan belati itu ke bahuku. Aku menjerit kencang. Ia sengaja ingin menyiksaku. Ia memutar belati itu untuk menyiksaku dengan rasa sakit. Aku merasakan air mataku mengalir di pipiku. Rasa sakit di bahuku terasa membakar. Pandanganku mulai terasa kabur. Aku merasakan kesadaran berkurang. Aku melihat bayangan ayah dan ibuku di benakku. Aku mengingat semua kenangan masa kecilku bersama orang tuaku. Aku melihat negeriku yang makmur sebelum Victor memporak-porandakan negeriku.

Aku teringat ketika ayahku menggendongku sambil berkeliling istana. Aku melihat bayangan ibuku yang sedang berjalan diiringi para dayang dengan senyum merekah di wajah cantiknya. Aku merasakan air mataku semakin mengalir deras. Aku mengingat Leda. Bagaimana dia sekarang? Mungkin dia menangis karena mengkhawatirkan aku. Aku mengingat Erick. Dia seperti seorang adik bagiku. Bagaimana dengan Damon? Dia pasti akan mencari diriku. Bayangan terakhir adalah yang paling menusuk hatiku. Aku mengingat wajah Roland. Aku belum sempat mengatakan bahwa aku mencintainya. Ya, aku mencintai Roland.

Seandainya aku bisa selamat dari cengkraman Victor, aku bersumpah aku akan mengatakan pada Roland bahwa aku mencintainya. Aku tidak peduli bahwa kami spesies yang berbeda. Aku akan mencintai Roland dengan segenap hatiku. Roland. Aku mencintaimu. Sedang apa dia saat ini? Apakah saat ini dia sedang memikirkan aku seperti aku memikirkan dirinya? Kesadaranku semakin menghilang. Aku membiarkan kegelapan menyelimuti diriku.

Aku mendengar tawa Victor yang berubah menjadi begitu samar. Kegelapan semakin menelanku. Rasa sakit di bahuku semakin melumpuhkan diriku. Sakit. Apakah kali ini aku benar-benar akan menyusul ayah dan ibuku? Pikiran itu membuatku tersenyum. Tidak. Aku masih ingin bertemu kembali dengan Roland. Aku harus menyatakan perasaanku padanya! Roland ... Tolong aku! Aku menjerit dalam hati. Aku berharap Roland akan datang menyelamatkan aku. Kegelapan menelanku semakin dalam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!