"Vampir ini selalu menyerang korbannya di malam hari. Mungkin sebaiknya kita harus waspada nanti malam. Aku memiliki beberapa peluru perak. Kemungkinan besar aku bisa melumpuhkannya dengan peluru itu. Bukankah kalian lemah akan perak?" Kalimatnya lebih untuk menekankan daripada bertanya.
Aku mengangguk padanya.
Roland bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah meja yang terletak di samping perapian. Ia membuka laci meja itu dan mengeluarkan beberapa peluru perak. Ia juga mengeluarkan belati perak dari dalam laci tersebut. Aku melihat belati itu dan aku merasa merinding. Belati yang sama seperti belati yang dipegang Roland telah menusukku beberapa malam yang lalu. Aku penasaran apakah Roland juga memiliki serbuk pohon oak. Namun rasa penasaranku tidak terjawab. Roland segera menutup laci mejanya dan menguncinya kembali.
"Apakah kau tidak menyediakan air suci seperti dalam film Van Helsing?" Damon bertanya dengan nada mengejek.
Roland mengabaikannya.
"Malam ini kita akan berpatroli. Aku membutuhkan seorang umpan untuk memancing vampir itu." Roland mengatakan itu sambil menatap kami berdua.
"Maksudmu manusia untuk umpan?" Aku bertanya sambil mengerutkan alis padanya.
"Tentu saja." Ujarnya dengan nada polos.
"Bagaimana jika vampir itu benar-benar melukai si manusia yang kita jadikan umpan?" Aku bertanya penasaran.
"Kau meragukan kemampuanku, Nona." Roland berkata sambil menatapku. "Bahkan aku berhasil mengikat vampir berusia ribuan tahun dengan rantai perak beberapa hari yang lalu di rumah ini." Ia mengucapkannya sambil mengerling ke arahku.
"Bajingan Kau!" Damon berdiri dan hendak menyerang Roland.
"Damon!" Aku menarik lengan Damon dan menyuruhnya untuk kembali duduk.
Damon menuruti perintahku.
"Siapa yang akan menjadi umpan?" Damon bertanya dingin.
"Aku akan menyuruh salah satu rekanku untuk menjadi umpan." Roland menjelaskan pada kami. "Aku akan menghubunginya nanti malam."
"Apakah ini tidak terlalu berbahaya?" Aku bertanya dengan nada khawatir. Mengikutsertakan manusia ke dalam permainan ini sepertinya tampak terlalu bahaya bagiku.
"Dia adalah polisi tangguh dan juga anggota klan yang sama denganku." Roland meyakinkan kami.
Artinya dia akan menyuruh salah satu temannya yang merupakan anggota klan Pemburu Vampir untuk memancing si vampir pembuat onar. Kami menyetujuinya. Aku dan Damon bangkit dari sofa dan hendak berpamitan padanya. Aku dan Damon melangkah menuju pintu dan aku merasakan Roland menarik tanganku dari belakang. Aku berhenti dan menoleh ke arahnya.
"Scarlett, maafkan aku." Ia mengucapkannya dengan nada yang tulus.
Aku mengangguk dan berbalik menyusul Damon. Sebenarnya aku ingin tinggal di sana bersama Roland dan berlari ke dalam pelukannya sambil mendengarkan detak jantungnya yang pasti akan berdetak begitu kencang ketika aku menyentuhnya. Ah, aku membuang pikiran itu. Aku melangkah masuk ke dalam mobil. Nanti malam akan menjadi malam yang seru, pikirku.
Aku masuk ke dalam mobil. Damon menatap ke arahku. Aku menatap ke depan. Damon menyalakan mobil dan pergi meninggalkan kediaman Roland. Aku melirik ke arah spion. Aku masih melihat Roland berdiri di sana melihat kepergian kami. Apakah Roland menginginkan hal yang sama denganku? Apakah dia juga ingin memelukku seperti aku ingin memeluk dirinya? Entahlah.
Hari itu Damon mengajakku berjalan-jalan. Ia mengaku ingin menghiburku. Aku menuruti permintaannya. Kami mengarah ke arah pantai barat California. Aku memilih California sebagai tempat tinggal ku karena aku menyukai pantai dan hutan yang ada di sana. Aku selalu menyukai keindahan alam. Seolah itu mengingatkanku akan kerajaanku dulu yang begitu indah.
Dulu ketika aku masih menjadi manusia, aku sangat menyukai pantai. Aku menyukai pasir pantai yang membelai telapak kakiku. Aku menyukai suara deburan ombak yang menghantam tebing pantai. Aku menyukai aroma laut yang aku hirup. Setelah aku menjadi vampir, aku lebih sering menghirup aroma hutan. Karena hutan adalah tempat yang tersembunyi dari manusia. Aku jarang sekali bermain di pantai. Hari ini Damon mengajakku untuk melangkah di atas pasir pantai. Pantai di tepi barat California akan tampak sepi di musim dingin seperti ini. Biasanya tempat ini ramai wisatawan ketika musim panas. Namun di musim dingin seperti ini, hanya ada aku dan Damon yang berjalan di atas pasirnya yang berlapis salju. Aku berharap aku bersama Roland saat ini. Namun harapanku tidak sesuai rencana. Apakah aku memiliki masa depan dengan Roland? Entahlah.
Aku menikmati pasir pantai yang dingin di bawah kakiku. Aku merasakan angin yang membawa aroma laut. Aku berdiri menghadap laut. Aku membiarkan angin menerbangkan rambutku. Aku memejamkan mata menikmati angin laut dan kicauan burung yang terbang di atas ombak. Aku merasakan Damon memelukku dari belakang. Aku membuka mataku dan berniat melepaskan pelukannya. Namun Damon menahan ku. Ia menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Scarlett ... " bisiknya di telingaku.
Aku terdiam.
"Tak bisakah kau memberiku ruang di hatimu?" Pertanyaan itu terucap kembali.
Aku tidak menjawabnya. Aku merasakan bibir Damon di leherku. Aku merasakan tangannya melingkari dadaku. Damon menyibakkan rambutku ke bagian kiri leherku. Kini bagian kanan leherku tersingkap. Ia menelusuri leherku dengan bibirnya. Tangannya masih mendekap erat tubuhku. Aku merasakan tubuh bagian bawah Damon merespon gerakannya. Aku berusaha untuk melepaskan pelukannya namun dia semakin mempererat pelukannya di tubuhku. Kali ini ia mengecup lembut leherku. Aku mendengar nafasnya memburu di telingaku. Bibirnya bergerak naik ke telingaku. Ia menggigit kecil daun telingaku. Nafasnya semakin memburu. Aku mendengar kicauan burung di atasku yang bercampur suara deburan ombak. Bagaimana jika ada yang melihat kami? Aku mendengar Damon membisikkan namaku di telingaku.
"Damon, hentikan," pintaku memohon padanya.
Damon tak menghiraukan permintaanku. Ia semakin liar mencium leherku.
"Hentikan!" Aku nyaris menjerit padanya.
Damon melepaskan pelukannya dan memaksaku berbalik menghadapnya.
"Apa karena si manusia itu?" Ia bertanya dengan nada terluka. "Kau tak akan memiliki masa depan dengannya, Scarlett. Kalian berdua tidak akan bisa bersatu bagaikan air dan api." Dia mengucapkan fakta itu.
Hatiku teriris mendengar fakta yang ia ucapkan. Aku mengedipkan mataku agar mataku tidak jatuh. Aku tidak boleh menangis lagi. Ya, aku menyadari bahwa aku dan Roland bagaikan air dan api. Tidak akan pernah bisa bersama. Tapi salahkah diriku jika aku mengharapkan aku bisa bersamanya suatu hari nanti? Apakah salah jika aku mencintai dirinya? Bukankah cinta adalah hal yang paling berharga dalam hidup ini? Tidak bisakah sekali saja hidup ini berlaku adil terhadapku? Aku ingin merasakan mencintai dan dicintai.
Aku dan Damon kaget oleh gerakan samar yang berasal dari atas bukit yang berada di tepi tebing. Sepertinya ada seseorang di sana namun ia sudah pergi. Aku dan Damon saling berpandangan curiga. Apakah ada seseorang yang mengikuti kami?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments