Damon menyesap minumannya. Aku merasakan ponselku bergetar di dalam saku celanaku. Aku meraih ponselku dan melihat nama Roland terpampang di layar ponselku.
"Halo," jawabku.
"Aku menemukan satu mayat lagi. Sepertinya serangannya baru beberapa menit yang lalu. Namun kali ini korbannya belum mati." Nada suaranya mendesak.
"Aku akan segera ke sana," jawabku.
Aku mematikan ponselku dan berdiri dari kursiku. Damon mendengar suara percakapanku dengan Roland. Dia bangkit dari kursinya. Aku menoleh ke arahnya. Dia mengangguk kepadaku. Damon membayar minuman kami dan kami segera pegi meninggalkan bar itu menuju pusat kota tempat Roland menemukan mayat terbaru.
Aku menghubungi Erick dan Leda. Mereka juga menuju ke tempat yang sama dengan ku.
Damon menumpang mobilku. Aku memacu mobilku dengan kecepatan tinggi. Aku mengkhawatirkan Roland. Bagaiman jika serangan berikutnya ditujukan padanya? Aku menepis pikiran itu. Alisku bertaut memandang jalanan di depanku. Aku hampir saja menabrak sebuah kendaraan dari arah berlawanan, untung saja aku mampu menghindarinya.
"Sial! Kau ingin membuatku mati tertabrak mobil?" Damon berteriak dari kursi penumpang.
"Kau bicara seperti manusia." Aku meliriknya sambil tersenyum sinis. Damon memutar bola matanya mendengar ucapanku.
Aku berbelok di belokan terakhir menuju pusat kota. Di sana ku lihat mobil Roland terparkir di pinggir kolam air mancur yang berada di tengah persimpangan jalan empat arah yang terletak di pusat kota. Aku memarkir mobilku tepat di belakang mobil Roland. Aku keluar dari mobil dan melihat ke sekeliling. Tempat itu tampak lengang dibandingkan terakhir kali aku kemari. Damon berdiri tepat di sampingku. Aku melihat mobil Erick mendekat. Mereka berdua datang tepat waktu. Erick dan Leda menghampiri kami.
"Lama tidak berjumpa denganmu, Werewolf," sapa Damon pada Leda seraya tersenyum mempesona.
Leda mendengus dan mengalihkan tatapannya ke tempat lain. Leda dan Damon sudah saling mengenal sejak lama, namun mereka berdua tidak pernah bisa akur karena berbeda spesies.
Damon melihat ke arah Erick lalu menatapku sambil mengangkat sebelah alisnya penasaran.
"Erick, dia Damon. Temanku." Aku melihat mereka berdua bergantian berharap mereka bisa bekerja sama dengan baik.
"Aku Erick," ujar Erick sambil mengangkat dagu ke arah Damon.
"Bersikaplah sopan padaku, vampir ingusan!" Sergah Damon pada Erick.
"Kau!" Erick mengepalkan tinjunya ke arah Damon, namun aku menarik tangannya.
"Kau bukan tandingannya, Nak!" ujarku, "Dia jauh lebih tua dan kuat dibanding dirimu." Ujarku sambil menenangkan Erick. Erick selalu saja bersikap temperamen seperti itu.
Damon menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan mengangkat dagu ke arahnya. Aku mengabaikan dua vampir itu. Aku harus segera mencari Roland. Aku berjalan mendekati air mancur yang ada di tengah taman kota. Erick, Damon dan Leda berjalan di belakangku. Aku belum melihat tanda-tanda keberadaan Roland. Aku menoleh ke sekeliling taman. Tidak nampak Roland di mana pun. Dimana dia? Aku menajamkan pendengaranku. Tiba-tiba teriakan itu terdengar begitu menggema di telingaku. Suara teriakan itu berasal dari orang yang aku cari.
Aku segera berlari dengan kecepatan tinggi menuju ke arah suara teriakan itu. Beberapa detik kemudian aku menemukan Roland terkapar di tanah dengan berlumuran darah di lehernya. Mataku membelalak. Jantungku seolah akan meledak melihat Roland. Aku berlutut di sampingnya dan meraihnya ke pangkuanku. Jantungnya masih berdetak. Aku masih merasakan nafasnya. Dia masih hidup tapi dia pingsan. Darah masih merembes dari luka di lehernya. Syukurlah dia masih hidup. Aku mendekapnya. Aku begitu ketakutan ketika melihatnya terkapar di tanah seperti ini. Aku takut ... Kenapa aku takut kehilangan Roland? Tidak, aku tidak boleh memiliki perasaan seperti ini! Aku masih mendekapnya di pelukanku ketika suara Damon menyadarkan ku.
"Scarlett!" Ujarnya.
Aku menoleh pada mereka bertiga.
"Ada korban lain di dekat sini," ujar Leda dengan nada rendah.
Aku masih terdiam dan mendekap Roland.
"Hal buruk sedang terjadi," ujar Erick menambahkan.
Aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Di dalam pikiranku saat ini adalah aku harus segera membawa Roland ke rumahku agar dia bisa segera sembuh. Aku harus merawat luka Roland. Aku tidak tahan melihat Roland menderita seperti ini. Seolah jantungku tertusuk belati perak ketika aku melihat Roland terluka.
"Scarlett, beberapa korban lainnya belum mati," ujar Erick.
"Syukurlah," ujarku mengangguk.
Aku menatap Erick dan Leda bergantian. Mereka sepertinya terlihat begitu panik.
"Korban-korban itu sepertinya sedang bertransformasi." Erick menjelaskan dengan nada tegang.
"APA?" Aku mengerutkan kening tak percaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Chandra Dollores
ohhhhh seru serammmmmmmmnm
2023-07-17
1