Kami berempat sepakat untuk melakukan pengintaian malam itu. Aku menyuruh Leda untuk tetap tinggal di rumah namun dia menolak. Dia bersikeras untuk ikut berpatroli di kota. Aku menyetujui permintaannya. Kami berempat berpencar di empat titik yang berbeda.
Saat itu sudah tengah malam. Aku memilih untuk berpatroli di pinggiran kota dekat dengan lokasi hutan tempat aku mengalami serangan dua malam yang lalu. Roland memilih untuk berpatroli di pusat kota karena. Erick menjaga dari sebelah barat kota sementara Leda dari bagian timur kota. Kami sepakat untuk langsung saling menghubungi ketika ada hal yang mencurigakan.
Aku memilih untuk duduk di sebuah bar kecil di dekat tepi hutan. Bar itu khusus untuk para pendaki dan pemburu yang ingin menjelajah hutan. Kali ini bar itu tampak lengang. Saat ini bukan musim berburu rusa. Biasanya tempat itu akan terlihat ramai ketika musim berburu sudah dimulai. Namun kali ini tak seorang pelanggan pun tampak di sana. Aku hanya melihat si pemilik bar yang merupakan pria paro baya sedang menguap di balik meja sambil menatap layar televisi.
Aku membuka pintu bar dan melangkah masuk. Pria itu menoleh ke arahku dan matanya tidak mampu menyembunyikan kekagumannya ketika ia melihatku berjalan ke arahnya sambil tersenyum.
"Ah, mimpi apa aku semalam hingga aku memiliki pelanggan bak seorang Dewi?" Ia berkata sambil terpana menatapku.
Aku memilih sebuah kursi yang ada di seberangnya dan memesan segelas cocktail.
"Bukan saatnya berburu, heh?" ujarku basa-basi.
"Ya, belakangan tempat ini sepi pengunjung. Hanya dua malam yang lalu Roland datang ke sini." Ia mendesah dan kembali fokus menyiapkan pesananku.
Ah, Roland. Pria ini mengenalnya.
"Kau kenal Roland?" Aku bertanya sambil sedikit memiringkan kepalaku.
"Ya, dia pria yang baik. Dua malam yang lalu dia datang ke sini, katanya dia ingin melihat apakah sudah ada rusa yang berkeliaran di hutan dekat sini." Ia menyerahkan minumanku.
Ternyata Roland memang suka berburu. Pantas saja aku melihat beberapa senapan yang tergantung di dinding rumahnya dan hiasan kepala rusa yang dipajang di atas perapian.
"Omong-omong, untuk apa seorang wanita cantik datang sendirian ke tempat ini malam-malam?" tanyanya penasaran sambil menatapku.
"Hanya demi mengusir kebosanan." Aku menyesap cocktail ku.
Aku meraih ponsel di saku celanaku dan menatap layar. Saat itu pukul 01.15 dini hari. Sudah lewat tengah malam dan masih belum ada yang menghubungiku. Aku melihat ke sekeliling. Tak ada hal yang mencurigakan di sekitar sini.
Pikiranku kembali pada Roland. Bagaimana kondisi di pusat kota sekarang? Apakah Roland baik-baik saja? Kenapa aku membawa Roland ke dalam misi berbahaya para makhluk immortal ini? Kalau terjadi sesuatu pada Roland ... Ah, aku mengusir pikiran buruk ku.
Roland memang seorang manusia, namun ia manusia yang memiliki keistimewaan dan jauh lebih kuat dibandingkan manusia lainnya. Kali ini aku menyadari bahwa aku mulai menyukai dirinya. Ah, aku menepiskan pikiranku. Aku tidak boleh menyukai manusia! Mereka makhluk lemah yang usianya singkat.
Lamunanku terburai ketika aku mendengar suara pintu bar terbuka. Aku dan si pria pemilik bar menoleh bersamaan ke arah pintu. Di sana berdiri seorang pria yang tidak asing bagiku. Ia memakai celana hitam dan jaket kulit senada. Rambut hitamnya yang hampir menyentuh bahunya semakin membuat penampilannya cocok dengan aura maskulin yang melekat pada dirinya. Mata tajamnya yang hitam menatapku lekat. Ia menyunggingkan senyum ke arahku. Aku nyaris tidak mempercayai penglihatan ku. Aku bangkit dari kursiku. Ia berlari ke arahku dan memelukku dengan begitu erat.
"Lama tidak berjumpa, Sayang." Ia mengecup lembut pipiku.
"Berhentilah memanggilku dengan sebutan itu!" ujarku dengan nada jengkel.
"Ayolah, berhentilah sok jual mahal, Scarlett!" Dia melepaskan pelukannya dan menatap ku dengan tatapan terpesona seperti yang selalu ia lakukan selama ribuan tahun.
"Kenapa kau datang ke sini, Damon?" Tanyaku penasaran.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali kami berjumpa. Damon adalah vampir tua yang usianya tidak jauh berbeda dariku. Dulu dia selalu mengejar cintaku. Namun aku tidak pernah bisa mencintainya. Akhirnya kami memilih untuk berteman. Beberapa abad yang lalu kami memilih untuk tinggal di negara bagian yang berbeda. Aku memilih California sebagai tempat tinggal ku sekarang. Sementara Damon memilih untuk berkelana ke penjuru dunia.
"Anggap saja aku merindukanmu, Tuan putri." Dia berkata sambil kembali mencium pipiku.
Aku melihat dengan canggung ke arah si pria pemilik bar. Ia memperhatikan kami berdua dengan seksama.
Damon menarik sebuah kursi dan duduk tepat di sampingku. Dia memesan segelas minuman. Pikiranku berputar. Ada permainan apa lagi sekarang? Kenapa tiba-tiba Damon datang ke sini setelah dia berkelana di tempat lain selama berabad-abad? Kenapa dia datang di saat situasi sedang genting di sini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments