Berada di kamar Aidan

Deandra yang merasa aneh dengan perintah Aidan ikutan menatap pria lumpuh itu, dengan tatapan penuh tanda tanya, bukankah hari ini sudah cukup mereka berbicara dari pagi sampai detik ini pikir Deandra.

“Kenapa kamu menatapku seperti itu, cepetan ke kamarku sekarang!” perintah Aidan dengan sedikit meninggikan suaranya, dan tersirat tidak ingin ada bantahan dari wanita itu.

Dengan rasa ragu-ragu, Deandra mau tidak mau menuruti perintah pria itu, padahal dia ingin sekali mengganti bajunya lalu beristirahat karena tubuhnya mulai terasa sakit.

“Ingin bicara apalagi? Kenapa tadi tidak bicara saat di mobil! Menyusahkan sekali!” batin Deandra merasa aneh dan kesal.

Mama Amber tidak bisa berkutik saat menanyakan alasan anaknya yang menyuruh Deandra ke kamarnya, pria itu hanya berkata Deandra seorang pelayan yang harus menuruti semua perintahnya dan meminta mamanya untuk tidak ikut campur.

Setibanya di depan pintu kamar Aidan, Deandra merasa ragu-ragu untuk masuk ke dalam, apalagi yang punya kamar masih ada di bawah. Berhubung Deandra juga masih bimbang, dia memilih untuk turun ke bawah dan menuju paviliun, hatinya berharap pria itu lupa atas perintahnya.

Sesampainya di paviliun, Deandra bergegas membersihkan dirinya dalam waktu yang cepat kemudian merebahkan dirinya di atas ranjang kecilnya.

“Semoga malam ini bisa tidur dengan nyenyak,” gumam wanita itu. Akan tetapi beberapa menit kemudian pintu kamarnya digedor-gedor, dengan terpaksa Deandra bangkit dari pembaringannya untuk membukakan pintu. Ternyata asisten Aidan yang mengetuk pintu kamarnya dengan kencang.

“Tuan muda sedang mengamuk di kamarnya, sebaiknya kamu segera ke sana?” pinta Lucky dengan tatapan yang melongo ketika melihat wajah Deandra yang begitu berbeda.

Deandra mendesah. “Baik Pak Lucky, nanti saya akan ke sana,” jawab Deandra agak terpaksa.

“Segeralah!” lanjut kata Lucky, terkesan memaksa.

“Ternyata beneran Deandra cantik sekali,” batin Lucky masih tidak percaya. Sang asisten kembali terlebih dahulu ke kamar tuan mudanya.

Deandra kembali masuk ke dalam kamarnya, lalu melihat penampilannya sendiri yang sudah memakai daster rumahan, rasanya sudah malas untuk menggantikannya. Diambilnya cardigan untuk dikenakannya, rambut panjangnya kembali dia kuncir rendah lalu tidak lupa memakai kacamata bulatnya, kemudian bergegas menuju kamar Aidan, dan melupakan untuk memberi noda flek hitam di wajahnya.

“KEMANA WANITA ITU, KENAPA BELUM JUGA TIBA DISINI!” teriak Aidan sangat menggema.

Deandra yang baru saja tiba mendengar suara teriakan Aidan, karena pintu kamar pria lumpuh itu setengah terbuka.

“Saya sudah menyuruhnya datang ke sini Tuan, sebentar lagi Dea akan tiba,” jawab Lucky agak sedikit takut jika pria itu sudah kembali mengamuk, untung saja tidak ada adegan barang melayang ke udara.

Deandra mengetuk pintu kamar Aidan, dan kedua pria itu pun menatap ke arah pintu.

“Dea-nya sudah datang, Tuan,” kata Lucky, dengan perasaan leganya.

“Masuk!” pinta Aidan agak ketus.

“Dan kamu keluarlah!” perintah Aidan pada Lucky. Pria itu pun membungkukkan punggungnya lalu keluar dari kamar, namun sebelumnya dia menutup pintu kamar setelah menyuruh Deandra masuk ke dalam kamar.

Langkah kaki Deandra kelihatan agak enggan untuk masuk ke kamar pria itu, apalagi sorot mata pria itu sudah bagaikan burung elang yang ingin menguliti dirinya hidup-hidup.

“Aku sudah menyuruhmu untuk langsung ke kamarku, tapi kenapa kamu tidak ada dikamarku ... Huh!” geram Aidan dengan wanita yang memakai baju dasternya.

Deandra hanya terdiam, tidak menjawabnya, tenaganya sudah tidak ada untuk melayani amarah pria itu.

“Jawab pertanyaanku Deandra!”  Sekarang Aidan malah memaksanya untuk menjawab, jika dijawab malah disuruh diam, tutup mulut.

Merasa badannya agak lelah, Deandra memberanikan diri untuk duduk di sofa tanpa menjawab pertanyaan, dan pasrah jika dirinya kembali dimarahi oleh Aidan.

Aidan terlihat belum menggantikan pakaiannya, namun jasnya sudah terlepaskan dari badannya, dia menggerakkan kursi rodanya mendekati Deandra yang telah duduk tanpa izinnya. Mau marah!

“Tolong untuk kali ini saja bisakah Tuan tidak marah-marah padaku, badanku sangat lelah, bukankah Tuan tahu jika aku baru saja keluar dari rumah sakit dan membutuhkan istirahat. Aku minta sedikit kebaikan dari Tuan untuk malam ini saja, tapi jika masih ingin memarahiku, sebaiknya aku keluar dari kamar ini, lagi pula Tuan ingin bicara apalagi!” pinta Deandra, kali ini wanita itu tidak ikut terpancing emosinya.

Tatapan mata pria itu yang awalnya berapi-api, mendadak redup saat mendengar suara Deandra yang terdengar memelas, apalagi dia masih bisa melihat wajah Deandra yang pucat.

Sebelum Aidan menjawab suara pintu kamar terketuk terdengar, dan masuklah Pak Benny yang membawa troly makanan.

“Saya mengantarkan pesanan Tuan Muda,” ucap Pak Benny sembari memberhentikan troli makanan itu.

“Taruh di situ saja Pak Benny dan keluarlah dari kamar,” pinta Aidan datar.

“Baik Tuan muda,” jawab patuh Pak Benny, sebelum keluar pria paruh baya itu melirik Deandra sejenak dengan tatapan yang aneh.

Kini pandangan Aidan kembali ke Deandra. “Kerjakan tugasmu! Sajikan makanan itu ke meja, aku mau makan,” perintah Aidan, seakan tidak peduli jika kondisi wanita itu masih sakit.

Tanpa menjawabnya wanita itu bergegas memindahkan makanan yang ada di dalam troli ke atas meja sofa. Sebenarnya Deandra juga tergiur dengan hidangan tersebut, tiba-tiba perutnya terasa lapar, semua ini gara-gara dia hanya makan sedikit saat di rumah sakit.

Aidan hanya mengamati gerak gerik Deandra dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, yang jelas kedua netranya masih melihat istri keduanya.

 “Silahkan Tuan, makanannya sudah siap,” ucap Deandra menunjukkan meja sofa. Aidan pun mendekati meja itu, sedangkan Deandra terpaksa melangkah mundur dari pria itu. Dan memilih untuk duduk diujung sofa agar tidak terlalu dekat dengan pria lumpuh itu.

Aidan mulai menikmati makan malamnya yang agak telat, namun tiba-tiba saja hatinya terasa aneh saat dia makan sendiri, tapi Deandra tidak ikut makan bersamanya, terasa sekali dirinya amat kejam.

Salah satu tangan Deandra bertopang di bahu sofa lalu telapaknya bersandar di pipiny, rasa kantuk dan rasa agak lapar menjadi satu, dan hal itu membuat wanita berkacamata itu memejamkan matanya.

“Ehm ...,” Aidan berdeham melihat Deandra memejamkan kedua netranya, sontak wanita itu membuka kedua matanya dan menatap pria itu.

“Makanlah kalau kamu lapar,” kata Aidan begitu dinginnya.

Sesaat kedua netra Deandra tersirat rasa tak percaya dengan yang diucapkan oleh Aidan. “Bukankah aku tidak diperkenankan makan bersama majikan,” jawab Deandra datar.

Pria tampan itu mendesis. “Makanlah mumpung aku ada rasa kasihan melihat kamu sepertinya kelaparan,” sahut Aidan dengan ketusnya.

Deandra juga tidak munafik memang perutnya lapar, dia mulai menggeser duduknya agak lebih mendekat ke meja. “Baiklah jika memaksa, terima kasih atas kebaikan Tuan dan rasa kasihannya,” jawab Deandra agak ketus. Diambillah piring kosong dan mengisinya dengan nasi serta lauk dalam porsi kecil, Aidan tersenyum miring tanpa sepenglihatan Deandra.

Untuk pertama kalinya mereka berdua makan berdua dan sama-sama terdiam, tidak ada suara yang berbicara, namun buat Deandra ini salah satu nikmat walau hanya sesaat.

Setelah selesai makan malam, Deandra merapikan semua piring bekas makan ke dalam troli dan bersiap-siap untuk mengantar ke dapur agar segera dibersihkan. Baru saja dia hendak keluar, Aidan menegurnya. “Siapa yang menyuruhmu untuk keluar dari kamar ini!”

bersambung ...

Terpopuler

Comments

Femmy Femmy

Femmy Femmy

biasa nya Aidan marah kalau Deandra menyiapkan makanan untuk Aidan kenapa sekarang Aidan marah menyuruh Deandra untuk menyiapkan makan🤦😁seharusnya malulah dengan sikap anda Tuan Aidan

2024-05-04

0

Femmy Femmy

Femmy Femmy

alasan..bilang saja kamu tertarik sama wajah istrimu yang sebenarnya 🤭🤣

2024-05-04

0

Anonim

Anonim

Aiden jangan galak2 ntar bucin tau rasa

2024-02-09

1

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah!
2 Welcome To The Jungle
3 Jatuhkan talak tiga padaku!
4 Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5 Ibu mertua kejam
6 Mengobati luka di tangan
7 Kekesalan Aidan
8 Bermesraan di lobby
9 Hati yang galau
10 Pilihan hidup
11 Pria Iblis!
12 Cobalah untuk bertahan, Dea!
13 Permintaan Papa Ricardo
14 Meremehkan Aidan
15 Tawaran Papa Ricardo
16 Berkantor di Perusahaan Nusantara
17 Pria Bodoh!
18 Ya Allah, Aku lelah!
19 Dia sangat berbeda
20 Berada di kamar Aidan
21 Masih sakit
22 Yakin nih seranjang?
23 Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24 Kedatangan tamu
25 Kenapa wajahnya mirip!
26 Kemarahan Papa Ricardo
27 Harus menemani siapa?
28 Keadaan Poppy
29 Amarah Deandra
30 Menyesalkah Aidan?
31 Kepergok
32 Keputusan Deandra
33 Curahan hati Elena
34 Jangan emosi Aidan!
35 Aidan vs Dokter Leo
36 Aidan bagaikan maling
37 Pertengkaran di pagi hari
38 Perkara pulang
39 Jalan-jalan ke mall
40 Tawaran Harland
41 Bahagia itu sederhana
42 Tidak berhasil dapat alamat
43 Deandra yang baru
44 Aidan kepanasan
45 Sikap lembut Deandra
46 Bibir terluka, ditambah perut sakit
47 Awal pertemuan
48 Hasil pemeriksaan Dokter
49 Inseminasi
50 Poppy telah bangun dari koma
51 Kegalauan hati Aidan
52 Sindiran Papa Ricardo
53 Ingin menjenguk Poppy
54 Aidan mulai curiga
55 Liontin milik Deandra
56 Perasaan Poppy
57 Laporan Karno
58 Kedatangan Harland ke perusahaan
59 Pertemuan Harland dengan Ernest
60 Aidan tidak tahan
61 Minta maaf
62 Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63 Kekecewaan Aidan
64 Pembelaan Aidan
65 Mulai syuting
66 Menegur Poppy
67 Perusahaan milik Bianca
68 Makan Malam - 1
69 Makan malam - 2
70 Kebenaran yang terungkap
71 Mulai menyesalkah Aidan?
72 Kegilaan Mama Daisy
73 Kekecewaan Harland
74 Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75 Perhatian kecil Deandra
76 Keributan di kamar Elena
77 Masuk TV
78 Deandra istriku, suamimu bertanya!
79 Bukti terbaru
80 Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81 Serangan jantung
82 Kebenaran yang lain
83 Papa Harland
84 Jangan bawa istriku, Om Harland!
85 Minta maaf
86 Jangan pergi Deandra
87 Aidan sakit
88 Tinggal di tempat baru
89 Nasib Poppy
90 Hasil USG
91 Mengusir Poppy
92 Ambyar
93 Ngidamnya Bumil
94 Murkanya Papa Harland.
95 Pelajaran dari Papa Harland
96 Kekasihku Deandra
97 Tamu di pagi hari
98 Meluluhkan hati Papa Harlan
99 Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100 Bertemu dengan Arik
101 Aku sudah menikah, Mas Arik!
102 Kemarahan Aidan
103 Malam pertamakah?
104 Tolong selamatkan istri saya!
105 Hancurnya hati Aidan.
106 Salah paham
107 Deandra hamil anakmu, Aidan!
108 Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109 Singapura
110 Elena melobi
111 Bicara dari hati ke hati
112 Restu Papa Harland
113 Ngerujak mangga muda di malam hari
114 Kematian
115 Wedding Party
116 Akhir Kisah
117 Please Be My Mommy!
118 Om Bram, Nikah Yuk!
119 Dokter Davin dan Santri Bar Bar
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Terpaksa menikah!
2
Welcome To The Jungle
3
Jatuhkan talak tiga padaku!
4
Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5
Ibu mertua kejam
6
Mengobati luka di tangan
7
Kekesalan Aidan
8
Bermesraan di lobby
9
Hati yang galau
10
Pilihan hidup
11
Pria Iblis!
12
Cobalah untuk bertahan, Dea!
13
Permintaan Papa Ricardo
14
Meremehkan Aidan
15
Tawaran Papa Ricardo
16
Berkantor di Perusahaan Nusantara
17
Pria Bodoh!
18
Ya Allah, Aku lelah!
19
Dia sangat berbeda
20
Berada di kamar Aidan
21
Masih sakit
22
Yakin nih seranjang?
23
Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24
Kedatangan tamu
25
Kenapa wajahnya mirip!
26
Kemarahan Papa Ricardo
27
Harus menemani siapa?
28
Keadaan Poppy
29
Amarah Deandra
30
Menyesalkah Aidan?
31
Kepergok
32
Keputusan Deandra
33
Curahan hati Elena
34
Jangan emosi Aidan!
35
Aidan vs Dokter Leo
36
Aidan bagaikan maling
37
Pertengkaran di pagi hari
38
Perkara pulang
39
Jalan-jalan ke mall
40
Tawaran Harland
41
Bahagia itu sederhana
42
Tidak berhasil dapat alamat
43
Deandra yang baru
44
Aidan kepanasan
45
Sikap lembut Deandra
46
Bibir terluka, ditambah perut sakit
47
Awal pertemuan
48
Hasil pemeriksaan Dokter
49
Inseminasi
50
Poppy telah bangun dari koma
51
Kegalauan hati Aidan
52
Sindiran Papa Ricardo
53
Ingin menjenguk Poppy
54
Aidan mulai curiga
55
Liontin milik Deandra
56
Perasaan Poppy
57
Laporan Karno
58
Kedatangan Harland ke perusahaan
59
Pertemuan Harland dengan Ernest
60
Aidan tidak tahan
61
Minta maaf
62
Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63
Kekecewaan Aidan
64
Pembelaan Aidan
65
Mulai syuting
66
Menegur Poppy
67
Perusahaan milik Bianca
68
Makan Malam - 1
69
Makan malam - 2
70
Kebenaran yang terungkap
71
Mulai menyesalkah Aidan?
72
Kegilaan Mama Daisy
73
Kekecewaan Harland
74
Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75
Perhatian kecil Deandra
76
Keributan di kamar Elena
77
Masuk TV
78
Deandra istriku, suamimu bertanya!
79
Bukti terbaru
80
Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81
Serangan jantung
82
Kebenaran yang lain
83
Papa Harland
84
Jangan bawa istriku, Om Harland!
85
Minta maaf
86
Jangan pergi Deandra
87
Aidan sakit
88
Tinggal di tempat baru
89
Nasib Poppy
90
Hasil USG
91
Mengusir Poppy
92
Ambyar
93
Ngidamnya Bumil
94
Murkanya Papa Harland.
95
Pelajaran dari Papa Harland
96
Kekasihku Deandra
97
Tamu di pagi hari
98
Meluluhkan hati Papa Harlan
99
Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100
Bertemu dengan Arik
101
Aku sudah menikah, Mas Arik!
102
Kemarahan Aidan
103
Malam pertamakah?
104
Tolong selamatkan istri saya!
105
Hancurnya hati Aidan.
106
Salah paham
107
Deandra hamil anakmu, Aidan!
108
Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109
Singapura
110
Elena melobi
111
Bicara dari hati ke hati
112
Restu Papa Harland
113
Ngerujak mangga muda di malam hari
114
Kematian
115
Wedding Party
116
Akhir Kisah
117
Please Be My Mommy!
118
Om Bram, Nikah Yuk!
119
Dokter Davin dan Santri Bar Bar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!