Mengobati luka di tangan

Pelan namun pasti, langkah kaki Deandra sudah berada di dapur basah menuju paviliun yang ada di belakang mansion.

“Dea, tangan kamu kenapa?” terkejut Bu Nani yang kebetulan memutar balik badannya dari wastafel, lalu kedua netranya melihat kedua tangan Deandra berlumuran darah.

“Tangan saya kena pecahan vas bunga Bu,” jawab Deandra memelas, menahan rasa perih dari lukanya tersebut.

Bu Nani menyentuh lengan wanita itu, lalu mengajaknya untuk duduk terlebih dahulu. “Kamu tunggu di sini dulu, saya ambilkan kotak P3K dulu,” pinta Bu Nani sebelum meninggalkan Deandra.

“Ya Bu Nani,” jawab patuh Deandra. Wanita itu lantas duduk di dekat meja dapur, lalu memperhatikan beberapa maid yang sibuk bekerja dengan pekerjaannya masing-masing. Mereka tampak mengacuhkan dirinya, tidak ada satupun yang peduli pada Deandra, miris rasanya. Kemudian tak lama kepala pelayan terlihat langkah kakinya begitu cepat saat melewati dapur basah dengan sedikit lirikan yang aneh ke arah Deandra. Bodo amat pikir Deandra.

Selang tak berapa lama, Bu Nani pun datang kembali dengan membawa kotak P3Knya. “Letakkan tangan kamu di atas meja, biar saya obati lukanya,” pinta Bu Nani penuh perhatian.

Deandra menuruti permintaan Bu Nani dan menahan segala rasa saat Bu Nani mencabut beberapa pecahan kaca yang masih menancap di kedua telapak tangannya, kemudian berlanjut kebagian dengkul wanita itu yang juga turut terluka.

Selama mengobati luka Deandra, tak sekali pun wanita paruh baya itu bertanya ‘kenapa bisa terjadi, kenapa bisa sampai terluka,’ akan tetapi wanita itu bisa mendengar bisik-bisik para maid yang sedang membicarakan dirinya.

“Cobalah untuk kuat Deandra, kamu berada di sini pasti sudah diberikan kekuatan untuk menghadapi semuanya,” batin Deandra berusaha agar dirinya tidak benar-benar rapuh.

“Lain kali kalau bekerja cobalah berhati-hati, jangan sampai kembali terluka,” ucap Bu Nani begitu lembut saat memasangkan perban pada kedua telapak tangan Deandra.

“Jika saya sudah berhati-hati dalam bekerja, namun ada yang ingin mencelakakan saya harus berbuat apa Bu?” tanya Deandra, suaranya terdengar memelas.

Pertanyaan Deandra terdengar ambigu, membuat wanita paruh baya itu menatap dalam wajah Deandra yang melukiskan ada luka hati yang tertahankan. “Seberapa mampu kamu bertahan menghadapi, maka bertahanlah. Jika sudah menyerah, maka pergilah sejauh kakimu melangkah, tapi selesaikan masalahnya terlebih dahulu,” jawab Bu Nani.

Tak perlu jawaban kembali dari mulut Deandra, wanita paruh baya itu bisa melihat kedua netra Deandra sudah basah sejak tadi, basah bukan karena luka di tangannya tapi luka yang menyebabkan kedua tangannya tersakiti. Nanti Bu Nani akan tahu juga apa penyebab yang sedang menimpa Deandra.

“Bukankah kamu harus pergi bekerja ke kantor, sebaiknya pergilah. Dan kalau kamu ada waktu, mampir ke klinik untuk mengecek luka kedua tanganmu. Saya hanya mengobatimu ala kadarnya, apalagi tuan muda tidak meminta kami untuk memanggil Dokter,” ucap Bu Nani kembali.

Deandra memaksa dirinya untuk tersenyum pada Bu Nani. “Ini sudah lebih cukup Bu diobatinya, lagi pula lukanya tidak terlalu dalam. Dan terima kasih Bu Nani sudah membantu saya, kalau begitu saya permisi dulu,” balas Deandra berpamitan, lalu beringsut dari duduknya.

“Sama-sama,” jawab Bu Nani, kedua netranya masih tertuju ke arah Deandra hingga wanita itu benar-benar tidak terlihat lagi.

Sesampainya di kamar, tubuh wanita berkacamata bulat itu luruh di atas lantai yang dingin, isak tangisnya kembali menggema kamar kecil tersebut. Rasa sesak yang sedari tadi dia tahan, rupanya mampu merobohkan tembok yang dia bangun sendiri.

“Ya Allah, kenapa hidupku begini! Mengapa Engkau memberikan aku hukuman seperti ini!” gumam Deandra seorang diri dengan deraian air mata. Deandra wanita sebatang kara, kepada siapa dia harus mengadu nasibnya? Kepada kedua orang tua angkatkah? Jelaslah tidak akan dia lakukan, yang ada hanya bisa memendamnya seorang diri.

Usai menangisi dirinya sendiri, wanita itu bangkit dari lantai sembari membuka kacamata bulatnya yang sudah basah terkena air matanya, lalu dia mematut dirinya di cermin yang ada di kamarnya. Wajah cantik yang sesungguhnya, iris mata hazelbrown, bulu mata panjang lentik, hidung panjang mancung,  namun semua tertutupi dengan kacamata bulat yang dikenakan Deandra semenjak duduk di bangku SMP, serta wajah putih mulusnya diberikan efek flek hitam  karena permintaan Poppy bukan karena mata dia sudah minus atau plus, dan hal itu dituruti oleh Deandra.

Walau hati sedang sakit, Deandra memaksakan dirinya untuk tetap berangkat kerja dan tahu jika hari ini dia akan telat datang ke kantor.

Satu jam setengah kemudian..

Perusahaan Nusantara Nationalty

Wanita yang berpenampilan sangat sederhana itu, hanya celana kulot berwarna coklat tua dipadu kemeja lengan panjang berwarna tan, terlihat berlari kecil saat tiba di depan luar lobby perusahaan papa angkatnya, dengan terburu-buru dia memberikan helm ojek online kepada si pengemudi.

“Aku benar-benar terlambat hari ini,” gumam Deandra bermonolog sembari menatap jam tangannya yang sudah menunjukkan waktu jam 9 pagi, dia bergegas naik ke lantai lima tempat di mana dia bekerja di bagian divisi finance.

“Wah, aku kira kamu gak datang Dea,” tegur Freya yang berpapasan dengan Deandra yang baru saja mau masuk ruangan.

Deandra tampak sedang mengatur napasnya yang tersengal-sengal karena habis berlarian. “Iya, tadi ada sedikit kecelakaan di rumah,” jawab Deandra, untung saja dia memiliki alibi yang nyata dengan kedua tangannya yang sudah diperban.

“Ya Allah, tangan kamu kenapa bisa diperban dua-duanya,” terkejut Freya, wanita itu langsung memegang tangan Deandra.

“Aku tadi pagi terjatuh pas banget ada barang kaca yang ikutan jatuh.”

Wajah Freya tampak ngilu melihat kedua tangan teman kerjanya. “Ya udah duduk dulu gih, seharusnya kamu gak usah masuk, pasti badan kamu juga sakit, minta izin aja,” ajak Freya kembali ke kubikelnya masing-masing.

“Aku masih bisa bekerja kok, lagi pula kerjaan kita lagi banyak.” Memang benar alasan Deandra, kalau sudah mau akhirnya bulan, mereka harus menginput data keuangan yang masuk untuk persiapan laporan awal bulan.

Wanita itu bisa bernapas lega saat sudah duduk di kursi kerjanya, setelah tahu kalau manajer finance-nya belum datang, jika tidak dia pasti kena teguran yang sangat tidak mengenakan hati. Keberadaan Deandra yang bekerja di perusahaan papa angkatnya, tidak ada satupun  karyawan yang tahu jika dia bagian keluarga sang pemilik perusahaan, yang mereka tahu hanyalah Poppy Naveah anak Pak Esrtern. Jadi tak salah jika Deandra diperlakukan seperti karyawan pada umumnya, tidak ada perlakuan istimewa.

Sementara itu di mansion Estern, Mama Daisy terlihat murka setelah membaca pesan yang masuk di ponselnya. “Kurang ajar sekali dia pakai memeras aku segala. Seenaknya saja dia minta dikirimkan uang sepuluh juta, sudah tahu yang jadi korban itu anakku bukannya Deandra, kalau Deandra yang mati akan aku beri uang berapapun!” gumam Mama Daisy sendiri di dalam kamarnya.

Mama Daisy memicingkan kedua matanya sembari mengingat sikap suaminya yang begitu menyayangi Deandra sejak anak itu dibawa ke mansion, dan sempat mencurigai jika Deandra anak hasil selingkuhan dari suaminya tapi selalu ditampik oleh Papa Estern. Hingga puncak kekesalan Mama Daisy saat menemukan surat-surat property atas nama Deandra di ruang kerja suaminya, marah saat itu Mama Daisy namun tidak ditanyakan kembali pada suaminya mengenai temuannya, pikirannya saat itu hanyalah ingin mencelakakan Deandra, agar property itu jatuh ke tangan Poppy.

Benarkah surat property itu dari Papa Estern buat Deandra? Atau memang milik Deandra sejak dia lahir?

 Bersambung ...

Kakak Readers terima kasih buat like, komen, kembang, kopi dan VOTE nya.

Lope Lope sekebon 🍊🍊🍊🍊🍊🍊

Terpopuler

Comments

Wani Ihwani

Wani Ihwani

ciri ciri orang tamak ya begitu sibuk menghitung harta

2024-05-16

0

Ramlah Kuku

Ramlah Kuku

dasar rakus

2024-05-14

0

Juan Sastra

Juan Sastra

manusia manusia tamak

2024-02-21

1

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah!
2 Welcome To The Jungle
3 Jatuhkan talak tiga padaku!
4 Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5 Ibu mertua kejam
6 Mengobati luka di tangan
7 Kekesalan Aidan
8 Bermesraan di lobby
9 Hati yang galau
10 Pilihan hidup
11 Pria Iblis!
12 Cobalah untuk bertahan, Dea!
13 Permintaan Papa Ricardo
14 Meremehkan Aidan
15 Tawaran Papa Ricardo
16 Berkantor di Perusahaan Nusantara
17 Pria Bodoh!
18 Ya Allah, Aku lelah!
19 Dia sangat berbeda
20 Berada di kamar Aidan
21 Masih sakit
22 Yakin nih seranjang?
23 Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24 Kedatangan tamu
25 Kenapa wajahnya mirip!
26 Kemarahan Papa Ricardo
27 Harus menemani siapa?
28 Keadaan Poppy
29 Amarah Deandra
30 Menyesalkah Aidan?
31 Kepergok
32 Keputusan Deandra
33 Curahan hati Elena
34 Jangan emosi Aidan!
35 Aidan vs Dokter Leo
36 Aidan bagaikan maling
37 Pertengkaran di pagi hari
38 Perkara pulang
39 Jalan-jalan ke mall
40 Tawaran Harland
41 Bahagia itu sederhana
42 Tidak berhasil dapat alamat
43 Deandra yang baru
44 Aidan kepanasan
45 Sikap lembut Deandra
46 Bibir terluka, ditambah perut sakit
47 Awal pertemuan
48 Hasil pemeriksaan Dokter
49 Inseminasi
50 Poppy telah bangun dari koma
51 Kegalauan hati Aidan
52 Sindiran Papa Ricardo
53 Ingin menjenguk Poppy
54 Aidan mulai curiga
55 Liontin milik Deandra
56 Perasaan Poppy
57 Laporan Karno
58 Kedatangan Harland ke perusahaan
59 Pertemuan Harland dengan Ernest
60 Aidan tidak tahan
61 Minta maaf
62 Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63 Kekecewaan Aidan
64 Pembelaan Aidan
65 Mulai syuting
66 Menegur Poppy
67 Perusahaan milik Bianca
68 Makan Malam - 1
69 Makan malam - 2
70 Kebenaran yang terungkap
71 Mulai menyesalkah Aidan?
72 Kegilaan Mama Daisy
73 Kekecewaan Harland
74 Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75 Perhatian kecil Deandra
76 Keributan di kamar Elena
77 Masuk TV
78 Deandra istriku, suamimu bertanya!
79 Bukti terbaru
80 Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81 Serangan jantung
82 Kebenaran yang lain
83 Papa Harland
84 Jangan bawa istriku, Om Harland!
85 Minta maaf
86 Jangan pergi Deandra
87 Aidan sakit
88 Tinggal di tempat baru
89 Nasib Poppy
90 Hasil USG
91 Mengusir Poppy
92 Ambyar
93 Ngidamnya Bumil
94 Murkanya Papa Harland.
95 Pelajaran dari Papa Harland
96 Kekasihku Deandra
97 Tamu di pagi hari
98 Meluluhkan hati Papa Harlan
99 Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100 Bertemu dengan Arik
101 Aku sudah menikah, Mas Arik!
102 Kemarahan Aidan
103 Malam pertamakah?
104 Tolong selamatkan istri saya!
105 Hancurnya hati Aidan.
106 Salah paham
107 Deandra hamil anakmu, Aidan!
108 Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109 Singapura
110 Elena melobi
111 Bicara dari hati ke hati
112 Restu Papa Harland
113 Ngerujak mangga muda di malam hari
114 Kematian
115 Wedding Party
116 Akhir Kisah
117 Please Be My Mommy!
118 Om Bram, Nikah Yuk!
119 Dokter Davin dan Santri Bar Bar
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Terpaksa menikah!
2
Welcome To The Jungle
3
Jatuhkan talak tiga padaku!
4
Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5
Ibu mertua kejam
6
Mengobati luka di tangan
7
Kekesalan Aidan
8
Bermesraan di lobby
9
Hati yang galau
10
Pilihan hidup
11
Pria Iblis!
12
Cobalah untuk bertahan, Dea!
13
Permintaan Papa Ricardo
14
Meremehkan Aidan
15
Tawaran Papa Ricardo
16
Berkantor di Perusahaan Nusantara
17
Pria Bodoh!
18
Ya Allah, Aku lelah!
19
Dia sangat berbeda
20
Berada di kamar Aidan
21
Masih sakit
22
Yakin nih seranjang?
23
Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24
Kedatangan tamu
25
Kenapa wajahnya mirip!
26
Kemarahan Papa Ricardo
27
Harus menemani siapa?
28
Keadaan Poppy
29
Amarah Deandra
30
Menyesalkah Aidan?
31
Kepergok
32
Keputusan Deandra
33
Curahan hati Elena
34
Jangan emosi Aidan!
35
Aidan vs Dokter Leo
36
Aidan bagaikan maling
37
Pertengkaran di pagi hari
38
Perkara pulang
39
Jalan-jalan ke mall
40
Tawaran Harland
41
Bahagia itu sederhana
42
Tidak berhasil dapat alamat
43
Deandra yang baru
44
Aidan kepanasan
45
Sikap lembut Deandra
46
Bibir terluka, ditambah perut sakit
47
Awal pertemuan
48
Hasil pemeriksaan Dokter
49
Inseminasi
50
Poppy telah bangun dari koma
51
Kegalauan hati Aidan
52
Sindiran Papa Ricardo
53
Ingin menjenguk Poppy
54
Aidan mulai curiga
55
Liontin milik Deandra
56
Perasaan Poppy
57
Laporan Karno
58
Kedatangan Harland ke perusahaan
59
Pertemuan Harland dengan Ernest
60
Aidan tidak tahan
61
Minta maaf
62
Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63
Kekecewaan Aidan
64
Pembelaan Aidan
65
Mulai syuting
66
Menegur Poppy
67
Perusahaan milik Bianca
68
Makan Malam - 1
69
Makan malam - 2
70
Kebenaran yang terungkap
71
Mulai menyesalkah Aidan?
72
Kegilaan Mama Daisy
73
Kekecewaan Harland
74
Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75
Perhatian kecil Deandra
76
Keributan di kamar Elena
77
Masuk TV
78
Deandra istriku, suamimu bertanya!
79
Bukti terbaru
80
Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81
Serangan jantung
82
Kebenaran yang lain
83
Papa Harland
84
Jangan bawa istriku, Om Harland!
85
Minta maaf
86
Jangan pergi Deandra
87
Aidan sakit
88
Tinggal di tempat baru
89
Nasib Poppy
90
Hasil USG
91
Mengusir Poppy
92
Ambyar
93
Ngidamnya Bumil
94
Murkanya Papa Harland.
95
Pelajaran dari Papa Harland
96
Kekasihku Deandra
97
Tamu di pagi hari
98
Meluluhkan hati Papa Harlan
99
Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100
Bertemu dengan Arik
101
Aku sudah menikah, Mas Arik!
102
Kemarahan Aidan
103
Malam pertamakah?
104
Tolong selamatkan istri saya!
105
Hancurnya hati Aidan.
106
Salah paham
107
Deandra hamil anakmu, Aidan!
108
Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109
Singapura
110
Elena melobi
111
Bicara dari hati ke hati
112
Restu Papa Harland
113
Ngerujak mangga muda di malam hari
114
Kematian
115
Wedding Party
116
Akhir Kisah
117
Please Be My Mommy!
118
Om Bram, Nikah Yuk!
119
Dokter Davin dan Santri Bar Bar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!