Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh

Aidan berkali-kali tidak menerima pembelaan diri Deandra tentang kecelakaan yang terjadi sejak awal dia tersadar dari musibah tersebut di rumah sakit, mata hatinya sudah tertutupi karena keadaan yang menimpanya saat ini bersama Poppy. Sungguh murka saat itu hingga saat ini.

Kejadian kecelakaan tersebut juga sudah diselidiki oleh pihak kepolisian walau kejadian tersebut berakhir diselesaikan secara kekeluargaan, untuk tidak diperpanjang di kantor polisi. Kasus rem blong itu pun sudah tertulis diberita acara perkara berdasarkan keterangan Deandra dan diperkuat dengan penyelidikan dari pihak kepolisian,  namun sayangnya lagi-lagi Aidan menulikan kedua telinganya.

Sekarang di ruang kerja Aidan, cukup lama mereka berdua berdiam dalam keheningan dalam beberapa menit, Aidan pun terdengar menghembuskan napas beratnya, sedangkan Deandra masih berdiam diri menatap daun pintu.

“Oke, aku akan memberikan kamu kebebasan hanya di jam kerja saja, selebihnya kamu bekerja di mansion. Sebelum berangkat kerja, kamu harus menyelesaikan pekerjaan di mansion begitu juga di saat pulang dan jangan sesekali kamu mengeluh lelah pada siapa pun di sini!” kata Aidan begitu dinginnya.

Deandra menengadahkan wajahnya ke langit-langit setelah mendapatkan jawaban dari suaminya, lalu dia membalikkan badannya. “Terima kasih, aku tidak akan mengeluh,” jawab Deandra datar.

“Kamu, aku izinkan tetap bekerja di kantor papa, bukan berarti kamu bebas begitu saja. Jangan coba-coba kamu berusaha kabur, kalau kamu tetap menginginkan kedua kakimu masih bisa berdiri tegak. Jika berani kamu kabur, akan aku amputasi kedua kakimu!” ancam Aidan, tidak main-main ekspresi wajahnya.

Deandra tidak bereaksi apa-apa, tangannya saja yang hanya meremat rok warna hitamnya. “Akan selalu aku ingat, jika tidak ada yang ingin dibicarakan lagi ... aku permisi kembali ke dapur,” kata Deandra undur diri, sembari membungkukkan kepalanya sebagai tanda hormatnya.

“Ingat jangan pernah bilang ke orang lain jika aku adalah suami kamu, ingat posisimu hanyalah seorang pelayan!” kembali Aidan mengingatkan.

Deandra yang baru saja memegang handle pintu berhenti sejenak. “Tak perlu khawatir, aku tidak akan pernah mengakui pernikahan ini. Kita berdua adalah orang asing, walau Tuan telah mengucapkan akad nikah!” balas Deandra dengan tegas, kemudian keluar dari ruang kerja Aidan.

Pria itu mengepalkan salah satu tangannya, dan kembali memaki wanita yang baru dia nikahi itu.

Deandra berusaha menahan air matanya untuk tidak tumpah kembali, langkah kakinya pun bergegas menuruni anak tangga menuju lantai bawah, dan berlarian kecil ke arah paviliun tempat dia tinggal sekarang.

Sesampainya di kamar, wanita itu menyandarkan dirinya ke daun pintu yang baru saja dia tutup, kemudian tubuhnya melorot ke lantai yang terasa dingin, lalu ditekuknya kedua kakinya dan dia tenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya, tangisannya pun pecah.

Malam pengantin yang amat kelam buat Deandra, jika pasangan lain saling memadu kasih, namun ini tak berlaku untuk dirinya, tidak akan ada malam pengantin yang indah buat dirinya

“Ya Allah, akankah aku kuat menjalani kehidupanku yang baru ini! Inikah hukuman untukku.”

Lelah hati lelah tubuh lalu dia menumpahkan tangisannya kembali, hingga lama-lama wanita itu tertidur dilantai tanpa membersihkan dirinya.

...----------------...

Esok hari

Jam 04.30 wib

Pagi-pagi buta pintu kamar Deandra sudah digedor-gedor, suara gedorannya benar-benar memekak telinga orang. “Hey bangun pelayan baru, waktunya bekerja!” teriak suara wanita dari luar kamar Deandra begitu kencangnya.

Sayup-sayup telinga Deandra bisa mendengarnya, kedua netranya mulai mengerjap-ngerjap, lalu tangannya meraba tempat dia tertidur. “Oh, aku tertidur di lantai,” gumam Deandra sendiri, sembari beringsut dari lantai yang dingin itu dan merasakan seluruh badannya kaku dan sakit karena tertidur di lantai semalaman.

“WOY BANGUN, WAKTUNYA BEKERJA!” teriak seseorang kembali.

“Iya Mbak, saya siap-siap dulu,” sahut Deandra dengan suara paraunya. Wanita itu buru-buru mengambil handuk dan pakaian gantinya, kemudian keluar untuk membersihkan dirinya karena kamar mandi adanya di luar kamar.

Maid yang bernama Oty itu rupanya masih berdiri di depan pintu kamar wanita itu. Oty menatapnya dengan sinis. “Jam kerja di sini mulai jam 4.30, jangan seenaknya bangun kesiangan! Tuan muda sudah berpesan agar kamu membersihkan semua kamar mandi yang ada di dalam mansion kecuali kamar mandi yang ada kamar tuan muda dan kedua orang tua tuan muda!” perintah Oty dengan lagak seperti bos, padahal dia bukanlah kepala pelayan.

“Baik Mbak,” jawab Deandra, tidak panjang.

Membersihkan kamar mandi, untung saja selama tinggal di mansion Ernest dia sering mengerjakan pekerjaan rumah, jadi tidak masalah, tapi yang menjadi masalah berapa jumlah kamar mandi yang ada di mansion Ricardo, apalagi jam 7 dia harus berangkat kerja ke kantor.

“Ayo kerjakan jangan bengong aja!” tegur Oty dengan sikap bossynya.

“Iya Mbak, saya sholat shubuh dulu, baru bebersih,” jawab Deandra, lalu bergegas ke kamar mandi. Oty hanya tersenyum miring melihat Deandra.

Tugas pertama sebagai istri kedua CEO lumpuh yaitu membersihkan kamar mandi usai sholat shubuh, wanita itu membawa alat pembersih yang dia minta dari kepala pelayan, lalu bergegas membersihkan kamar mandi mulai dari lantai bawah.

Wanita itu berusaha menyelesaikan pekerjaannya sebaik mungkin dan bisa terselesaikan dengan baik dalam waktu yang singkat. Bu Nani yang melihat Deandra membersihkan kamar mandi dekat dapur dan sekarang mau ke lantai dua, wanita paruh baya itu menghentikan langkah kaki wanita itu. “Ini ada teh manis hangat dan roti, kamu isi perut dulu biar ada tenaganya,” kata Bu Nani sembari menyodorkan cangkir teh dan sepotong roti.

Bolehkah pagi ini dia terharu, ternyata masih ada orang baik terhadapnya. “Terima kasih Bu Nani,” jawab Deandra begitu pelan, hampir tak terdengar. Wanita itu pun lekas menghabiskan roti dan teh manisnya. “Sini gelasnya, biar saya saja yang menaruhnya,” pinta Bu Nani, melihat wanita itu ingin menaruhnya ke dapur.

“Terima kasih Bu, kalau begitu saya kembali bekerja lagi,” pamit Deandra terburu-buru.

“Kasihan sekali gadis itu, padahal dia adik ipar Tuan Muda ... kenapa bisa jadi pelayan di sini,” batin Bu Nani bertanya-tanya. Banyak yang tidak tahu penyebab tuan mudanya lumpuh karena Deandra.

Dengan membawa ember yang berisikan alat pembersih kamar mandi, wanita berkacamata itu naik ke lantai dua, kemudian mencari kamar mandinya. Deandra sempat bingung harus ke belok ke kanan atau ke kiri, karena dia memang tidak tahu, kali ini dia hanya meraba-raba dengan melihat struktur daun pintu kamarnya.

“Ingat jangan masuk ke kamar tuan muda dan kamar orang tua tuan muda!” kata Oty ... Deandra kembali mengingat pesannya, tapi wanita itu pun memang tidak tahu juga kedua kamar tuannya tersebut.

Klek!

Pelan-pelan Deandra membuka pintu yang tak terkunci, lalu dia bernapas lega, ternyata pintu yang dia buka rupanya kamar mandi, buru-burulah dia menyikat kamar mandi tersebut, untungnya kamar mandi yang dia bersihkan tidak terlalu kotor jadi cepat dibersihkannya.

Selesai satu kamar mandi, dia lanjut berkeliling dan mencoba membuka pintu yang lain, sama seperti yang tadi, pintu itu tak terkunci, Deandra pun agak membuka lebar daun pintunya, aroma maskulin dominan musk perpaduan woods menyeruak saat dia membukannya.

DEG!

Aidan yang masih mengenakan baju piyamanya, dan sudah duduk di atas kursi rodanya menatap ke arah ambang pintu.

“Sungguh tidak sopan sekali kamu! Berani sekali kamu masuk ke kamarku!” bentak Aidan.

Deandra yang seumur-umur tidak tahu kalau ini kamar Aidan, dia agak terhenyak juga. “Mohon maaf Tuan Muda, aku kira ini pintu kamar mandi, ternyata kamar Tuan Muda.” Wanita itu untung saja baru maju satu langkah, jadi tidak ada kesulitan untuk memundurkan langkah kakinya.

“Kamar semewah ini kamu bilang kamar mandi, ck!” Lidah Aidan berdecak kesal mendengarnya, pria itu pun memindai penampilan Deandra yang benar-benar cocok sebagai pelayan, pakai seragam pelayan dengan celemeknya yang berwarna putih, rambutnya seperti biasa dikuncir bawah, ditambah kacamata bulatnya yang bertengger di hidungnya, culun!

Deandra sudah malas berdebat dengan pria bermata elang itu, tangannya yang masih memegang handle pintu kamar, ditariknya agar dia bisa menutup pintu kamar tersebut.

“Bersihkan kamar mandiku yang ada di dalam!” perintah Aidan. Deandra meluruskan tatapannya ke Aidan. “Mohon maaf Tuan Muda, kamar Tuan bukan bagian daerahku untuk membersihkannya. Kepala pelayan sudah menyampaikan pesan Tuan buatku, jika aku dilarang untuk masuk ke dalam kamar Tuan Muda dan kamar Tuan Besar, bukankah semalam Tuan Muda juga sudah menuliskan jika aku harus menaati segala peraturan yang tertulis,” tutur Deandra, memutar balikkan perkataan Aidan.

 Aidan meraih vas bunga yang ada dekatnya, lalu melemparnya ke arah ambang pintu, Deandra yang melihatnya refleks menghindar.

PRANG!!

Vas itu mengenai salah satu tembok sebelah kanan pintu. Wanita itu pun berjingkat karena rasa kagetnya. Hancur sudah berkeping-keping vas bunga koleksi Mama Amber.

“Baru sehari tinggal di sini, kamu sudah berani membantahku!” suara Aidan sedikit berteriak.

“Sabar Deandra, kamu harus sabar dan tenang menghadapi singa jantan ini,” batin Deandra berusaha menenangi dirinya sendiri walau sebenarnya dirinya mulai waswas.

bersambung ...

Kakak Readers jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, Please mohon jangan tabung bab ya 🙏🏻 biar bisa stay di sini karya ini sampai tamat. Makasih sebelumnya.

Lope lope sekebon 🍊🍊🍊

Terpopuler

Comments

Mayyuzira

Mayyuzira

bagus dea jgn lemah depan si aidan

2024-05-15

0

Femmy Femmy

Femmy Femmy

lebih baik pergi dari rumah. itu Deandra....kalau tidak ada yang menghargai dirimu

2024-05-04

0

Ramlah Kuku

Ramlah Kuku

laki-laki sialan

2024-05-14

0

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah!
2 Welcome To The Jungle
3 Jatuhkan talak tiga padaku!
4 Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5 Ibu mertua kejam
6 Mengobati luka di tangan
7 Kekesalan Aidan
8 Bermesraan di lobby
9 Hati yang galau
10 Pilihan hidup
11 Pria Iblis!
12 Cobalah untuk bertahan, Dea!
13 Permintaan Papa Ricardo
14 Meremehkan Aidan
15 Tawaran Papa Ricardo
16 Berkantor di Perusahaan Nusantara
17 Pria Bodoh!
18 Ya Allah, Aku lelah!
19 Dia sangat berbeda
20 Berada di kamar Aidan
21 Masih sakit
22 Yakin nih seranjang?
23 Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24 Kedatangan tamu
25 Kenapa wajahnya mirip!
26 Kemarahan Papa Ricardo
27 Harus menemani siapa?
28 Keadaan Poppy
29 Amarah Deandra
30 Menyesalkah Aidan?
31 Kepergok
32 Keputusan Deandra
33 Curahan hati Elena
34 Jangan emosi Aidan!
35 Aidan vs Dokter Leo
36 Aidan bagaikan maling
37 Pertengkaran di pagi hari
38 Perkara pulang
39 Jalan-jalan ke mall
40 Tawaran Harland
41 Bahagia itu sederhana
42 Tidak berhasil dapat alamat
43 Deandra yang baru
44 Aidan kepanasan
45 Sikap lembut Deandra
46 Bibir terluka, ditambah perut sakit
47 Awal pertemuan
48 Hasil pemeriksaan Dokter
49 Inseminasi
50 Poppy telah bangun dari koma
51 Kegalauan hati Aidan
52 Sindiran Papa Ricardo
53 Ingin menjenguk Poppy
54 Aidan mulai curiga
55 Liontin milik Deandra
56 Perasaan Poppy
57 Laporan Karno
58 Kedatangan Harland ke perusahaan
59 Pertemuan Harland dengan Ernest
60 Aidan tidak tahan
61 Minta maaf
62 Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63 Kekecewaan Aidan
64 Pembelaan Aidan
65 Mulai syuting
66 Menegur Poppy
67 Perusahaan milik Bianca
68 Makan Malam - 1
69 Makan malam - 2
70 Kebenaran yang terungkap
71 Mulai menyesalkah Aidan?
72 Kegilaan Mama Daisy
73 Kekecewaan Harland
74 Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75 Perhatian kecil Deandra
76 Keributan di kamar Elena
77 Masuk TV
78 Deandra istriku, suamimu bertanya!
79 Bukti terbaru
80 Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81 Serangan jantung
82 Kebenaran yang lain
83 Papa Harland
84 Jangan bawa istriku, Om Harland!
85 Minta maaf
86 Jangan pergi Deandra
87 Aidan sakit
88 Tinggal di tempat baru
89 Nasib Poppy
90 Hasil USG
91 Mengusir Poppy
92 Ambyar
93 Ngidamnya Bumil
94 Murkanya Papa Harland.
95 Pelajaran dari Papa Harland
96 Kekasihku Deandra
97 Tamu di pagi hari
98 Meluluhkan hati Papa Harlan
99 Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100 Bertemu dengan Arik
101 Aku sudah menikah, Mas Arik!
102 Kemarahan Aidan
103 Malam pertamakah?
104 Tolong selamatkan istri saya!
105 Hancurnya hati Aidan.
106 Salah paham
107 Deandra hamil anakmu, Aidan!
108 Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109 Singapura
110 Elena melobi
111 Bicara dari hati ke hati
112 Restu Papa Harland
113 Ngerujak mangga muda di malam hari
114 Kematian
115 Wedding Party
116 Akhir Kisah
117 Please Be My Mommy!
118 Om Bram, Nikah Yuk!
119 Dokter Davin dan Santri Bar Bar
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Terpaksa menikah!
2
Welcome To The Jungle
3
Jatuhkan talak tiga padaku!
4
Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5
Ibu mertua kejam
6
Mengobati luka di tangan
7
Kekesalan Aidan
8
Bermesraan di lobby
9
Hati yang galau
10
Pilihan hidup
11
Pria Iblis!
12
Cobalah untuk bertahan, Dea!
13
Permintaan Papa Ricardo
14
Meremehkan Aidan
15
Tawaran Papa Ricardo
16
Berkantor di Perusahaan Nusantara
17
Pria Bodoh!
18
Ya Allah, Aku lelah!
19
Dia sangat berbeda
20
Berada di kamar Aidan
21
Masih sakit
22
Yakin nih seranjang?
23
Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24
Kedatangan tamu
25
Kenapa wajahnya mirip!
26
Kemarahan Papa Ricardo
27
Harus menemani siapa?
28
Keadaan Poppy
29
Amarah Deandra
30
Menyesalkah Aidan?
31
Kepergok
32
Keputusan Deandra
33
Curahan hati Elena
34
Jangan emosi Aidan!
35
Aidan vs Dokter Leo
36
Aidan bagaikan maling
37
Pertengkaran di pagi hari
38
Perkara pulang
39
Jalan-jalan ke mall
40
Tawaran Harland
41
Bahagia itu sederhana
42
Tidak berhasil dapat alamat
43
Deandra yang baru
44
Aidan kepanasan
45
Sikap lembut Deandra
46
Bibir terluka, ditambah perut sakit
47
Awal pertemuan
48
Hasil pemeriksaan Dokter
49
Inseminasi
50
Poppy telah bangun dari koma
51
Kegalauan hati Aidan
52
Sindiran Papa Ricardo
53
Ingin menjenguk Poppy
54
Aidan mulai curiga
55
Liontin milik Deandra
56
Perasaan Poppy
57
Laporan Karno
58
Kedatangan Harland ke perusahaan
59
Pertemuan Harland dengan Ernest
60
Aidan tidak tahan
61
Minta maaf
62
Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63
Kekecewaan Aidan
64
Pembelaan Aidan
65
Mulai syuting
66
Menegur Poppy
67
Perusahaan milik Bianca
68
Makan Malam - 1
69
Makan malam - 2
70
Kebenaran yang terungkap
71
Mulai menyesalkah Aidan?
72
Kegilaan Mama Daisy
73
Kekecewaan Harland
74
Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75
Perhatian kecil Deandra
76
Keributan di kamar Elena
77
Masuk TV
78
Deandra istriku, suamimu bertanya!
79
Bukti terbaru
80
Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81
Serangan jantung
82
Kebenaran yang lain
83
Papa Harland
84
Jangan bawa istriku, Om Harland!
85
Minta maaf
86
Jangan pergi Deandra
87
Aidan sakit
88
Tinggal di tempat baru
89
Nasib Poppy
90
Hasil USG
91
Mengusir Poppy
92
Ambyar
93
Ngidamnya Bumil
94
Murkanya Papa Harland.
95
Pelajaran dari Papa Harland
96
Kekasihku Deandra
97
Tamu di pagi hari
98
Meluluhkan hati Papa Harlan
99
Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100
Bertemu dengan Arik
101
Aku sudah menikah, Mas Arik!
102
Kemarahan Aidan
103
Malam pertamakah?
104
Tolong selamatkan istri saya!
105
Hancurnya hati Aidan.
106
Salah paham
107
Deandra hamil anakmu, Aidan!
108
Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109
Singapura
110
Elena melobi
111
Bicara dari hati ke hati
112
Restu Papa Harland
113
Ngerujak mangga muda di malam hari
114
Kematian
115
Wedding Party
116
Akhir Kisah
117
Please Be My Mommy!
118
Om Bram, Nikah Yuk!
119
Dokter Davin dan Santri Bar Bar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!