Meremehkan Aidan

Langkah kaki Deandra begitu cepat menuju paviliun, rasanya semakin gerah dan panas jika dia berlama-lama berada di dalam mansion. “Gila saja kalau aku sampai mengandung anak iblis itu!” batin Deandra geram.

“DEANDRA!” teriak Aidan begitu menggema dari kejauhan, kursi rodanya begitu cepat mengikuti Deandra dari belakang. Wanita berkacamata itu menghiraukan panggilan pria itu, padahal dia mendengar teriakan yang sangat kencang itu. Merasa dirinya diacuhkan oleh Deandra, Aidan sengaja ...

“Aaakh,” pekik Deandra terjatuh ke lantai karena dorongan kursi roda Aidan dari belakang. Wanita berkacamata itu pun menolehkan wajahnya ke belakang, dan melihat siapa yang telah mendorongnya.

“Bagus sekali pura-pura tidak mendengar aku ... hem!” geram Aidan dengan wajah garangnya.

Tanpa Aidan ketahui dari balik pintu salah satu ruangan, Papa Ricardo mengamati putra pertamanya itu.

Memangnya hanya Aidan saja yang bisa geram, Deandra pun bisa geram dengan pria lumpuh itu. Dia betulkan posisi kacamata bulatnya lalu bangkit dari duduknya dari lantai.

“Untuk apalagi Tuan berteriak memanggilku dan sengaja membuatku jatuh! bukankah semuanya sudah jelas di ruang makan tadi, atau Tuan butuh bantuanku untuk mengerjakan pekerjaan rumah!” seru Deandra tidak ada rasa hormatnya sama sekali dengan Aidan.

“Kamu benar-benar tidak menghargai aku sebagai majikanmu, seharusnya kamu berhenti saat aku memanggil, dan seharusnya kamu minta maaf telah melukai hatiku dengan kata-katamu di sana tadi!” bentak Aidan.

Melukai hati apa Aidan! Mungkinkah karena kata-kata Deandra yang tidak ingin mengandung anakmu jadi terluka hatinya!

Deandra memutar malas bola matanya, lalu menyibak ujung ekor rambutnya. “Oh memang adakah  kata-kataku yang melukai hati Tuan? bukankah aku berkata sesuai dengan isi hati Tuan ya! Jika Tuan Muda tidak akan menyetujui permintaan tuan besar. Tuan tidak ingin aku mengandung anak Tuankan! Lantas karena hal itu membuat Tuan terluka hatinya!” sahut Deandra, suaranya agak meninggi dan terdengar mengejek pria itu.

Sehubungan jarak Aidan dan Deandra begitu dekat, pria itu meraih pergelangan tangan Deandra lalu mencekal dengan eratnya.

“Aaakh,” ringis kesakitan Deandra menahan rasa sakit cengkeraman tangan Aidan.

“Kamu lupa jika aku lumpuh karenamu! Dan kamu tadi memandang remeh aku yang lumpuh ini! HUH!” sentak Aidan, tangan pria itu semakin jadi-jadi mencengkeram pergelangan tangan Deandra dengan kuatnya sampai wanita berkacamata itu melorotkan tubuhnya kembali ke lantai.

Dibalik tatapan menahan rasa sakitnya, Deandra berusaha menajamkan kedua netranya. “Aku tahu memang aku yang membuat Tuan sekarang lumpuh, dan aku akui memang meremehkan Tuan, karena ...!” Deandra sejenak tersenyum miring.

“Buat apa memiliki kekayaan, wajah tampan tapi tidak bisa melakukan apa pun, tidak bisa berjalan, tidak seperti aku yang bebas melakukan apa pun! Jika tidak ingin diremehkan maka segeralah cepat sembuh dari lumpuh ini! Bukan berlama-lama di atas kursi roda, atau mungkin Tuan betah menjadi lumpuh seumur hidup, atau jangan-jangan bangga menjadi CEO Lumpuh!” jawab Deandra dengan lantangnya, dan sudut bibir seakan ingin menertawakan pria itu.

Aidan semakin garang wajahnya, tangannya yang kosong kini melayang ke udara, dan Deandra siap menerima maksud dari tangan itu, tapi tak lama tangan pria itu berhenti.

“Kenapa ... kenapa berhenti, ayo lanjutkan ... bukankah ingin menampar aku kan! Kalau perlu hajar sekalian aku ini hingga hancur biar Tuan puas. Makanya bangun dari kursi roda itu biar tambah puas menghajarku!” maki Deandra menantangi pria lumpuh itu. “Tapi jika Tuan sampai melakukan padaku, Tuan benar-benar seorang pengecut! Beraninya hanya dengan seorang wanita. DASAR IBLIS!” lanjut kata Deandra menantang, dan benar-benar mematik pertengkaran dengan suaminya.

Aidan menahan tangannya untuk tidak mendarat ke wajah Deandra, pelan-pelan dia turunkan tangannya. Kedua netra Deandra yang sangat menantang tidak ada rasa takutnya mengikuti gerakkan tangan Aidan,

“Tuan Aidan,” panggil seseorang dari kejauhan.

Aidan langsung menoleh sejenak, ternyata Lucky yang memanggilnya. “Aku akan membalas semua perbuatanmu!” sentak Aidan, kemudian dia melepas cengkeramannya.

“Aku akan tunggu pembalasan dari Tuan,” tantang Deandra.

“TUTUP MULUT KAMU DEANDRA!” teriak Aidan begitu kencang.

Deandra hanya tersenyum devil, seraya mengusap pergelangannya yang terlihat memerah, kemudian bangkit dari lantai, dan dia bergegas pergi.

“DASAR PRIA IBLIS!” teriak Deandra.

Dibalik pintu Papa Ricardo tersenyum tipis melihat Aidan bersama istri keduanya. “Rupanya dia wanita yang tangguh dan bisa melawan Aidan, sangat jauh berbeda dengan Poppy. Aku harus berusaha mencari cara agar Deandra mau mengandung anak Aidan, dia cocok melahirkan ahli waris dan menjadi istri Aidan yang sesungguhnya ketimbang Poppy!” gumam Papa Ricardo sendiri.

Sementara itu, Aidan menatap nanar ke arah wanita yang membuat dia marah dan semakin bertambah emosinya. “Lucky, batalkan semua agenda saya di kantor, dan antar saya pagi ini ke rumah sakit!” perintah Aidan dengan menggebu-gebu.

“Baik Tuan, akan saya batalkan semua jadwal meeting hari ini!” jawab patuh Lucky.

Usai Deandra tidak terlihat lagi, pria itu menatap kedua kakinya lalu dia memukul kedua pahanya. “Berani sekali kamu meremehkan aku  mentang-mentang lumpuh!” geram Aidan dengan mengepalkan kedua tangannya.

...----------------...

Rumah Sakit

Pria kalau sudah diremehkan oleh wanita seperti ini rasanya, dengan rasa yang kesal dia mendatanginya rumah sakit tempat di mana Poppy dirawat, Aidan meminta Lucky untuk membuat janji temu dengan dokter spesialis ortopedi dan spesialis saraf sementara menunggu dia menjenguk istrinya yang masih berbaring di ruang ICU. Hasil dari laporan dokter jaga, tidak ada hasil yang signifikan dari Poppy yang memperlihatkan kemajuan atau tanda-tanda untuk sadar kembali, masih sama dengan sebelum-sebelumnya.  

Pria lumpuh itu hanya bisa menarik napas dalam-dalam, seakan ada rasa frustrasi. “Bangunlah Poppy, perjalanan kita masih panjang, tidakkah kamu rindu denganku,” gumam Aidan sendiri. Berhubung hanya bisa menjenguknya sebentar, pria itu kembali keluar dari ruang ICU, dan menunggu dijemput Lucky.

Sepuluh menit kemudian Lucky tiba dan mengiring Aidan untuk menemui dokter yang dulu menangani Aidan.

“Wah kejutan besar Pak Aidan kembali menemui saya,” ujar Dokter Gio.

Wajah Aidan terlihat datar saja ketika disambut baik oleh Dokter Gio. Memang betul dengan apa yang diucapkan oleh Dokter Gio, sebuah kejutan besar selama dua bulan pasca dia keluar dari rumah sakit, pria itu kini kembali ke rumah sakit, padahal Dokter Gio sudah menyarankan untuk kembali kontrol dan melakukan serangkaian pengobatan dan fisioterapi, namun pria itu tidak pernah datang.

“Saya ingin kembali bisa berjalan, telatkah saya datang, Dokter,” tanya Aidan langsung to the point.

“Tidak ada kata terlambat untuk mencoba, bukankah sebelum Pak Aidan keluar dari rumah sakit sudah saya info kan jika ada kemungkinan untuk bisa kembali berjalan asal kan ada kemauan untuk berjuang dan mengikuti serangkain pengobatan,” tutur Dokter Gio.

Entah keinginan apa tiba-tiba muncul di diri Aidan, sang asisten saja sampai heran mendengarnya, karena dia sendiri sudah berkali-kali mengingatkan Tuannya untuk berobat tapi selalu diabaikan yang ada dia menerima gelas melayang dari Aidan.

“Tumben Tuan Aidan ada keinginan untuk sembuh, tapi baguslah. Apa karena perkataan Deandra, yang bikin sakit hati Tuan Aidan,” batin Lucky.

 Dokter Gio tersenyum pada pasiennya yang dulu sempat patah semangatnya, sekarang dia mulai melakukan serangkain pemeriksaan pada kedua kaki Aidan, kemudian memutuskan kapan akan mulai melakukan pengobatannya.

“Lihat saja nanti Deandra, aku akan kembali bisa berdiri dan akan memberikan kamu pelajaran!” geram batin Aidan. Tanpa Aidan sadari, pikirannya sudah sering tertuju pada Deandra.

Sementara itu, Deandra sudah tiba di perusahaan tempat dia bekerja, setibanya di lobby perusahaan dan sudah jelas dia datang terlambat, tak sengaja dia bertemu dengan kedua orang tua angkatnya.

Mama Daisy melangkahkan kakinya dengan anggun lalu menghampiri wanita berkacamata itu, tatapan matanya begitu tajam dan terlihat kebencian dari sinar matanya. “Ternyata masih berani juga kamu bekerja di sini ... huh! Kalau bukan karena investasi dari Aidan, dari kemarin aku sudah menyuruh suamiku untuk menendang dirimu di luar sana,” ucap Mama Daisy pelan, namun penuh penekanan.

Deandra tidak berkutik, sebenci-bencinya Mama Daisy terhadap dirinya, namun wanita paruh baya itu masih mau merawat wanita itu dari kecil, dan Deandra sangat menghargainya. Deandra mengatup kedua bibirnya, dia tahu diri kebencian ibu angkatnya memuncak karena kesalahan dirinya sendiri praduga dirinya, padahal sebenarnya ini ulahnya Mama Daisy.

“Mah, ayo kita ke ruangan Papa,” ajak Papa Ernest pada istrinya, dengan bermaksud menghindari keributan yang tidak diinginkan di lobby.

Mama Daisy menyibakkan rambut pendeknya kemudian mendengus kesal pada Almira, lalu meninggalkan Deandra yang masih terdiam. Tak terasa kedua netra wanita berkacamata itu kembali berkaca-kaca.

“Kapan semuanya kembali membaik seperti dulu. Ya Allah kenapa hidupku menjadi kacau seperti ini!”

bersambung ...

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Jiiiaaa melukai hati.... apa kabar dengamuuuuu???

2024-05-06

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Dan... edan...
benci tapi ngintil ae koe Dan...

2024-05-06

0

Sri Mulyaningsih

Sri Mulyaningsih

setuju

2024-04-15

0

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah!
2 Welcome To The Jungle
3 Jatuhkan talak tiga padaku!
4 Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5 Ibu mertua kejam
6 Mengobati luka di tangan
7 Kekesalan Aidan
8 Bermesraan di lobby
9 Hati yang galau
10 Pilihan hidup
11 Pria Iblis!
12 Cobalah untuk bertahan, Dea!
13 Permintaan Papa Ricardo
14 Meremehkan Aidan
15 Tawaran Papa Ricardo
16 Berkantor di Perusahaan Nusantara
17 Pria Bodoh!
18 Ya Allah, Aku lelah!
19 Dia sangat berbeda
20 Berada di kamar Aidan
21 Masih sakit
22 Yakin nih seranjang?
23 Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24 Kedatangan tamu
25 Kenapa wajahnya mirip!
26 Kemarahan Papa Ricardo
27 Harus menemani siapa?
28 Keadaan Poppy
29 Amarah Deandra
30 Menyesalkah Aidan?
31 Kepergok
32 Keputusan Deandra
33 Curahan hati Elena
34 Jangan emosi Aidan!
35 Aidan vs Dokter Leo
36 Aidan bagaikan maling
37 Pertengkaran di pagi hari
38 Perkara pulang
39 Jalan-jalan ke mall
40 Tawaran Harland
41 Bahagia itu sederhana
42 Tidak berhasil dapat alamat
43 Deandra yang baru
44 Aidan kepanasan
45 Sikap lembut Deandra
46 Bibir terluka, ditambah perut sakit
47 Awal pertemuan
48 Hasil pemeriksaan Dokter
49 Inseminasi
50 Poppy telah bangun dari koma
51 Kegalauan hati Aidan
52 Sindiran Papa Ricardo
53 Ingin menjenguk Poppy
54 Aidan mulai curiga
55 Liontin milik Deandra
56 Perasaan Poppy
57 Laporan Karno
58 Kedatangan Harland ke perusahaan
59 Pertemuan Harland dengan Ernest
60 Aidan tidak tahan
61 Minta maaf
62 Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63 Kekecewaan Aidan
64 Pembelaan Aidan
65 Mulai syuting
66 Menegur Poppy
67 Perusahaan milik Bianca
68 Makan Malam - 1
69 Makan malam - 2
70 Kebenaran yang terungkap
71 Mulai menyesalkah Aidan?
72 Kegilaan Mama Daisy
73 Kekecewaan Harland
74 Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75 Perhatian kecil Deandra
76 Keributan di kamar Elena
77 Masuk TV
78 Deandra istriku, suamimu bertanya!
79 Bukti terbaru
80 Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81 Serangan jantung
82 Kebenaran yang lain
83 Papa Harland
84 Jangan bawa istriku, Om Harland!
85 Minta maaf
86 Jangan pergi Deandra
87 Aidan sakit
88 Tinggal di tempat baru
89 Nasib Poppy
90 Hasil USG
91 Mengusir Poppy
92 Ambyar
93 Ngidamnya Bumil
94 Murkanya Papa Harland.
95 Pelajaran dari Papa Harland
96 Kekasihku Deandra
97 Tamu di pagi hari
98 Meluluhkan hati Papa Harlan
99 Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100 Bertemu dengan Arik
101 Aku sudah menikah, Mas Arik!
102 Kemarahan Aidan
103 Malam pertamakah?
104 Tolong selamatkan istri saya!
105 Hancurnya hati Aidan.
106 Salah paham
107 Deandra hamil anakmu, Aidan!
108 Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109 Singapura
110 Elena melobi
111 Bicara dari hati ke hati
112 Restu Papa Harland
113 Ngerujak mangga muda di malam hari
114 Kematian
115 Wedding Party
116 Akhir Kisah
117 Please Be My Mommy!
118 Om Bram, Nikah Yuk!
119 Dokter Davin dan Santri Bar Bar
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Terpaksa menikah!
2
Welcome To The Jungle
3
Jatuhkan talak tiga padaku!
4
Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5
Ibu mertua kejam
6
Mengobati luka di tangan
7
Kekesalan Aidan
8
Bermesraan di lobby
9
Hati yang galau
10
Pilihan hidup
11
Pria Iblis!
12
Cobalah untuk bertahan, Dea!
13
Permintaan Papa Ricardo
14
Meremehkan Aidan
15
Tawaran Papa Ricardo
16
Berkantor di Perusahaan Nusantara
17
Pria Bodoh!
18
Ya Allah, Aku lelah!
19
Dia sangat berbeda
20
Berada di kamar Aidan
21
Masih sakit
22
Yakin nih seranjang?
23
Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24
Kedatangan tamu
25
Kenapa wajahnya mirip!
26
Kemarahan Papa Ricardo
27
Harus menemani siapa?
28
Keadaan Poppy
29
Amarah Deandra
30
Menyesalkah Aidan?
31
Kepergok
32
Keputusan Deandra
33
Curahan hati Elena
34
Jangan emosi Aidan!
35
Aidan vs Dokter Leo
36
Aidan bagaikan maling
37
Pertengkaran di pagi hari
38
Perkara pulang
39
Jalan-jalan ke mall
40
Tawaran Harland
41
Bahagia itu sederhana
42
Tidak berhasil dapat alamat
43
Deandra yang baru
44
Aidan kepanasan
45
Sikap lembut Deandra
46
Bibir terluka, ditambah perut sakit
47
Awal pertemuan
48
Hasil pemeriksaan Dokter
49
Inseminasi
50
Poppy telah bangun dari koma
51
Kegalauan hati Aidan
52
Sindiran Papa Ricardo
53
Ingin menjenguk Poppy
54
Aidan mulai curiga
55
Liontin milik Deandra
56
Perasaan Poppy
57
Laporan Karno
58
Kedatangan Harland ke perusahaan
59
Pertemuan Harland dengan Ernest
60
Aidan tidak tahan
61
Minta maaf
62
Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63
Kekecewaan Aidan
64
Pembelaan Aidan
65
Mulai syuting
66
Menegur Poppy
67
Perusahaan milik Bianca
68
Makan Malam - 1
69
Makan malam - 2
70
Kebenaran yang terungkap
71
Mulai menyesalkah Aidan?
72
Kegilaan Mama Daisy
73
Kekecewaan Harland
74
Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75
Perhatian kecil Deandra
76
Keributan di kamar Elena
77
Masuk TV
78
Deandra istriku, suamimu bertanya!
79
Bukti terbaru
80
Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81
Serangan jantung
82
Kebenaran yang lain
83
Papa Harland
84
Jangan bawa istriku, Om Harland!
85
Minta maaf
86
Jangan pergi Deandra
87
Aidan sakit
88
Tinggal di tempat baru
89
Nasib Poppy
90
Hasil USG
91
Mengusir Poppy
92
Ambyar
93
Ngidamnya Bumil
94
Murkanya Papa Harland.
95
Pelajaran dari Papa Harland
96
Kekasihku Deandra
97
Tamu di pagi hari
98
Meluluhkan hati Papa Harlan
99
Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100
Bertemu dengan Arik
101
Aku sudah menikah, Mas Arik!
102
Kemarahan Aidan
103
Malam pertamakah?
104
Tolong selamatkan istri saya!
105
Hancurnya hati Aidan.
106
Salah paham
107
Deandra hamil anakmu, Aidan!
108
Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109
Singapura
110
Elena melobi
111
Bicara dari hati ke hati
112
Restu Papa Harland
113
Ngerujak mangga muda di malam hari
114
Kematian
115
Wedding Party
116
Akhir Kisah
117
Please Be My Mommy!
118
Om Bram, Nikah Yuk!
119
Dokter Davin dan Santri Bar Bar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!