Dia sangat berbeda

Setegar-tegarnya manusia, ada titik lemah yang tidak bisa dikuasai oleh diri sendiri tanpa disadarinya inilah yang sekarang dialami oleh Deandra.

Rumah Sakit

“Bagiamana dia sangat berbeda, dia—” batin Aidan bertanya-tanya, dan jelas tidak akan mengakui atas apa yang dia lihat sekarang.

Selang oksigen terpasang di hidung wanita yang kini tidak menggunakan kacamata lagi, baju kerja yang sudah basah kini sudah berganti dengan baju berwarna biru bermotif putih yang digantikan oleh pihak rumah sakit.

Pipi putih itu masih terlihat pucat seakan tidak ada darah yang mengalir di bagian wajah wanita itu. Aidan si pria lumpuh itu kini berada di samping ranjang wanita itu, sejak dia tiba di rumah sakit hingga sekarang tidak sedikit pun keluar dari ruang rawat wanita itu hampir dua jam berada di sana. Kenapa? Ada sesuatukah? Atau ingin kembali mencaci makinya ketika wanita itu sudah mulai tersadar? Entahlah ... tidak bisa dibaca pikiran pria itu. Yang jelas melihat kondisi Deandra sejak awal datang, pria lumpuh itu selalu menatap wajah wanita itu, dan jarang memalingkan tatapannya. Terpesonakah?

 Jemari Deandra mulai bergerak, begitu pula dengan kepalanya yang mulai terlihat miring ke kanan, Aidan memperhatikan itu dan dia masih setia menunggu wanita itu tersadar dari pingsannya hanya seorang diri. Lucky dan Karno saja yang sempat ikut masuk ke dalam ruang rawat segera diusir oleh Aidan setelah melihat wajah Deandra.

Bola mata di dalam pelupuk Deandra mulai terlihat bergerak, pelan-pelan terbukalah kelopak mata itu, dan orang yang pertama kali dia lihat adalah wajah tampan Aidan, seketika itu juga Deandra menutup kedua netranya sembari menarik napasnya dalam-dalam, tanpa ada rasa ingin tahu dia ada dimana.

“Kenapa kamu tutup kembali matamu? Menyesal karena ternyata masih hidup di dunia ini!” tegur Aidan, tidak berperasaan mulutnya kembali kasar.

Bola mata indah yang selama ini tertutupi oleh kacamata bulat itu, mulai kembali terbuka. Mata itu terlihat jernih, iris mata hazel brown di tambah bulu mata yang panjang nan lentik, sangat memikat setiap orang yang melihatnya. Sejenak Aidan tertegun melihatnya dalam beberapa detik, namun secepat kilat dia mengalihkan rasa terpesonanya itu.

“Kalau mau bunuh diri itu tidak usah nanggung-nanggung, kenapa tidak loncat dari gedung saja biar sekalian mati. Tidak seperti sekarang nyusahin orang saja, yang kesusahan harus menolong kamu!” sindir Aidan yang masih saja tidak melihat sikon jika keadaan Deandra baru tersadar dari pingsannya.

Tangan Deandra meremas selimut yang dia kenakan itu, kesal atas tuduhan Aidan jika dirinya ingin bunuh diri, dia tidak ada niatan untuk mengakhiri hidupnya, dia hanya bersentuhan dengan air laut dan membiarkan dirinya berada di sana, lagi pula dia tidak berteriak minta tolong. Dan kenapa juga Aidan ada di sini jika dirinya tidak pernah dianggap istri!

Deandra bergeming dan kembali memejamkan kedua netranya. Aidan menatapnya dengan tarikan napasnya yang kasar.

“Baiklah besok aku akan melakukan saran darimu, aku akan loncat dari gedung biar hati Tuan senang, ternyata hari ini aku gagal lenyap dari dunia ini ya,” jawab Deandra agak menertawakan dirinya sendiri. “Sorry jika tadi aku tidak berhasil mati, mungkin besok akan aku jalan kan saran dari Tuan,” lanjut kata Deandra dalam tawanya.

Batin Aidan mengeram, pria itu justru tidak suka atas jawaban Deandra, dengan menunjukkan tatapan marahnya dia kembali meneriaki nama wanita itu, dan hal itu membuat wanita yang masih berada di atas ranjang semakin tertawa, namun di balik tawanya ada buliran bening yang jatuh membasahi pipinya. Aidan tidak terima jawab Deandra yang ingin kembali menghilangkan nyawanya sendiri!

“LUCKY!” Pria lumpuh itu memanggil nama asistennya yang sekarang berada di luar ruang rawat.

Pria yang di panggil namanya masuk ke dalam ruangan. “Ya Tuan,” jawab Lucky, dia tak sengaja melihat wajah Deandra.

“Jaga matamu Lucky!” tegur Aidan, tidak suka dengan tatapan asistennya yang terlihat terpukau pada Deandra.

“Eeh iya Tuan,” jawab Lucky, langsung mengalihkan tatapannya.

“Panggilkan Dokter, dia sudah sadar, suruh Dokter cepat memeriksanya,” perintah Aidan dengan nada tingginya.

“Baik Tuan.”

“Itu beneran Dea kah? Kok beda ya?” batin Lucky.

“Kenapa Tuan harus panggil Dokter bukankan lebih baik aku tidak diperiksa,” celetuk Deandra, dia berusaha kembali menegarkan dirinya sendiri.

Tanpa menjawab, Aidan hanya menunjukkan tatapan tajamnya pada Deandra.

Deandra tidak mau lama-lama ditatap Aidan, dia lebih memilih memiringkan tubuhnya hingga memunggungi pria itu, tak peduli kalau dibilang tidak hormat dengan majikannya. Aidan yang melihat hal itu mendengus kesal merasa tidak dihargai oleh Deandra.

Selang berapa lama Dokter pun tiba dan langsung mengecek keadaan Deandra.

“Jadi malam ini bisa pulang, Dokter?” tanya Aidan.

“Sudah bisa Pak, karena kondisinya sudah membaik, tapi jika dirawat juga bisa ... agar cepat pemulihannya,” jawab sang Dokter.

“Kalau begitu malam ini saya memilih pulang, tidak usah menunggu besok pagi,” pinta Aidan. Pria lumpuh itu menatap Lucky yang ada di hadapannya. “Lucky, urus administrasinya,” titah Aidan.

Lucky menganggukkan kepalanya, lalu keluar dari ruang rawat, selanjutnya disusul oleh Dokter. Kembalilah mereka berdua di kamar. “Tidak perlu kamu berlama-lama di rawat di rumah sakit, menghabiskan uangku saja!” ucap Aidan dengan tatapan dinginnya. Bohong sekali bilang uangnya akan habis, bilang saja tidak mau jauh dari Deandra setelah lihat wajah asli istri keduanya. Munafik sekali jika tidak terpikat sama istri sendiri!

Deandra bangkit dari pembaringannya, rambutnya yang panjang sedikit bergelombang, dan biasanya selalu dikuncir kuda atau kuncir rendah, sekarang tergerai dengan indahnya, kembali lagi Aidan tertegun melihatnya, kali ini dia melihat sosok Deandra yang sangat berbeda, semuanya tampak sempurna tidak ada kesan culunnya. Sangat cantik ketimbang Poppy, Deandra tanpa makeup di wajahnya sudah kelihatan aura wajah jelitanya, imut dan menggemaskan.

Namun lagi-lagi hati Aidan menepis rasa kagumnya justru dia mengalihkan pikirannya tersebut. Deandra diam saja, tangannya bergerak ke atas nakas untuk mengambil kacamata bulatnya lalu memakainya, sedangkan rambutnya terpaksa dia gerai karena tidak ada ikat rambutnya. Deandra lupa jika saat ini wajah flek hitamnya sudah tidak ada, dia juga tidak sadar sedang menunjukkan wajah aslinya di hadapan Aidan.

...----------------...

Untuk pertama kalinya Aidan mengizinkan Deandra menaiki mobilnya, dan sama-sama menuju mansion Ricardo. Sepanjang perjalanan menuju mansion, Deandra lebih banyak diam dan selalu menatap ke arah jendela, tak sekalipun dia melirik ke samping di mana tempat Aidan duduk.

Pria yang berstatus suaminya juga sama-sama terdiam, tidak mengeluarkan suaranya tapi ujung ekor netranya kadang melirik wanita itu, seperti sudah candu melihat wajah Deandra.

Sekitar satu jam lebih perjalanan, sampailah mereka berdua di mansion Ricardo, Deandra keluar terlebih dahulu dari mobil, sedangkan Aidan harus dibantu dulu oleh Lucky dan sopirnya untuk keluar dari mobil.

Mama Amber yang kebetulan ada di ruang utama, menatap heran ke arah mobil Aidan saat melihat Deandra keluar dari mobil tersebut.

“Apa apaan ini! Kenapa kamu bisa satu mobil dengan anak saya! Dan kamu tidak lihat sekarang sudah jam 10 malam kamu baru pulang!” tegur Mama Amber, yang sudah melangkah maju ke sisi pintu utama dengan tatapannya sangat menyelidik.

Deandra mendesah panjang, lalu menghentikan langkah kakinya kemudian menoleh ke belakang untuk melihat keberadaan Aidan. Siapa yang harus menjelaskannya Deandra'kah atau Aidan' kah?

Kursi roda pria itu semakin mendekati mereka berdua. “Aidan kenapa kamu bisa kasih tumpangan wanita itu semobil denganmu! Memangnya tidak bisa dia pulang sendiri?” tanya Mama Amber agak kesal.

Aidan memutar malas kedua bola matanya. “Terpaksa Mah, tapi ada urusan sebentar. Kalau enggak aku juga suruh dia naik kendaraan yang lain,” balas Aidan dengan tatapan datarnya ke Deandra.

“Sudah dari awal aku bilang akan pulang dengan taxi, tapi dia sendiri yang memaksa aku masuk ke mobilnya. Sekarang bilangnya sangat berbeda, terserah deh ... badanku masih gak karuan rasanya!” batin Deandra. Ya mana relalah istrinya cantik naik taxi sendirian!

“Pemisi Nyonya, aku mau ke kamar,” pamit Deandra yang keberadaannya masih dihalangi oleh Mama Amber.

“Dea, langsung ke kamarku, ada yang ingin aku bicarakan denganmu,” titah Aidan tiba-tiba saja, dengan nada dinginnya.

Mama Amber mengerutkan keningnya mendengar perintah Aidan, lalu menatap Deandra. Ada apa ini?

Sesampainya mobil Aidan di mansion, tak selang berapa lama mobil milik Papa Ricardo tiba dari dalam mobilnya pria tua itu menyeringai tipis.

"Bagiamana Aidan ... kamu sudah tahu bukan wajah asli istri keduamu, Deandra jelas jauh lebih cantik dari istri yang kamu cintai. Apakah masih tega kamu menyiksanya! Atau kamu sudah siap akan kehilangan istrimu untuk selamanya jika kamu terus menyiksanya!" gumam Papa Ricardo sendiri, sembari melihat anak dan menantunya masih di depan pintu masuk.

Mendapat kabar jika Deandra tenggelam dan melihat Aidan begitu khawatir, hati Papa Ricardo rasanya ingin menertawakan anaknya. Mulut bisa berkata dendam, namun raga tidak bisa dibohongi, jika ada rasa yang melingkupi perasaan Aidan untuk Deandra, namun masih tertutupi dengan dendamnya.

Bersambung ...

Mau ngapain Dea disuruh ke kamar, jangan bilang sekarang suruh tidur di kamar Aidan ya?

...----------------...

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Pedes sekali mulutnya Aidan.

2024-05-06

0

Femmy Femmy

Femmy Femmy

kaget kan lihat istrinya ternyata sangat cantik...

2024-05-04

0

AmeeRenn

AmeeRenn

....

2024-01-25

0

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah!
2 Welcome To The Jungle
3 Jatuhkan talak tiga padaku!
4 Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5 Ibu mertua kejam
6 Mengobati luka di tangan
7 Kekesalan Aidan
8 Bermesraan di lobby
9 Hati yang galau
10 Pilihan hidup
11 Pria Iblis!
12 Cobalah untuk bertahan, Dea!
13 Permintaan Papa Ricardo
14 Meremehkan Aidan
15 Tawaran Papa Ricardo
16 Berkantor di Perusahaan Nusantara
17 Pria Bodoh!
18 Ya Allah, Aku lelah!
19 Dia sangat berbeda
20 Berada di kamar Aidan
21 Masih sakit
22 Yakin nih seranjang?
23 Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24 Kedatangan tamu
25 Kenapa wajahnya mirip!
26 Kemarahan Papa Ricardo
27 Harus menemani siapa?
28 Keadaan Poppy
29 Amarah Deandra
30 Menyesalkah Aidan?
31 Kepergok
32 Keputusan Deandra
33 Curahan hati Elena
34 Jangan emosi Aidan!
35 Aidan vs Dokter Leo
36 Aidan bagaikan maling
37 Pertengkaran di pagi hari
38 Perkara pulang
39 Jalan-jalan ke mall
40 Tawaran Harland
41 Bahagia itu sederhana
42 Tidak berhasil dapat alamat
43 Deandra yang baru
44 Aidan kepanasan
45 Sikap lembut Deandra
46 Bibir terluka, ditambah perut sakit
47 Awal pertemuan
48 Hasil pemeriksaan Dokter
49 Inseminasi
50 Poppy telah bangun dari koma
51 Kegalauan hati Aidan
52 Sindiran Papa Ricardo
53 Ingin menjenguk Poppy
54 Aidan mulai curiga
55 Liontin milik Deandra
56 Perasaan Poppy
57 Laporan Karno
58 Kedatangan Harland ke perusahaan
59 Pertemuan Harland dengan Ernest
60 Aidan tidak tahan
61 Minta maaf
62 Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63 Kekecewaan Aidan
64 Pembelaan Aidan
65 Mulai syuting
66 Menegur Poppy
67 Perusahaan milik Bianca
68 Makan Malam - 1
69 Makan malam - 2
70 Kebenaran yang terungkap
71 Mulai menyesalkah Aidan?
72 Kegilaan Mama Daisy
73 Kekecewaan Harland
74 Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75 Perhatian kecil Deandra
76 Keributan di kamar Elena
77 Masuk TV
78 Deandra istriku, suamimu bertanya!
79 Bukti terbaru
80 Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81 Serangan jantung
82 Kebenaran yang lain
83 Papa Harland
84 Jangan bawa istriku, Om Harland!
85 Minta maaf
86 Jangan pergi Deandra
87 Aidan sakit
88 Tinggal di tempat baru
89 Nasib Poppy
90 Hasil USG
91 Mengusir Poppy
92 Ambyar
93 Ngidamnya Bumil
94 Murkanya Papa Harland.
95 Pelajaran dari Papa Harland
96 Kekasihku Deandra
97 Tamu di pagi hari
98 Meluluhkan hati Papa Harlan
99 Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100 Bertemu dengan Arik
101 Aku sudah menikah, Mas Arik!
102 Kemarahan Aidan
103 Malam pertamakah?
104 Tolong selamatkan istri saya!
105 Hancurnya hati Aidan.
106 Salah paham
107 Deandra hamil anakmu, Aidan!
108 Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109 Singapura
110 Elena melobi
111 Bicara dari hati ke hati
112 Restu Papa Harland
113 Ngerujak mangga muda di malam hari
114 Kematian
115 Wedding Party
116 Akhir Kisah
117 Please Be My Mommy!
118 Om Bram, Nikah Yuk!
119 Dokter Davin dan Santri Bar Bar
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Terpaksa menikah!
2
Welcome To The Jungle
3
Jatuhkan talak tiga padaku!
4
Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5
Ibu mertua kejam
6
Mengobati luka di tangan
7
Kekesalan Aidan
8
Bermesraan di lobby
9
Hati yang galau
10
Pilihan hidup
11
Pria Iblis!
12
Cobalah untuk bertahan, Dea!
13
Permintaan Papa Ricardo
14
Meremehkan Aidan
15
Tawaran Papa Ricardo
16
Berkantor di Perusahaan Nusantara
17
Pria Bodoh!
18
Ya Allah, Aku lelah!
19
Dia sangat berbeda
20
Berada di kamar Aidan
21
Masih sakit
22
Yakin nih seranjang?
23
Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24
Kedatangan tamu
25
Kenapa wajahnya mirip!
26
Kemarahan Papa Ricardo
27
Harus menemani siapa?
28
Keadaan Poppy
29
Amarah Deandra
30
Menyesalkah Aidan?
31
Kepergok
32
Keputusan Deandra
33
Curahan hati Elena
34
Jangan emosi Aidan!
35
Aidan vs Dokter Leo
36
Aidan bagaikan maling
37
Pertengkaran di pagi hari
38
Perkara pulang
39
Jalan-jalan ke mall
40
Tawaran Harland
41
Bahagia itu sederhana
42
Tidak berhasil dapat alamat
43
Deandra yang baru
44
Aidan kepanasan
45
Sikap lembut Deandra
46
Bibir terluka, ditambah perut sakit
47
Awal pertemuan
48
Hasil pemeriksaan Dokter
49
Inseminasi
50
Poppy telah bangun dari koma
51
Kegalauan hati Aidan
52
Sindiran Papa Ricardo
53
Ingin menjenguk Poppy
54
Aidan mulai curiga
55
Liontin milik Deandra
56
Perasaan Poppy
57
Laporan Karno
58
Kedatangan Harland ke perusahaan
59
Pertemuan Harland dengan Ernest
60
Aidan tidak tahan
61
Minta maaf
62
Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63
Kekecewaan Aidan
64
Pembelaan Aidan
65
Mulai syuting
66
Menegur Poppy
67
Perusahaan milik Bianca
68
Makan Malam - 1
69
Makan malam - 2
70
Kebenaran yang terungkap
71
Mulai menyesalkah Aidan?
72
Kegilaan Mama Daisy
73
Kekecewaan Harland
74
Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75
Perhatian kecil Deandra
76
Keributan di kamar Elena
77
Masuk TV
78
Deandra istriku, suamimu bertanya!
79
Bukti terbaru
80
Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81
Serangan jantung
82
Kebenaran yang lain
83
Papa Harland
84
Jangan bawa istriku, Om Harland!
85
Minta maaf
86
Jangan pergi Deandra
87
Aidan sakit
88
Tinggal di tempat baru
89
Nasib Poppy
90
Hasil USG
91
Mengusir Poppy
92
Ambyar
93
Ngidamnya Bumil
94
Murkanya Papa Harland.
95
Pelajaran dari Papa Harland
96
Kekasihku Deandra
97
Tamu di pagi hari
98
Meluluhkan hati Papa Harlan
99
Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100
Bertemu dengan Arik
101
Aku sudah menikah, Mas Arik!
102
Kemarahan Aidan
103
Malam pertamakah?
104
Tolong selamatkan istri saya!
105
Hancurnya hati Aidan.
106
Salah paham
107
Deandra hamil anakmu, Aidan!
108
Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109
Singapura
110
Elena melobi
111
Bicara dari hati ke hati
112
Restu Papa Harland
113
Ngerujak mangga muda di malam hari
114
Kematian
115
Wedding Party
116
Akhir Kisah
117
Please Be My Mommy!
118
Om Bram, Nikah Yuk!
119
Dokter Davin dan Santri Bar Bar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!