Kekesalan Aidan

Perusahaan Zen Zero

Pria berparas tampan yang duduk di atas kursi rodanya, tampak memandang gedung gedung yang menjulang tinggi dari balik jendela besar yang ada di ruang kerjanya. Tatapan yang tersirat akan kebencian, frustrasi, kesedihan yang menjadi satu.

Dia selalu saja merutuki dirinya  yang kini lumpuh, yang tak bisa lagi melangkahkan kakinya dengan menunjukkan keangkuhannya di perusahaannya sendiri. Di saat seorang diri tangan kanannya memegang gelas kecil berisikan minuman laknat yang seumur hidupnya tidak pernah dia sentuh, tapi semenjak dirinya lumpuh, dia menyentuh minuman yang sangat diharamkan itu, sesapan demi sesapan dia menikmati minuman itu, padahal tidak ada nikmatnya tapi buat pria lumpuh itu bisa membuat dia melupakan kekesalannya sendiri.

“Permisi Tuan Aidan, jam 11 nanti ada meeting di kantor Pak Ernest,” lapor Lucky, sang asisten pribadinya yang hampir 10 tahun bekerja dengan Aidan.

Aidan masih menikmati minumannya dengan menatap pemandangan di luar sana. “Siapkan saja dokumen yang harus kita bawa!” perintah Aidan tanpa menoleh ke belakang.

“Bagaimana dengan kabar istri saya, sudah ada kabar terbaru dari rumah sakit?” Aidan bertanya sambil memutar kursi rodanya.

Pria yang wajahnya cukup ganteng itu, membantu kursi roda yang digunakan oleh Aidan menuju meja kerja tuannya.

“Kabar dari rumah sakit belum ada perkembangan apa pun, masih sama seperti hari-hari sebelumnya,” lapor Lucky.

Aidan meletakkan gelas kristal tersebut ke atas mejanya dengan hentakan yang begitu keras, kemudian pria itu mendesah keras. Lucky sedikit melangkah mundur untuk menghindari semprotan tuannya.

“Semua gara-gara wanita itu! Sampai kapan istri saya keadaannya koma!” sentak Aidan, wajahnya memerah karena emosi yang membuncah di dadanya, ditambah lagi kekesalan pada Deandra yang selalu bisa melawan dirinya.

“Berada lama selalu menyalahkan adik iparnya, padahal sudah jelas kalau mobil yang dikendarai adik iparnya mengalami rem blong. Lagi pula percuma juga menyalahkan terus, garis takdir tidak bisa dielakkan,” batin Lucky prihatin.

“Jika boleh saya kasih saran kenapa tidak membawa nyonya ke Australia untuk pengobatan, di sana alat kesehatannya begitu muktahir,” saran Lucky.

Aidan mengangkat wajahnya lalu menatap dingin Lucky. “Saya justru sudah meminta Dokter dari Australia untuk datang ke Indonesia, tapi belum juga ada hasilnya! Sepertinya kamu lupa!” seru Aidan, salah satu sudut bibir terlihat terangkat.

Lucky untuk kali ini ternyata lupa, jadi dia salah memberikan saran tersebut. “Mungkin ada baiknya Tuan bantu berdoa, agar Nyonya segera sadar dari komanya.”

Aidan berdecak kesal. “Doa ... Doa ... Doa, semua orang bilang saya harus berdoa, persetan dengan semua hal itu!” sentak Aidan, gelas kristal yang ada di meja dibantingnya oleh Aidan, hingga asisten pribadinya tersingkat kaget.

Aidan sedang mengalami  krisis keimanannya, tak ada lagi rasa percaya pada Tuhannya, yang ada selalu mengumpat akan nasib buruk yang menimpa dirinya beserta istrinya, dia merasa jika Tuhan tidak adil dalam hidupnya. Lucky hanya bisa memaklumi keadaan Aidan yang banyak sekali perubahannya semenjak dia lumpuh, sikap kerasnya semakin menjadi-jadi, dan tak seorang pun berani melawannya.

Tapi Aidan lupa dibalik musibah yang menimpanya, masih ada rezeki yang begitu lancar melalui bisnis yang dia miliki selama ini. Sungguh Aidan kufur nikmat!

“Cepat siapkan dokumen untuk meeting, sepuluh menit lagi kita berangkat!” perintah Aidan dengan kasarnya.

“Siap Tuan,” jawab patuh Lucky, bergegas keluar ruangan untuk kembali ke meja kerjanya untuk menyiapkan berkas-berkas.

Aidan menghela napas beratnya, dan menatap bingkai foto yang terpajang di dinding ruang kerjanya, foto dirinya bersama Poppy yang sudah berbadan dua. “Honey, kapan kamu akan sadar? aku sangat merindukanmu,” gumam Aidan begitu lirihnya, kedua netranya mulai berkaca-kaca. Rindu yang tak ada obatnya selain menemui si jantung hatinya, namun selama sebulan ini terakhir setelah dua bulan dia terpuruk dengan keadaannya, Aidan jarang ke rumah sakit untuk menjaga Poppy karena mulai sibuk mengurus perusahaannya yang sudah dua bulan tidak diurusnya, karena sempat ada kekacauan.

Sementara itu satu jam kemudian di Perusahaan Nusantara Nationalty.

Deandra terlihat sibuk dengan dokumen kwitansi, bukti kas, bukti bank yang baru saja diberikan oleh bagian kasir. Walau kedua tangannya terluka dan dalam keadaannya diperban, namun jemarinya masih bisa bergulir dengan lincahnya di atas keyboard komputernya, tapi jika disuruh menulis barulah terasa sakit.

“Deandra,” panggil Pak Wheno, manajer finance-nya.

Mendengar suara cemprengnya, Deandra langsung menyahutinya. “Ya Pak Wheno.” Kepalanya agak dia dongakkan agar bisa menatap pria bertubuh kurus itu, yang kini berdiri di ambang pintu ruang kerja pria itu sendiri.

“Ke ruangan saya sekarang!” pinta Pak Wheno.

“Baik Pak,” jawab Deandra, bergegas bangkit dari duduk nya, lalu memutari kubikelnya menuju ruang atasannya.

Wanita berkacamata bulat itu sudah berdiri dekat meja kerja Pak Wheno. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?”

Pak Wheno menunjukkan beberapa map yang ada di atas meja kerjanya. “Saya minta kamu ke ruangan CEO, Pak Ernest minta laporan keuangan enam bulan ini untuk dibawa rapat, kebetulan saya tidak bisa mengantarnya karena sebentar lagi saya harus menemui vendor,” pinta Pak Wheno.

Tiba-tiba saja ada rasa penolakan untuk menerima perintah dari atasannya, karena saat ini dia sudah terlalu malas untuk bertemu dengan papa angkatnya.

Setelah memberikan perintah, pandangan Pak Wheno turun ke bawah pas di bagian tangan Deandra. “Kedua tangan kamu kenapa?” tanya Pak Wheno penasaran.

Deandra menaikkan kedua tangannya. “Oh ini Pak ... tadi pagi sempat ada musibah sedikit di rumah,” jawab Deandra.

“Saya harap kamu masih bisa kerja dengan maksimal ya Dea, jangan gara-gara kedua tangan kamu sakit kerjaan kamu jadi terhambat,” celetuk Pak Wheno.

Batin Deandra mendesah, dia pikir Pak Wheno akan berempati dengan apa yang terjadi dengan dirinya, justru malah menegurnya. Apes sekali hidupnya.

“Ya sudah, tangan kamu masih bisa bawa map ini kan ke ruangan CEO?” antara bertanya atau menyindir yang dikatakan oleh pria bertubuh kurus itu.

Deandra bergegas mengambil map-map tersebut dengan hati-hati, agar tidak terlalu mengenai luka ditangannya. “Segera saya antar laporan ini, kalau begitu saya pamit Pak,” jawab Deandra, dia bergegas balik badan, tanpa menunggu jawaban dari atasannya.

Sebagai staf biasa memang susah untuk menolak perintah atasan sendiri, dari pada kena teguran keras, dengan hati yang terpaksa wanita berkacamata itu ke ruangan papa angkatnya. Dan sekarang dia sedang menunggu pintu lift terbuka.

Ting!

Pintu lift yang dia tunggu dalam waktu beberapa menit terbuka.

DEG!

Baru saja kaki kanannya ingin melangkah maju masuk ke dalam lift, Deandra melihat sosok yang sangat dia kenal, Aidan yang ditemani oleh Lucky dan Vira sekretarisnya. Sejenak tatapan kedua netra mereka terkunci, namun Deandra langsung membuang wajahnya.

Lucky sang asisten mengenal sosok Deandra, adik ipar angkat sekaligus istri kedua tuan mudanya.

“Silahkan duluan, saya akan naik lift yang selanjutnya,” kata Deandra datar, tidak jadi bergabung, lagi pula rasanya amat menyesakkan jika satu lift dengan majikan barunya. Lucky tanpa menjawab langsung menekan tombol tutup, dan Aidan masih menatap tajam ke arah Deandra berdiri sampai pintu lift tertutup kembali.

“Huft ... kenapa ada dia di sini,” keluh Deandra sendiri, dan dia kembali menunggu lift selanjutnya.

Bersambung ...

Terpopuler

Comments

Mutinah Soheh

Mutinah Soheh

Alhamdulillah masih ada orang baik...bu Nani

2024-05-12

0

Nendah Wenda

Nendah Wenda

semangat Dea sabar ikhlas

2024-01-19

1

Haidrika Iqbal Athallah

Haidrika Iqbal Athallah

semangat dea💪

2023-12-31

0

lihat semua
Episodes
1 Terpaksa menikah!
2 Welcome To The Jungle
3 Jatuhkan talak tiga padaku!
4 Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5 Ibu mertua kejam
6 Mengobati luka di tangan
7 Kekesalan Aidan
8 Bermesraan di lobby
9 Hati yang galau
10 Pilihan hidup
11 Pria Iblis!
12 Cobalah untuk bertahan, Dea!
13 Permintaan Papa Ricardo
14 Meremehkan Aidan
15 Tawaran Papa Ricardo
16 Berkantor di Perusahaan Nusantara
17 Pria Bodoh!
18 Ya Allah, Aku lelah!
19 Dia sangat berbeda
20 Berada di kamar Aidan
21 Masih sakit
22 Yakin nih seranjang?
23 Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24 Kedatangan tamu
25 Kenapa wajahnya mirip!
26 Kemarahan Papa Ricardo
27 Harus menemani siapa?
28 Keadaan Poppy
29 Amarah Deandra
30 Menyesalkah Aidan?
31 Kepergok
32 Keputusan Deandra
33 Curahan hati Elena
34 Jangan emosi Aidan!
35 Aidan vs Dokter Leo
36 Aidan bagaikan maling
37 Pertengkaran di pagi hari
38 Perkara pulang
39 Jalan-jalan ke mall
40 Tawaran Harland
41 Bahagia itu sederhana
42 Tidak berhasil dapat alamat
43 Deandra yang baru
44 Aidan kepanasan
45 Sikap lembut Deandra
46 Bibir terluka, ditambah perut sakit
47 Awal pertemuan
48 Hasil pemeriksaan Dokter
49 Inseminasi
50 Poppy telah bangun dari koma
51 Kegalauan hati Aidan
52 Sindiran Papa Ricardo
53 Ingin menjenguk Poppy
54 Aidan mulai curiga
55 Liontin milik Deandra
56 Perasaan Poppy
57 Laporan Karno
58 Kedatangan Harland ke perusahaan
59 Pertemuan Harland dengan Ernest
60 Aidan tidak tahan
61 Minta maaf
62 Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63 Kekecewaan Aidan
64 Pembelaan Aidan
65 Mulai syuting
66 Menegur Poppy
67 Perusahaan milik Bianca
68 Makan Malam - 1
69 Makan malam - 2
70 Kebenaran yang terungkap
71 Mulai menyesalkah Aidan?
72 Kegilaan Mama Daisy
73 Kekecewaan Harland
74 Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75 Perhatian kecil Deandra
76 Keributan di kamar Elena
77 Masuk TV
78 Deandra istriku, suamimu bertanya!
79 Bukti terbaru
80 Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81 Serangan jantung
82 Kebenaran yang lain
83 Papa Harland
84 Jangan bawa istriku, Om Harland!
85 Minta maaf
86 Jangan pergi Deandra
87 Aidan sakit
88 Tinggal di tempat baru
89 Nasib Poppy
90 Hasil USG
91 Mengusir Poppy
92 Ambyar
93 Ngidamnya Bumil
94 Murkanya Papa Harland.
95 Pelajaran dari Papa Harland
96 Kekasihku Deandra
97 Tamu di pagi hari
98 Meluluhkan hati Papa Harlan
99 Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100 Bertemu dengan Arik
101 Aku sudah menikah, Mas Arik!
102 Kemarahan Aidan
103 Malam pertamakah?
104 Tolong selamatkan istri saya!
105 Hancurnya hati Aidan.
106 Salah paham
107 Deandra hamil anakmu, Aidan!
108 Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109 Singapura
110 Elena melobi
111 Bicara dari hati ke hati
112 Restu Papa Harland
113 Ngerujak mangga muda di malam hari
114 Kematian
115 Wedding Party
116 Akhir Kisah
117 Please Be My Mommy!
118 Om Bram, Nikah Yuk!
119 Dokter Davin dan Santri Bar Bar
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Terpaksa menikah!
2
Welcome To The Jungle
3
Jatuhkan talak tiga padaku!
4
Hari pertama menjadi istri CEO lumpuh
5
Ibu mertua kejam
6
Mengobati luka di tangan
7
Kekesalan Aidan
8
Bermesraan di lobby
9
Hati yang galau
10
Pilihan hidup
11
Pria Iblis!
12
Cobalah untuk bertahan, Dea!
13
Permintaan Papa Ricardo
14
Meremehkan Aidan
15
Tawaran Papa Ricardo
16
Berkantor di Perusahaan Nusantara
17
Pria Bodoh!
18
Ya Allah, Aku lelah!
19
Dia sangat berbeda
20
Berada di kamar Aidan
21
Masih sakit
22
Yakin nih seranjang?
23
Menikahi Deandra bukan untuk balas dendam!
24
Kedatangan tamu
25
Kenapa wajahnya mirip!
26
Kemarahan Papa Ricardo
27
Harus menemani siapa?
28
Keadaan Poppy
29
Amarah Deandra
30
Menyesalkah Aidan?
31
Kepergok
32
Keputusan Deandra
33
Curahan hati Elena
34
Jangan emosi Aidan!
35
Aidan vs Dokter Leo
36
Aidan bagaikan maling
37
Pertengkaran di pagi hari
38
Perkara pulang
39
Jalan-jalan ke mall
40
Tawaran Harland
41
Bahagia itu sederhana
42
Tidak berhasil dapat alamat
43
Deandra yang baru
44
Aidan kepanasan
45
Sikap lembut Deandra
46
Bibir terluka, ditambah perut sakit
47
Awal pertemuan
48
Hasil pemeriksaan Dokter
49
Inseminasi
50
Poppy telah bangun dari koma
51
Kegalauan hati Aidan
52
Sindiran Papa Ricardo
53
Ingin menjenguk Poppy
54
Aidan mulai curiga
55
Liontin milik Deandra
56
Perasaan Poppy
57
Laporan Karno
58
Kedatangan Harland ke perusahaan
59
Pertemuan Harland dengan Ernest
60
Aidan tidak tahan
61
Minta maaf
62
Ceritanya makan siang romantis, tapi!?
63
Kekecewaan Aidan
64
Pembelaan Aidan
65
Mulai syuting
66
Menegur Poppy
67
Perusahaan milik Bianca
68
Makan Malam - 1
69
Makan malam - 2
70
Kebenaran yang terungkap
71
Mulai menyesalkah Aidan?
72
Kegilaan Mama Daisy
73
Kekecewaan Harland
74
Perhatian Aidan, Perhatian Deandra
75
Perhatian kecil Deandra
76
Keributan di kamar Elena
77
Masuk TV
78
Deandra istriku, suamimu bertanya!
79
Bukti terbaru
80
Bagaimana kalau Deandra adalah Pricillia?
81
Serangan jantung
82
Kebenaran yang lain
83
Papa Harland
84
Jangan bawa istriku, Om Harland!
85
Minta maaf
86
Jangan pergi Deandra
87
Aidan sakit
88
Tinggal di tempat baru
89
Nasib Poppy
90
Hasil USG
91
Mengusir Poppy
92
Ambyar
93
Ngidamnya Bumil
94
Murkanya Papa Harland.
95
Pelajaran dari Papa Harland
96
Kekasihku Deandra
97
Tamu di pagi hari
98
Meluluhkan hati Papa Harlan
99
Mau makan es rujak, es podeng, es cream sama es alpukat
100
Bertemu dengan Arik
101
Aku sudah menikah, Mas Arik!
102
Kemarahan Aidan
103
Malam pertamakah?
104
Tolong selamatkan istri saya!
105
Hancurnya hati Aidan.
106
Salah paham
107
Deandra hamil anakmu, Aidan!
108
Bangkitlah Aidan! Cari istrimu!
109
Singapura
110
Elena melobi
111
Bicara dari hati ke hati
112
Restu Papa Harland
113
Ngerujak mangga muda di malam hari
114
Kematian
115
Wedding Party
116
Akhir Kisah
117
Please Be My Mommy!
118
Om Bram, Nikah Yuk!
119
Dokter Davin dan Santri Bar Bar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!