Bab 16. Terungkap

Yuan menatap kamar yang sudah menaunginya selama beberapa bulan terakhir. Meski ranjang pengantinnya benar-benar dingin hingga sekarang, dia tidak pernah menyesali pernikahannya dengan Andri. Hanya satu yang dia sesalkan untuk sekarang.

Keluarga itu menelan mentah-mentah fitnah yang dilancarkan oleh Mutiara. Yuan menarik napas panjang, lalu mengembuskannya kasar. Dia membuka lemari dan mulai memasukkan semua pakaian ke dalam koper.

Setelah selesai, Yuan menarik benda kotak besar dengan gagang itu keluar kamar. Semua keluarga Ismoyo masih berkumpul di ruang tengah, kecuali Anton. Sang kepala keluarga memang sedang ada urusan di luar kota. Jadi, dia tidak mengetahui insiden hari itu.

"Bu, Yuan pamit." Yuan mendekati Drini berusaha meraih lengan sang mertua.

Akan tetapi, Drini justru menghindar. Perempuan tersebut balik kanan dan berjalan menaiki anak tangga. Yuan hanya bisa menatap nanar punggung sang ibu mertua yang semakin menjauh.

Rasa nyeri dalam dada yang Yuan rasakan melebihi ketika Andri terus menghinanya. Bagi Yuan, kehilangan kepercayaan dari orang yang sang menyayanginya adalah hal yang paling menyakitkan. Dia benar-benar rindu Drini yang hangat dan memberikan kasih sayang serta cinta.

"Ngapain masih di sini?" ketus Riana sembari menatap tajam Yuan.

Sontak Yuan mengalihkan pandangan dari Drini kepada Riana. Yuan hanya diam, kemudian langsung balik kanan dan berjalan menjauhi Riana. Ketika hendak menyentuh tuas pintu, Yuan berhenti sejenak.

Yuan perlahan balik kanan, lalu menatap Andri, Riana, dan Mutiara secara bergantian. Perempuan itu tersenyum tipis sebelum akhirnya mengucapkan sebuah janji.

"Mas, aku akan membuktikan kalau aku tidak mengenal lelaki dalam foto itu. Aku tidak sengaja bertemu di kafe saat hendak mengungkap kebusukan Mutiara."

Tatapan tajam kini Yuan layangkan kepada Mutiara. Mutiara hanya tersenyum sinis sembari bersedekap dan memutar bola matanya. Sementara itu, Andri hanya terdiam.

Sebenarnya di hati Andri ada rasa kecewa dan cemburu saat mengetahui foto kebersamaan Yuan dengan lelaki lain. Namun, dia terlalu cepat tersulut emosi. Akal sehatnya tidak mampu berpikir dengan jernih, sehingga mudah termakan hasutan Mutiara.

"Aku pergi dari sini hanya sementara. Setelah aku berhasil menemukan lelaki tersebut, aku akan menyeretnya ke sini!" seru Yuan dengan gigi terkatup rapat.

Setelah mengatakan semuanya, Yuan langsung membuka pintu dan menutupnya perlahan. Perempuan tersebut berjalan meninggalkan kediaman Ismoyo dengan hati berat. Sudah dua kali Yuan pergi dari sana.

"Jika aku sampai pergi dari sini untuk ketiga kalinya, aku pastikan saat hal itu terjadi ... aku sudah lelah berjuang dan memilih untuk menyerah!" seru Yuan sambil berdiri di ambang pintu gerbang seraya menatap bangunan mewah yang ada di hadapannya itu.

Hari itu Yuan memesan taksi online. Sebelum pulang ke rumah, Yuan memutuskan untuk memutari Kota Surabaya terlebih dahulu. Dia berusaha mencari keberadaan lelaki asing yang tadi menabraknya.

Entah disengaja atau tidak, Yuan merasakan ada sesuatu yang janggal mengenai kehadiran lelaki tersebut yang tiba-tiba. Hal itu baru Yuan sadari ketika dia melihat foto yang ditunjukkan oleh Andri. Yuan merasa bahwa Mutiara sengaja menjebaknya dengan menghadirkan lelaki tersebut ketika menemui Bunga.

Saat dalam keadaan setengah melamun, tiba-tiba Yuan menangkap sosok lelaki yang tadi dia temui. Posisinya sekarang sedang berdiri di dekat lampu lalu lintas. Seakan Tuhan merestui pertemuan mereka, taksi pun berhenti tepat di samping lelaki itu karena lampu merah menyala.

"Mas!" panggil Yuan setelah berhasil menurunkan kaca jendela.

Lelaki itu menoleh ke kiri dan kanan sebentar. Menyadari tidak ada orang lain di sekitarnya, dia menangkap bahwa Yuan memang sedang memanggilnya. Akhirnya dia berjalan mendekati mobil.

Yuan bergeser tempat, kemudian meminta lelaki tersebut masuk ke dalam mobil. Pria itu pun masuk tanpa protes. Tak lama setelah dia masuk, lampu lalu lintas berubah hijau, dan sopir taksi kembali melajukan mobilnya.

"Perkenalkan saya Yuan!" Yuan mengulurkan tangan sambil menatap datar lelaki di sampingnya.

"Ah, ya. Saya Faizal, Mbak." Faizal menyambut uluran tangan Yuan sambil tersenyum ramah.

"Mas Faizal masih ingat saya?"

Faizal mengerutkan dahi dan tampak berpikir keras untuk menggali ingatannya. Dalam hitungan detik, lelaki tersebut mengangguk dengan mata terbuka lebar.

"Tadi kita nggak sengaja ketemu di kafe, Mbak!" Faizal menjentikkan jemari setelah mendapatkan ingatannya kembali.

"Benar!" seru Yuan seraya melipat lengan di depan dada.

Kini tatapan keduanya beradu. Hal itu membuat jantung Faizal sedikit tidak tenang. Dia berdeham, lalu mengalihkan tatapan seraya mengusap tengkuk.

"Kamu jangan-jangan sekongkol sama Bunga dan Mutiara!" tuduh Yuan sembari menyipitkan mata.

Faizal langsung menatap Yuan penuh amarah. Dia melipat lengan di depan dada dan menatap tajam perempuan tersebut.

"Mana ada! Justru aku sedang mencari Mutia! Bunga tadi mengatakan bahwa Mutia ada di kafe itu! Makanya aku nyusul ke sana!"

"Tunggu! Apa Mutiara yang kita kenal adalah orang yang sama?" Yuan langsung terbelalak ketika mengungkapkan apa yang ada di kepalanya.

"Cut Mutiara, seorang dokter asal Pidie! Dia pacarku!" Faizal menepuk dada jemawa.

Mendengar pengakuan Faizal, Yuan membungkam bibirnya. Dia tidak menyangka lelaki yang ada di hadapannya itu adalah kekasih dari Mutiara. Sebuah jalan terang mulai ditemukan oleh Yuan.

"Kenapa kamu bisa sampai ke kafe tadi? Akhirnya ketemu sama Mutiara, nggak?"

Bahu Faizal merosot dan kini tatapannya menuju ke ujung kaki. Rasa kecewa kepada Mutiara kini kembali mencuat ke permukaan. Faizal pun mengembuskan napas kasar.

"Dia kabur ketika aku ingin bertanggungjawab atas kehamilannya."

"Apa! Jadi, bayi yang kini dikandung oleh Mutia adalah anakmu?"

Faizal mengangkat lagi wajahnya, kemudian mengangguk. Dia perlahan menceritakan kronologi kenapa bisa sampai di kafe.

"Aku baru sampai sini kemarin. Begitu sampai aku mendatangi Bunga, sahabat Mutiara. Hanya dia yang bisa memberikanku informasi karena Mutia selalu menghindar." Faizal tersenyum kecut ketika mengingat lagi bagaimana sikap Mutiara kepadanya.

"Ketika aku sampai di kafe, dia mengarahkan setiap langkahku agar bisa bertemu dengan Mutia. Bodohnya aku mengikuti aba-aba Bunga, sampai akhirnya tanpa sengaja aku menabrakmu," jelas Faizal dengan senyum kecut terukir di bibirnya.

"Jadi, mereka berdua sengaja menjebak kita? Kamu tahu? Mutia berusaha menghancurkan rumah tanggaku menggunakan foto saat kita bertabrakan!" seru Yuan berapi-api.

"Kamu kenal Andri?"

Mendengar nama Andri, membuat Faizal kembali mengembuskan napas kasar. Ada sorot kesedihan yang tersirat pada mata lelaki tersebut. Seakan ada luka menganga yang semakin terbuka ketika Yuan menyebut nama sang suami.

"Dia selingkuhan Mutia."

Tidak ada kemarahan atau sejenisnya ketika Faizal mengatakan hubungan Andri dengan Mutiara. Melihat lelaki lesu di depannya itu, membuat Yuan gemas. Dia langsung mendaratkan pukulan ke kepala Faizal secara spontan.

"Aduh!" seru Faizal seraya mengusap kepalanya yang terasa berdenyut ringan.

"Dasar lemah!"

Terpopuler

Comments

Alanna Th

Alanna Th

seret faizal k rmh andri, tp jngn balik kpd mrk yuan!

2023-10-28

3

auliasiamatir

auliasiamatir

tampak nya sih , faisal baik ua

2023-10-04

1

auliasiamatir

auliasiamatir

bodoh, ngapain do buktikan , kamu bisa cari lelali lain yang jauh lebih baik

2023-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!